Berkumpulnya putra-putra legenda di Fiorentina
Jika melihat susunan pemain Fiorentina pada laga melawan Verona, terlihat satu nama lagi yang terasosiasi dengan mantan pemain top. Dia adalah Federico Chiesa, penyerang sayap yang juga merupakan putra dari Enrico Chiesa, mantan penyerang andalan Fiorentina dan tim nasional Italia pada akhir dekade 1990-an.
Transformasi Fiorentina yang ditandai hengkangnya para pemain kunci Fiorentina plus pelatih Paulo Sousa yang pernah saya bahas beberapa waktu lalu ini, memang memberi ruang terbuka lebar bagi pemain muda seperti Chiesa. Bahkan bukan tidak mungkin jika musim ini, terbuka pula kesempatan bagi dua pemain muda lainnya, Ianis Hagi dan Riccardo Sottil.
Tidak asing dengan nama belakang dua pemain ini? Anda memang tidak salah duga. Ianis Hagi adalah seorang wonderkid yang juga putra dari legenda Rumania, Gheorghe Hagi, sementara Riccardo Sottil merupakan putra dari Andrea Sottil, pelatih Livorno yang juga mantan bek Fiorentina dan beberapa klub Serie A lain. Namun melihat usia keduanya yang masih 18 tahun, rasanya kurang tepat untuk berharap mereka bersinar musim ini.
Namun demikian, memiliki Simeone, Chiesa, Hagi, dan Sottil, menjadikan Fiorentina sebagai kesebelasan pengoleksi anak mantan pemain. Uniknya, dari keempat nama ini, hanya Chiesa yang merupakan produk akademi Fiorentina.
Kebijakan pembelian pemain muda yang dilakukan Fiorentina-lah yang kemudian mengumpulkan anak-anak para mantan pesepak bola ternama ini dalam satu klub. Bukan tidak mungkin, jika di masa depan ketika nama mereka mapan di skuat inti Fiorentina, para penggemar lawas sepak bola akan seperti mengalami deja vu ketika komentator (yang informatif, tentunya) menyebut nama belakang mereka dalam satu pertandingan.
Aroma nostalgia pun makin terasa ketika melihat nama Giancarlo Antagnoni, mantan legenda Fiorentina, sebagai salah satu petinggi. Tidak cukup sampai di situ, jika melihat sektor pemain muda, akan terlihat dua nama Bigica, yaitu Niccolo Bigica yang tergabung dalam skuat Fiorentina U-17 dan sang ayah, Emiliano, yang menjabat sebagai pelatih tim Primavera.
Menempatkan para mantan pemain, khususnya yang berstatus sebagai legenda klub, di jajaran direksi atau menjadikan mereka pelatih tim junior memang hal yang biasa dilakukan sebuah klub. Bayern München misalnya, menempatkan trio Franz Beckenbauer, Uli Höness dan Karl-Heinz Rummenigge di jajaran petinggi. Hal yang sama dilakukan Borussia Dortmund yang mempekerjakan Michael Zorc yang notabene mantan pemain legendanya sebagai direktur olahraga.
Berbicara sektor kepelatihan, AC Milan sudah sejak lama memberikan posisi pelatih Primavera bagi para mantan pemainnya. Filippo Inzaghi, Cristian Brocchi, Stefano Nava, dan kini Gennaro Gatusso menjadi pelatih sekaligus pendidik bagi para penggawa muda Rossoneri.
Fiorentina pun melakukan hal sama dengan menempatkan Emiliano Bigica, yang notabene mantan penggawa lini tengah Fiorentina pada era Gabriel Batistuta dan Manuel Rui Costa.
Keberadaan sosok-sosok familiar dalam klub tidak hanya sebagai bentuk penghargaan klub atas jasa-jasa sang mantan pemain, tetapi lebih dari itu, para mantan pemain ini juga membagikan langsung pengalaman mereka pada para pemain muda. Selain itu, mereka juga tentu saja bertugas mendoktrin para pemain akan arti dari seragam dan lambang klub. Memang, efek dari kebijakan ini tidaklah instan, namun jika dilakukan secara konsisten, hasilnya dapat terlihat dalam jangka panjang.
Author: Aditya Nugroho (@aditchenko)