Eropa Lainnya

Refleksi Menggilanya Harga Pemain dan Lima Penjualan Termahal Ajax Amsterdam

Setelah Paul Pogba resmi diboyong Manchester United dengan dana hingga 85 juta paun, banyak pengamat yang memperkirakan dibutuhkan setidaknya tiga sampai empat tahun sebelum harga pemain bisa menembus 200 juta paun. Namun perkiraan itu meleset. Hanya butuh satu tahun sebelum rekor pembelian termahal itu jebol.

Saat ini, pemain termahal dipegang oleh Neymar dengan dana transfer 222 juta euro. Sebuah angka fantastis yang dua tahun yang lalu tak terbayangkan akan tercapai. Namun, seperti yang disebutkan di atas, “kepulangan” Paul Pogba ke Liga Primer Inggris membuat yang terpikirkan menjadi harus dipertimbangkan.

Pertanyaannya adalah: sampai sejauh mana harga pemain sepak bola akan terus merangkak naik? Apakah kita akan menyaksikan seorang pemain diboyong dengan banderol lebih dari 300 juta euro? Mengingat lonjakan harga dan fakta adanya beberapa pemain muda potensial, maka aman untuk menjawab bahwa: semuanya bisa terjadi.

Jika memang hal itu terjadi, kompetisi hanya akan menjadi milik segelintir klub saja, terutama mereka yang kantongnya sedalam Palung Mariana dengan kedalaman 10.911 meter itu. Mereka bisa membeli pemain terbaik untuk dikumpulkan menjadi satu tim super. Jika sudah begitu, bagaimana dengan nasib tim lain?

Salah satu yang mungkin terjadi adalah banyak klub yang akan menyandang status selling club. Maksudnya, banyak klub yang akan memproduksi pemain hanya untuk menjadi bahan konsumsi klub lain, yang memiliki banyak uang tentu saja. Saat ini, status tersebut masih dianggap tabu lantaran hanya memikirkan aspek keuntungan tanpa memerhatikan aspek kompetisi.

Namun, mau dikata apa, ketika klub-klub ini tak punya kekuatan kapital untuk menahan si pemain? Yang bisa mereka harapkan hanya sebuah garis hubungan yang disebut kesetiaan. Dan di tengah sepak bola modern (baca: industri), garis itu semakin menipis. Mengapa? Karena bergabung dengan klub besar nan kaya, akan mendekatkan mereka kepada trofi.

Maklum, tujuan berkompetisi adalah menjadi juara. Dengan hasrat, gairah, cita-cita, dan saat ini para pemain ini masih berstatus manusia, keinginan merasakan nikmatnya juara tentu selalu ada. Memang, ada pemain yang bisa bersetia dan menampik guyuran uang demi klub “semenjana” dari sisi keuangan yang ia bela. Tetapi jelas, populasinya semakin menurun.

Apakah fenomena gila ini bisa dibatasi? Tentu saja sulit mengingat membeli pemain, selama tidak melanggar aturan main, adalah hak semua klub.

Selling club dan sejarah Ajax Amsterdam

Berbicara status selling club, banyak klub yang enggan dimasukkan ke dalam kategori ini. Salah satunya adalah Arsenal, yang beberapa tahun lalu harus (selalu) melepas pemain terbaiknya di tiap musim. Alasannya adalah pembangunan stadion membutuhkan dana dan melepas pemain terbaik dengan harga menarik adalah salah satu jalan.

Ada juga Borussia Dortmund, di mana beberapa putra terbaiknya harus direlakan diajak pergi Bayern München dan klub-klub Eropa lainnya. Dan tentu saja, salah satu produsen pemain muda potensial harus dimasukkan ke dalam daftar ini. Ia adalah Ajax Amsterdam yang baru saja melepas bek masa depan mereka ke Tottenham Hotspur.

Berikut lima pemain potensial yang mereka lego:

Wesley Sneijder

Visi dan teknik tinggi, adalah dua hal yang diingat dari sosok Sneijder. Pemain mungil ini dilego Ajax ke Real Madrid pada tahun 2007. Nilai transfer spesialis tendangan bebas ini mencapai 27 juta euro. Saat itu, Sneijder menjadi pemain Belanda termahal kedua setelah Ruud van Nisterooy yang hijrah ke Manchester United.

Tahun pertama Sneijder bersama Madrid berjalan sukses. Ia membantu El Real memenangi La Liga dengan catatan sembilan gol dan tujuh asis. Namun sayang, cedera ACL di tahun kedua membuat performanya anjlok. Akhirnya, Sneijder dijual ke Internazionale Milano dengan harga “hanya” 15 juta euro saja.

Previous
Page 1 / 5