Turun Minum Serba-Serbi

Ketika VAR Membuat Sepak Bola Menjadi Seperti Polo Air

Debut VAR di Serie A berbuah penalti dan gol yang dianulir

Kompetisi Serie A mulai pada 19 Agustus 2017 lalu. Dan keputusan berkat penggunaan VAR terjadi saat Juventus melakoni laga pembuka melawan Cagliari. Tim Italia Selatan ini mendapat penalti setelah wasit melihat rekaman video, namun ketangguhan Buffon menggagalkan penalti Diego Farias. Si Nyonya Tua akhirnya menang meyakinkan 3-0.

Pelatih Juventus Massimiliano Allegri tidak banyak berkomentar mengenai VAR ini. Hanya mengatakan bahwa mereka bersyukur masih punya kiper sekelas Buffon di bawah mistar.

Awal-awal, Buffon sempat mengatakan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari penggunaan VAR. Teknologi berkembang pesat di segala aspek kehidupan dan kita hidup di era teknologi. Jadi, tidak perlu heboh.

Namun, di laga kedua melawan Genoa, Buffon merasa penggunaan VAR sudah terlalu berlebihan. Bianconeri tertinggal dua gol lebih dulu sebelum bisa unggul dramatis 4-2. Dan kebanyakan gol terjadi lewat titik putih.

Kedua tim mendapat penalti setelah wasit melihat tayangan ulang video. Dan Buffon sudah merasa bahwa VAR membuat kita tidak menghargai betapa berharganya kinerja seorang wasit.

Menurut mantan kiper Parma ini, sangat tidak masuk akal memberi penalti setiap ada kontak fisik antara pemain. Membosankan bukan jika tiap tiga menit, wasit meniup peluit untuk menyaksikan rekaman video sebelum memberi penalti atau tendangan bebas? Akibatnya, pertandingan jadi lebih lama dan penggunaan VAR hanya menghabiskan waktu saja.

Di laga lainnya di Serie A juga sempat terjadi protes gara-gara VAR. Laga Bologna melawan Torino yang berakhir 1-1 memicu protes dari manajer klub Turin, Sinisa Mihajlovic. Pria yang malang-melintang menjadi pemain dan pelatih di berbagai klub Serie A ini merasa bahwa gol Andrea Belotti itu sah, tak perlu dianulir. Toh, para pemain lawan juga tidak ada yang protes bahwa gol tersebut berbau offside.

Nah, kalau seperti ini, yang salah siapa? Wasit? Atau VAR?