Kurang lebih dua pekan lalu, secara gagah dan heroik, Liverpool sukses meluluhlantakkan Arsenal dalam lanjutan Liga Primer Inggris. Tak main-main, gawang yang dikawal Petr Cech diobok-obok sebanyak empat kali oleh prajurit tempur Jürgen Klopp di Stadion Anfield.
Kemenangan itu mengantarkan pendukung The Reds ke angkasa, layaknya seekor burung elang yang baru saja memamah mangsanya. Sebaliknya, suporter Arsenal terlihat sendu, kecewa, dan melontarkan sumpah serapah nan legit untuk kakek tua berkewarganegaraan Prancis yang bebal itu.
Tapi kebahagiaan Liverpool beserta pendukungnya berumur hanya dua pekan saja. Karena semalam (9/9), giliran mereka yang digilas habis oleh Manchester City di Stadion Etihad. Secara meyakinkan, Sergio Aguero dan kolega menyerang dengan sporadis sampai gawang Simon Mignolet jebol sebanyak lima kali. Lebih sialnya lagi, Liverpool tak punya daya untuk sekadar membuat gol konsolasi demi mengurangi kerutan di wajah para pendukungnya.
Salah satu alasan yang paling banyak dikemukakan menjadi biang keladi dari kekalahan itu adalah kartu merah yang diterima gelandang energik asal Senegal, Sadio Mane. Pemain berkulit legam itu diusir wasit lantaran kakinya mendarat tepat di wajah kiper Manchester City, Ederson, dalam sebuah situasi perebutan bola di menit ke-37.
Tertinggal 1-0 lalu bermain dengan sepuluh orang, bikin pola permainan Liverpool sangat timpang. Kondisi inilah yang lantas dimaksimalkan betul oleh anak asuhan Pep Guardiola untuk membombardir lini belakang The Reds. Kehancuran Mignolet dan kawan-kawan pun seolah tinggal menunggu waktu.
Kekalahan itu lantas disambut oleh berbagai macam celotehan suporter Liverpool yang tertuang dengan begitu syahdu di linimasa. Berbagai pengandaian menyeruak sebagai dalih guna menutupi jurang kualitas yang dimiliki Liverpool dan Manchester City kemarin malam.
Seandainya saja Mane tidak mendapat kartu merah, beberapa pihak menyebut jika wasit bersikap terlalu kejam terhadap gelandang berumur 25 tahun tersebut karena dari pengamatan mereka, Mane fokus kepada bola, dan tak berniat untuk mencederai Ederson.
Masih menurut beberapa suporter Liverpool, apa yang dilakukan Mane terhadap kiper asal Brasil itu hanyalah ketidaksengajaan meski kakinya melayang tinggi tepat ke arah wajah. Tapi tahukah Anda, jika pelanggaran dalam sepak bola pada hakikatnya selalu berawal dari ketidaksengajaan?
Seandainya saja di laga kemarin Mohamed Salah dapat mengoptimalkan peluang yang dirinya buat untuk rekannya maupun untuk dieksekusi sendiri, barangkali justru Liverpool yang lebih dulu mencetak angka dan mungkin, justru sanggup memetik poin.
Seandainya saja Klopp tidak memboyong Alex Oxlade-Chamberlain dari Arsenal di hari pamungkas bursa transfer musim panas yang lalu, mungkin aura negatif Chamberlain bareng The Gunners yang masih meliputinya tak langsung menular ke kubu Liverpool.
Seandainya saja manajemen Liverpool sadar jika lini belakang tim mereka dihinggapi penyakit kronis dan berupaya mencari obatnya dengan membeli pemain baru dengan kualitas ciamik pada bursa transfer lalu, bisa saja kini mereka punya tembok kokoh yang sulit ditembus sebab bukan Ragnar Klavan yang berdiri di sana
Namun sayangnya, semua itu tak lebih dari pengandaian yang mungkin saja tengah berputar-putar di kepala penggemar setia The Reds. Karena peribahasa pun pernah berkata, setinggi-tingginya burung bangau (persis dengan lambang Liverpool) terbang, maka ia pasti akan kembali ke kubangan juga.
Senikmat-nikmatnya Liverpool mereguk kemenangan 4-0 atas Arsenal beberapa pekan lalu, pada akhirnya The Reds tetap kembali ke khitahnya usai ditumbangkan dengan skor 5-0 oleh Manchester City.
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional