Nasional Bola

Rifad Marasabessy, Satu Lagi Bakat Cemerlang dari Tulehu

Hasil maksimal yang diraih tim nasional Indonesia U-19 di dua pertandingan pertama Piala AFF U-18 tak lepas dari andil Rifad Marasabessy. Selain Egy Maulana Vikri yang sangat mencuri perhatian, kiprah Rifad di sektor sayap kanan juga perlu diacungi jempol.

Rifad adalah satu dari belasan, bahkan puluhan pemain kelahiran Tulehu yang berkiprah di pentas sepak bola Indonesia. Setelah Imran Nahumarury, Chairil Anwar, lalu generasi selanjutnya seperti Hendra Adi Bayauw dan Manahati Lestusen, Tulehu memang menjadi daerah penghasil nama-nama tangguh untuk memperkuat tim nasional Indonesia. Cerita tentang bakat-bakat asli Tulehu bahkan sempat diangkat ke layar lebar dalam film ‘Cahaya dari Timur’.

Muhammad Rifad Marasabessy sendiri merupakan salah satu nama terbaru yang berasal dari Tulehu. Pemain berposisi sebagai bek kanan di tim nasional U-19 besutan Indra Sjafri ini dua tahun lalu menjadi sorotan media karena bergabung dengan TNI Angkatan Darat. Coach Indra tertarik memanggil sang pemain setelah cukup menimba jam terbang di Go-Jek Traveloka Liga 1 bersama Madura United.

Piala Presiden menjadi ajang yang mengangkat nama pemain kelahiran 6 Juli 1999 ini. Ketika itu, Rifad yang belum terlalu dikenal publik ternyata sudah mencuri perhatian coach Indra. Seperti biasa, pengamatan tajam sang pelatih memang cukup jitu. Rifad menjadi salah satu solusi Madura United dalam mengatasi aturan kuota pemain U-23 di putaran pertama Liga 1.

Pelatih Gomes de Oliveira memercayakan kesempatan bermain sebanyak enam kali kepada Rifad. Jam bermain itu terbilang cukup banyak untuk anak muda yang baru mau menginjak usia 18 tahun.

Laskar Sappeh Kerab juga cukup suportif ketika sang pemain dipanggil pemusatan latihan bersama Timnas U-19.  “Kami dukung kalau memang Rifad dipanggil Timnas U-19 selama tidak mengganggu program klub,” kata Haruna Soemitro, manajer Madura United, seperti dikutip Juara beberapa waktu lalu.

Meski demikian, mimpinya untuk membela negara di lapangan hijau sempat dikiranya tak terkabul. Nama Rifad sempat tidak masuk dalam pengumuman. Ia baru mengetahui dirinya masuk dalam daftar skuat Garuda Muda setelah dihubungi langsung pihak timnas.

“Karena memang tak berekspektasi tinggi, saya kemarin sempat tenang-tenang saja karena saat diumumkan tidak ada nama saya. Ternyata infonya salah ketik, sehingga saya sampai ditelepon langsung,” ujar Rifad mengungkapkan kegembiraannya ketika mengetahui dirinya masuk rencana Timnas U-19.

Mantan pemain PS TNI ini pun berkesempatan menimba pengalaman berharga ketika memperkuat Timnas U-19 di Turnamen Toulon. Pada partisipasi pertama Indonesia di turnamen usia muda bergengsi Prancis tersebut, Rifad menjajal pemain-pemain muda Brasil, Republik Ceska, dan Skotlandia, meski gagal meraih poin satu pun dari ketiga tim tersebut.

Seperti kebanyakan pemain Indonesia yang berposisi sebagai bek sayap, Rifad memiliki kelebihan dalam hal kecepatan dan mobilitasnya yang tinggi. Kelebihan ini mengingatkan kita kepada mendiang Ritham Madubun, pemain timnas Indonesia di era 1990-an yang juga berasal dari Maluku. Rifad, seperti halnya Ritham, tidak hanya terpaku mengawal pertahanan, tapi juga cukup aktif membantu serangan.

Kemampuan Rifad dalam mengirimkan umpan-umpan silang juga memanjakan para penggawa lini depan timnas Indonesia U-19. Ini membuatnya menjadi bagian penting dalam skema permainan menyerang Indra Sjafri yang bertumpu pada dua sisi sayap.

Baca juga: Sektor Kanan yang Membuat Garuda Jaya Terbang Tinggi di Myanmar

Matangnya Rifad mengawal sektor kanan pertahanan Indonesia pun terlihat di turnamen Piala AFF U-18 ini. Ketika menghadapi Myanmar, umpan matangnya diselesaikan Egy Maulana untuk membalikkan kedudukan menjadi 2-1 untuk kemenangan Indonesia.

Tak salah jika Transfermarkt menempatkan nilai pasar Rifad sebagai salah satu yang tertinggi untuk pemain berusia di bawah 19 tahun. Nilai pasarnya yang sebesar 2,7 miliar rupiah bahkan termasuk salah satu yang tertinggi. Masa depan Rifad terbentang cerah, asal sang pemain senantiasa bekerja keras dan pintar menjaga diri.

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.