Bermain di hadapan puluhan ribu suporter Yunani di Stadion Georgios Karaiskakis, Minggu (3/8), timnas Belgia sukses melewati tekanan berat dan menang 2-1. Gol Jan Vertonghen menit ke-70 sempat langsung disamakan Zeca. Itu pun tak bertahan lama. Gol Romelu Lukaku satu menit setelah lesakkan Yunani, memastikan Rode Duivels jadi tim Eropa pertama yang lolos ke Piala Dunia 2018 dari fase kualifikasi
Usai gol penentu kemenangan yang dicetak lewat sundulan, Lukaku merayakannya dengan mengangkat kedua tangannya di telinga sebelum menghampiri bangku cadangan Belgia. Selain luapan ekspresi atas tekanan bertubi sepanjang laga dari suporter Yunani, isyarat itu juga diyakini untuk semua pihak yang selama ini meremehkan timnas Belgia, persis setelah ditangani Roberto Martinez.
Rode Duivels yang mulai jadi favorit pada setiap turnamen seiring penampilan impresif di Piala Dunia 2014 dan Piala Eropa 2016, perlahan mulai diremehkan setelah Marc Wilmots yang sudah tujuh tahun di tim, lengser dari posisinya sebagai pelatih. Hal ini diperparah keputusan Asosiasi Sepak Bola Belgia (KBVB) lewat langkah tak populer dengan menunjuk Martinez sebagai suksesor Wilmots.
Sejak penunjukkannya, nada sumbang langsung terdengar nyaring. Apa yang pernah diraih Martinez sehingga bisa dipilih timnas Belgia yang punya masa depan cerah? Jika jawabannya trofi Divisi Championship, Piala FA, dan peringkat lima Liga Primer Inggris kala menangani Swansea City, Wigan Athletic, dan Everton, pria asal Spanyol itu sejatinya bukan sosok ideal menangani Lukaku dan kawan-kawan. Apalagi saat menunjuk pemain hebat yang minim pengalaman dunia kepelatihan, Thierry Henry, sebagai asistennya.
Runtuhkan kritikan
Meski pada laga debutnya sebagai pelatih Belgia berakhir dengan kekalahan dari Spanyol, Martinez terus introspeksi diri dan tim. “Apa yang ingin saya lihat adalah gairah dan kebanggaan mengenakan kostum tim nasional ini,” kilah pelatih berusia 44 tahun tersebut kala itu. Namun, itu bukan kalimat biasa. Perintah Martinez dijalankan dengan baik oleh timnas Belgia pada Kualifikasi Piala Dunia 2018 zona Eropa.
Tergabung bersama tim kuda hitam macam Yunani dan Bosnia-Herzegovina, Rode Duivels melaju mulus dengan tujuh kemenangan dan satu hasil imbang dari delapan pertandingan yang sudah dijalani. Fakta yang membuatnya keberhasilan Belgia lolos Piala Dunia 2018 jadi semakin impresif adalah 35 gol yang diciptakan sepanjang kualifikasi, jauh mengungguli Jerman yang berselisih enam gol.
Diisi skuat generasi emas yang berpengalaman di dua ajang akbar terakhir plus talenta muda seperti Youri Tielemans dan Michy Batshuayi, Belgia melangkah ke Rusia 2018 bukan sebagai tim penggembira. Di bawah asuhan pelatih minim pengalaman, Rode Duivels bertekad melebihi pencapaian di Brasil tiga tahun lalu yang lolos ke perempat-final, atau bahkan semifinal, seperti saat tampil di Piala Dunia 1986 di Meksiko.
“Kami menang karena punya karakter kuat,” buka kiper Belgia, Thibaut Courtois kepada Het Nieuwsblad. “Kami memang tak bermain terlalu baik, tapi terpenting bisa lolos,” timpal Vertonghen. “Sekarang kami akan pulang ke rumah dan bersenang-senang!” tutup pemain Tottenham Hotspur tersebut bangga.
Selamat bergabung di Piala Dunia, Belgia!
Author: Perdana Nugroho
Penulis bisa ditemui di akun Twitter @harnugroho