Nasional Bola

Kenapa Pemain (Masih) Rela Jatuh Bangun Bersama Persegres?

Persegres Gresik sudah diketahui banyak orang memang sedang mengalami masa-masa buruk. Badai bertubi-tubi menyerang tim yang bermarkas di Stadion Petrokimia, Gresik ini. Ketika pagelaran Piala Presiden lalu sempat menjanjikan dengan penampilannya yang mampu mengalahkan tim sekelas Persipura Jayapura, akhirnya pada kompetisi yang sebenarnya, Go-Jek Traveloka Liga 1, mereka justru keok berulang kali.

Kekalahan demi kekalahan menghampiri tim Kebo Giras. Kemudian muncul kabar tak sedap adanya mafia dibalik kekalahan yang mereka alami. Penampilan Persegres pun semakin menurun. Pemain seperti sudah tak bersemangat lagi untuk menunjukkan kemampuannya.

Pergantian pelatih pun dilakukan. Hanafi diberikan jabatan baru sebagai penasehat tim dan Khusaeri diberi kepercayaan menjadi pelatih. Hingga bursa transfer tengah musim pun, hampir separuh pemain mereka keluar. Ada yang mengundurkan diri dan ada pula yang terpaksa diganti akibat cedera.

Gembar-gembor pemain yang keluar dianggap tidak memiliki loyalitas pada tim pun ramai dibahas oleh pendukung setia mereka, Ultras. Ultras menganggap pemain yang telah pergi meninggalkan tim dalam keadaan terpuruk adalah pemain yang tidak bertanggung jawab. Apalagi sebagian besar mereka yang keluar adalah pemain-pemain inti. Sebut saja Gusti Rustiawan, Chairul Rifan, Jeki Arisandi, Herwin Tri Saputra, dan Fitra Ridwan. Sejak pramusim bahkan nama-nama mereka selalu mengisi line-up Persegres.

Pemain-pemain yang bertahan dianggap memiliki loyalitas tinggi pada tim kesayangan mereka. Padahal, tim-tim lain jelas banyak yang memberikan tawaran pada pemain-pemain yang bertahan tersebut. Belum lagi sempat terdengar kabar bahwa pemain terlambat mendapatkan gaji. Tentu saja keluar dan mendapat ganti tim besar menjadi godaan yang menggiurkan. Tim sebesar Mitra Kukar bahkan sempat memberikan tawarannya untuk menggaet bintang muda Persegres, Arsyad Yusgiantoro.

Baca juga: Keajaiban Lebih yang Dibutuhkan Persegres Gresik United

Tapi benarkah pergi dan bertahan saja cukup membedakan mana yang loyal dan mana yang tidak? Apa sebenarnya loyalitas itu?

Loyalitas secara umum dapat diartikan sebagai kesetiaan, kepatuhan, atau pengabdian. Menurut Malayu Hasibuan, dalam bukunya berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia, dalam loyalitas kerja atau kesetiaan menjadi salah satu unsur penilaian karyawan yang mencakup kesetiaan pada pekerjaannya, jabatannya dan organisasi. Kesetiaan ini dicerminkan oleh kesediaan karyawan menjaga dan membela organisasi di dalam maupun di luar pekerjaan dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Loyalitas bersifat emosional. Loyalitas juga dipengaruhi oleh motif. Karena itulah motif mempengaruhi loyalitas seseorang, baik dalam hal pekerjaan maupun organisasi. Teori motivasi dari David McClelland contohnya, mengungkapkan bahwa ada tiga motif yang mendasari manusia, yakni berprestasi (achievement), berteman atau berkumpul (affiliation), atau posisi di antara yang lain (power).

Tak jauh berbeda dengan apa yang ditunjukkan oleh pemain-pemain Persegres yang masih bertahan. Misalnya, Arsyad Yusgiantoro. Ia bersama dengan pemain-pemain muda lain yang dimiliki Persegres, memilih untuk bertahan meski kondisi tim tempat mereka bernaung sedang dilanda banyak masalah.

Pemain-pemain muda seperti Arsyad dan Komaruddin tentu membutuhkan jam terbang lebih banyak untuk menambah pengalaman bermain mereka di kompetisi tertinggi. Selain itu, kesempatan bermain yang sering diberikan pada mereka juga akan membuat kemampuan mereka dapat dimunculkan secara maksimal. Bila ditilik jangka panjangnya, tentu akan berpengaruh pada harga jual mereka di masa depan.

Kebutuhan afiliasi atau berkumpul dengan teman-teman juga dapat menjadi salah satu alasan mengapa pemain-pemain seperti Yusuf Efendi dan Patrick da Silva masih mau bertahan. Yusuf Efendi sendiri pernah mengungkapkan bahwa teman-teman setim dan orang-orang di sekitar yang begitu baik menjadi salah satu alasannya betah di Persegres.

Posisi yang berbeda di antara yang lain atau lebih biasa disebut dengan power, biasanya berhubungan dengan target pribadi seseorang. Jika dihubungkan dengan tim, maka hal ini akan lebih merujuk pada seorang kapten.

Kekuatan kapten lebih diperhitungkan dalam memajukan suatu tim. Ia lebih membutuhkan kekuatan atau kewenangan agar dapat mengatur teman-temannya yang bertujuan untuk memajukan tim mereka.

Baca juga: Kala Persegres Gresik United Menjadi Lumbung Gol

Dalam kehidupan sehari-hari, keikutsertaan seringkali dianggap menjadi bentuk loyalitas paling penting. Hal ini dikarenakan lebih mudah dilihat dan diamati. Jika dalam sebuah perkumpulan atau komunitas, berkumpul adalah cara termudah mengukur loyalitas seseorang, sedangkan dalam sebuah organisasi atau tim, biasanya lebih banyak diisi dengan mereka yang memiliki keinginan besar untuk berprestasi.

Namun, kembali lagi pada motif dari para pemain. Lalu, motif manakah yang kira-kira membuat pemain-pemain Kebo Giras masih rela jatuh bangun bersama Persegres hingga saat ini ketika terjerembab di dasar klasemen Liga 1?

Author: Dianita Iuschinta Sepda (@siiemak)
Mahasiswi program magister psikologi di Universitas Airlangga Surabaya. Pecinta kajian psikologi olahraga dan Juventus.