Ada satu nama yang mencuat dalam beberapa minggu terakhir. Thomas Partey, pemain asal Ghana yang memperkuat Atletico Madrid, saat ini menjadi salah satu komoditi terpanas di Eropa berkat gaya bermainnya yang dianggap mirip Michael Essien.
Kebetulan, pemain yang akrab disapa Thomas ini berasal dari negara yang sama dengan mantan pemain Real Madrid yang kini membela Persib Bandung tersebut. Keduanya sama-sama berasal dari Ghana, dan Thomas kini mengisi posisi yang telah lama ditinggalkan Essien di tim nasional Ghana.
Pada lanjutan penyisihan Piala Dunia 2018 zona Afrika, 5 September lalu, Thomas menjadi buah bibir berkat tiga golnya yang disarangkan ke gawang Republik Kongo. Tiga gol tersebut mengukuhkan kemenangan Ghana atas lawannya tersebut. Seiring dengan penampilannya yang menanjak di klub asuhan pelatih genius Diego Simeone, nama Thomas pun mulai banyak dibicarakan di mana-mana.
Sebelum bergabung dengan tim utama Atletico Madrid, pemain kelahiran 13 Juni 1993 ini terlebih dahulu ‘disekolahkan’ di Real Mallorca pada musim 2013/2014. Ia menjadi pemain inti di klub Kepulauan Balearik yang berlaga di Segunda Division (kasta kedua) tersebut. Semusim kemudian, Thomas dipinjamkan lagi ke Almeria. Barulah pada musim 2015/2016, ia mulai sedikit-sedikit dimainkan Simeone.
Kelebihan Thomas adalah figur fisiknya yang sangat atletis. Dengan tinggi badan 186 sentimeter, ia memiliki kelebihan dalam bertarung sebagai gelandang bertahan. Saat ini, Simeone sepertinya sedang fokus untuk mengasahnya menjadi gelandang utama di lini tengah Atleti. Apabila didukung oleh rekannya yang memiliki teknik yang sangat baik seperti Koke dan Saúl, Thomas benar-benar bisa berkembang lebih baik lagi.
Saat ini, pemain yang sempurna untuk menjadi penyeimbang lini belakang dan tengah Atleti adalah Gabi Fernandez. Namun, sang kapten sudah mendekati akhir kariernya, sehingga Thomas-lah yang dianggap paling cocok untuk mengisi peran tersebut setelah Gabi pensiun. Thomas hanya perlu meyakinkan Simeone bahwa dirinya adalah solusi jangka panjang dalam rencana bosnya itu. Apalagi, posisi gelandang bertahan adalah posisi yang pernah didominasi Simeone sebagai pemain.
Selama kurun waktu 2015 hingga 2017, para pengamat sepak bola sering menggunakan istilah ‘Partey Time’ setiap kali pemain ini memasuki lapangan. Cukup disayangkan memang, Partey Time sampai sejauh ini masih tergolong sedikit. Bagi Thomas sendiri, salah satu pengalaman paling berkesan sekaligus menyakitkan yang pernah dialaminya adalah bermain sebagai pemain pengganti di final liga Champions 2016. Sayang, tim yang dibelanya harus takluk melalui adu penalti dari Real Madrid.
Di awal musim 2017/2018, para pendukung Atleti juga sempat pesimis Thomas tak akan dipertahankan di posisi itu. Pasalnya, juara La Liga 2013/2014 ini telah dikaitkan dengan beberapa gelandang bertahan di sepanjang musim panas 2017, seperti Fabinho, Kevin Kampl, dan Grzegorz Krychowiak.
Namun, Thomas membuktikan perannya yang semakin signifikan di jornada kedua dan ketiga. Ketika menghadapi tuan rumah Las Palmas di jornada kedua, jebolan skuat Atletico Madrid B ini tampil penuh dan menjadi kunci kemenangan Los Colchoneros dengan skor 5-1. Thomas bahkan menyumbangkan satu gol di pertandingan tersebut. Di jornada selanjutnya, ia lagi-lagi tampil penuh ketika Atleti menahan imbang tuan rumah Valencia.
Bisa dipastikan, Simeone akan memberi Thomas lebih banyak kesempatan untuk tampil. Pemain kekar tersebut musim ini mewarisi nomor punggung 5 yang sebelumya dikenakan idola para suporter Atleti, Tiago Mendes. Setelah musim lalu hanya sedikit mendapat waktu bermain, sepertinya akan lebih banyak ‘Partey Time’ di musim 2017/2018 ini.
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.