Si raja udara
Di antara banyak aksinya di atas lapangan, publik mengingat Riedle sebagai penyundul yang ulung. Dia bisa melakukan lompatan tinggi melewati pemain belakang lawan untuk kemudian menceploskan bola lewat kepala. Tak heran jika orang-orang menjulukinya Karl-Heinz ‘Air’ Riedle, kemampuan yang diwariskannya ke penyerang legendaris timnas Jerman lainnya, Miroslav Klose.
“Miro Klose melompat setinggi saya,” buka Riedle kepada 11Freunde. Saat ditanya rahasia lompatan tinggi, dia menjelaskan, “Saat masih kanak-kanak, saya mencoba banyak olahraga, antara lain dengan terus melompat. Pada dinding rumah kami, saya menggambar sebuah kotak dengan kapur tulis dan terus mencoba menjangkau ujung-ujungnya. Ya, banyak kerja keras yang saya lakukan.”
Kerja keras memang cukup identik dengan permainan Riedle mulai dari awal karier profesionalnya di FC Augsburg, Blau-Weiß Berlin, hingga meraih trofi Bundesliga 1 bersama Werder Bremen musim 1987/1988. Dia sempat mencoba peruntungan di Italia bersama Lazio pada 1990 sebelum akhirnya kembali ke Jerman dan memperkuat Dortmund, tiga tahun kemudian.
Di Westfalenstadion, Riedle berduet dengan Stéphane Chapuisat dan sempat mencicipi dua gelar Bundesliga 1 beruntun pada musim 1994/1995 dan 1995/1996. Namun setelah kesuksesan final Liga Champions 1997, Riedle malah memutuskan pindah ke klub Liga Primer Inggris, Liverpool. Kehadiran pelatih Nevio Scala yang menggantikan Ottmar Hitzfeld disinyalir jadi pemicunya.
Sayangnya di Anfield, Riedle tak pernah bisa kembali menemukan ketajamannya, hingga pindah ke Fulham dan pensiun di sana. Dia sempat dipercaya jadi caretaker The Cottagers, tapi tak berlangsung lama. Pada 2014 silam, dirinya dipercaya jadi ambassador untuk final Liga Champions 2015 di Olympiastadion, tempatnya menorehkan sejarah.
Alles gute um geburtstag, Karl-Heinz ‘Air’ Riedle!
Author: Perdana Nugroho
Penulis bisa ditemui di akun Twitter @harnugroho