Nasional Bola

Hikayat Iwan Setiawan dan Mulut Besarnya

Meremehkan Persib Bandung

Iwan Setiawan tiga kali mengeluarkan komentar yang tidak menghormati Persib, lawannya di semifinal Piala Presiden 2015. Komentar pertama ia katakan jelang leg pertama, yang berbunyi “Persib kuat hanya karena gemar mengumpulkan pemain bintang.”

Komentar Iwan kemudian semakin menjadi-jadi setelah PBFC menang 3-2 di pertandingan itu. Jelang leg kedua dimainkan, ia mengatakan bahwa strategi Djadjang Nurdjaman kurang matang, oleh karena itu Persib tak bisa berbuat banyak di hadapan timnya.

“Sudah saya bilang, Persib tidak ada apa-apanya.” (setelah leg pertama)

“Menurut saya, Djanur kurang matang dalam urusan strategi.” (jelang leg kedua)

“Bilang sama Umuh Muchtar, manajer Persib. Mana kami dibantu wasit? Dari kacamata saya sebagai pelatih, malah gelar juara ISL 2014 milik Persib itu agak aneh. Saat semifinal melawan Arema, tiga pemain Arema: Gustavo Lopez, Ahmad Bustomi, dan Alberto Goncalves, malah diganti saat pertandingan sedang sengit. Padahal tidak ada cedera.” (menanggapi komentar yang mengatakan bahwa PBFC menang atas Persib karena bantuan wasit)

Bahkan ketika tidak melawan Persib pun, Iwan tetap meluangkan waktunya untuk mengomentari performa tim ibu kota Jawa Barat itu.

“Ada atau tidak ada Makan Konate, permainan Persib tetap saja jelek.” (setelah Persib menang tipis 3-2 atas Persela Lamongan di laga pertama Grup C Piala Jenderal Sudirman 2015).

Persib di turnamen itu memang gagal lolos dari fase grup, namun Iwan sendiri juga “gagal lolos” dari grup yang sama karena ia resign berkat komentarnya sendiri sebelum laga melawan PS TNI yang dimenangkan The Army lewat adu penalti.

“Saya akan mundur kalau PBFC kalah dari PS TNI.”