Seperti dilansir oleh laman resmi kompetisi Go-Jek Traveloka Liga 1, Komisi Disiplin (Komdis) PSSI telah menjatuhkan sanksinya kepada Pusamania Borneo FC terkait perbuatan intimidatif yang dilakukan oleh presiden klub asal Samarinda tersebut, Nabil Husein Said Amin, kepada perangkat pertandingan seusai laga melawan Bali United beberapa hari yang lalu.
Tak main-main, Komdis melarang kesebelasan berjuluk Pesut Etam tersebut untuk menggelar empat laga kandangnya di Samarinda. Keempat laga kandang itu adalah saat mereka bersua Persib Bandung, Persiba Balikpapan, PSM Makassar, dan Persela Lamongan. Detailnya, Lerby Eliandry dan kawan-kawan nantinya harus bermain di stadion yang jaraknya 100 kilometer dari ibu kota provinsi Kalimantan Timur itu serta digelar tanpa adanya penonton.
Beruntung, Kalimantan Timur bukanlah kawasan yang miskin stadion bagus dan representatif. Setidaknya ada Stadion Aji Imbut di Tenggarong yang merupakan markas Mitra Kutai Kartanegara, Stadion Batakan nan megah yang jadi home base Persiba, dan juga Stadion Mulawarman yang dahulu digunakan oleh Bontang FC. Bahkan di Samarinda sendiri juga berdiri megah Stadion Palaran yang menjadi pusat pagelaran Pekan Olahraga Nasional (PON) tahun 2008 silam.
Tapi keharusan Borneo FC untuk memainkan laga kandangnya di luar Samarinda membuat Stadion Palaran harus keluar dari daftar stadion yang bisa dijadikan alternatif menggelar empat partai usiran tersebut. Pun begitu dengan Stadion Aji Imbut lantaran jarak Samarinda-Tenggarong tidak sampai 100 kilometer.
Praktis, opsi yang tersisa bagi Borneo FC hanyalah mengungsi ke arah utara (Bontang) atau selatan (Balikpapan) jika tak ingin keluar dari Kaltim hanya untuk menggelar empat partai usiran tersebut.. Toh, pilihan ini juga terasa lebih logis ketimbang kelakar hijrah ke Stadion Marora di Serui, Papua, itu bukan? Karena dengan tetap bermain di Kaltim, pengeluaran kubu manajemen untuk menyewa stadion dan mendatangkan perangkat pertandingan jelas bisa diminimalisasi.
Apalagi, Borneo FC juga menghadapi sejumlah masalah yang cukup pelik terkait laga-laga kandang mereka akhir-akhir ini. Ya, di beberapa pertandingan home terakhirnya, jumlah penonton yang memadati Stadion Segiri juga terus menurun. Tak terkecuali pada saat laga dimainkan di akhir pekan. Kekecewaan akan lengangnya Stadion Segiri pada saat Borneo FC berlaga juga pernah diungkapkan oleh sang presiden klub melalui akun media sosial pribadinya.
Ibarat kata pepatah, situasi pelik yang sedang menggelayuti Borneo FC ini persis dengan kalimat “sudah jatuh tertimpa tangga”. Di saat manajemen Pesut Etam bekerja keras untuk melihat okupansi penonton di Stadion Segiri kembali meningkat, mereka justru dihantam sanksi larangan menghelat partai kandang di Samarinda serta tak boleh dihadiri penonton. Beban finansial yang mesti ditanggung klub dengan kostum khas berwarna oranye ini pun dipastikan membengkak.
Nah, ke mana sebaiknya manajemen Borneo FC mengungsikan empat laga kandangnya itu, Tribes?
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional