Stadion Gelora Bung Karno, 20 November 2011. Lebih dari 80 ribu penonton memadati stadion untuk menyaksikan final cabang olahraga sepak bola di SEA Games 2011. Semesta terlihat sudah mendukung tim Merah-Putih untuk meraih medali emas sejak tahun 1991. Sayang, Indonesia U-23 ditundukkan Malaysia U-23 lewat adu penalti.
Sepakan Ferdinand Sinaga di babak adu penalti sukses ditahan kiper Malaysia, Khairul Fahmi. Malaysia pun berhak memenangi final yang di waktu normal berakhir dengan skor 1-1 tersebut. Sedangkan Indonesia, lagi-lagi harus puas di posisi kedua alias meraih medali perak.
Beberapa hari sebelum final tersebut, pelatih Malaysia, Ong Kim Swee, menambah panas suhu partai puncak dengan mengeluarkan pernyataan sedikit kontroversial. Ia membakar semangat anak-anaknya dengan klaim bahwa Indonesia tak menghormati Malaysia.
“Mereka tak menghormati kalian, mereka tak menghormati bendera kita, mereka tak menghormati Raja kita, dan mereka tak menghormati orang tua kalian,” kata Kim Swee ketika itu.
Entah apa yang membuat sang pelatih berkomentar demikian pada saat itu. Mungkin itu hanya perang urat syaraf, atau ia terinspirasi Jose Mourinho dalam menunggangi efek bola salju rivalitas Indonesia-Malaysia yang selalu muncul di setiap laga.
Sejak saat itu, Kim Swee selalu menjadi momok menakutkan bagi tim nasional Indonesia. Keberadaan pelatih kelahiran 11 Desember 1970 ini selalu saja bersinggungan dengan tim Merah-Putih. Selain kekalahan tragis di Jakarta pada tahun 2011 tersebut, Kim Swee nyaris mengulanginya lagi ketika kembali bersua Indonesia U-23 di semifinal SEA Games 2013.
Ketika itu, kedua negara bentrok di semifinal. Lagi-lagi, pertandingan harus diselesaikan dengan adu penalti. Indonesia unggul sampai menit ke-90 lewat gol Bayu Gatra, tapi Kim Swee lagi-lagi berhasil membakar semangat anak-anak asuhnya. Gol untuk Malaysia tercipta di detik-detik akhir pertandingan. Namun, di adu penalti, kali ini Indonesia yang lebih beruntung. Sayang, anak-anak asuh Rahmad Darmawan ketika itu kembali gagal meraih emas setelah ditaklukkan Thailand di final.
Setelah SEA Games 2013, Kim Swee sempat gagal di SEA Games 2015. Kala itu, Malaysia gagal lolos ke semifinal. Posisi sang pelatih di tim muda Malaysia juga sempat digeser pria asal Jerman, Frank Bernhardt. Kim Swee sendiri dipromosikan ke tim senior Malaysia. Namun, setelah kegagalan di Piala AFF 2016, nasibnya jadi terkatung-katung.
Beruntung, setelah Tunku Ismail Sultan Ibrahim terpilih menjadi ketua Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) pada Maret 2017, posisi Kim Swee dikembalikan untuk menangani tim muda Harimau Malaya. Sang pelatih yang sudah bergelar ‘Datuk’ ini pun kembali ke dua pekerjaan favoritnya, mengembangkan pemain muda dan mempersulit tim muda Indonesia.
Sejak 2011 hingga kini, tahun 2017, Kim Swee tak henti-hentinya menjadi momok bagi Garuda Muda. Tidak tanggung-tanggung, dua kali dalam kurun waktu satu setengah bulan, pasukannya membuat pendukung Indonesia patah hati. Yang pertama adalah pada babak penyisihan Piala Asia U-23 2018. Malaysia menghajar Indonesia tiga gol tanpa balas.
Yang kedua tentu saja masih jelas membekas di benak kita semua. Meski Indonesia menguasai permainan dan bermain atratif dengan umpan-umpan pendek hasil arahan pelatih Spanyol, Luis Milla, Kim Swee lagi-lagi sukses membuat para pahlawan kita keok. Entah sampai kapan wajah mantan pelatih klub Harimau Muda ini masih akan menghiasi mimpi buruk Indonesia.
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.