Awalnya banyak pihak yang menganggap bahwa keberadaan Henhen Herdiana di tim utama Persib Bandung hanya dikarenakan regulasi pemain muda yang sempat bergulir di Liga 1. Ia bermain di sektor bek kanan yang biasanya ditempati oleh Supardi Nasir.
Yang selalu terlihat di awal-awal karier Henhen untuk tim senior Persib adalah ia canggung bukan main. Ia seringkali salah mengoper, umpan silangnya tidak akurat, juga tidak berada dalam waktu dan posisi yang tepat ketika naik membantu serangan. Awalnya dimaklumi karena pada permulaan karier sepak bolanya, Henhen bermain sebagai bek tengah. Tetapi perlahan, Bobotoh mulai agak hilang kesabaran. Beberapa pihak menyebut lebih baik memainkan pemain lain untuk mencukupi regulasi pemain muda di kompetisi.
Pemuda Cijerah ini kemudian terus berusaha meningkatkan kemampuannya. Baik para penggemar, tim pelatih, maupun manajemen tim sadar betul kalau Henhen memiliki potensi yang luar biasa. Yang kurang adalah rasa percaya diri dan mental bertanding di level top. Persib kemudian memilih untuk terus memberikan kepercayaan kepada Henhen dan memainkannya di banyak pertandingan.
Penantian tersebut kemudian berbuah manis baik bagi Henhen maupun Persib. Mendapatkan menit bermain yang lebih banyak, potensi Henhen bisa terasah dengan baik. Pergerakannya ikut membahayakan pertahanan lawan, meskipun masih perlu perbaikan. Operan serta umpan yang dilepaskan Henhen semakin hari semakin baik.
Dan yang paling menonjol serta disukai oleh para penggemar adalah ketika Henhen menghentikan pergerakan pemain lawan. Ia ngotot dan tanpa ampun ketika mengawal penyerang-penyerang tim yang berhadapan dengan Persib Bandung.
Tetapi yang paling mencolok dari Henhen sebenarnya bukan karena bakatnya yang kini mulai bersinar, akan tetapi soal kebiasaannya di lapangan. Rasanya jarang sekali ada pemain, terutama di sepak bola Indonesia, yang memasukkan kausnya dengan rapi. Yang dilakukan Henhen adalah sebuah fenomena.
Seperti yang diketahui bahwa alasan Henhen memasukkan bajunya adalah sebagai bagian dari pembentukan karakter atau ciri khasnya di lapangan. Henhen berujar bahwa kerapian adalah sesuatu yang penting. Harus tetap rapi meskipun harus berjibaku menjegal pemain lawan.
Henhen mengidolakan bek asal Brasil, Dani Alves. Tetapi karena pembentukan citra atau karakter yang ia lakukan di lapangan dengan memasukkan kausnya, beberapa orang menyebutnya mirip dengan Javier Zanetti. Pun ada juga yang menganggapnya mirip dengan Gary Neville.
Kedua bek kanan legendaries itu memang komparasi yang ideal bagi Henhen. Henhen memiliki kecerdasan dan determinasi yang serupa seperti Javier Zanetti. Pergerakan dan kegigihannya pun mengingatkan kita pada Gary Neville. Yang pasti, apabila penampilannya terus meningkat, rasanya tidak lama lagi Henhen akan dipanggil ke tim nasional Indonesia.
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia