Hampir tidak ada perasaan ragu dalam benak saya ketika melihat susunan sebelas pemain inti timnas Indonesia kemarin malam (26/8) di laga melawan Malaysia. Langkah kaki-kaki pemain pun terlihat mantap saat pertama menjejakkan kaki di stadion ketika melakukan pemanasan jelang pertandingan. Dengan hampir 60 ribu suporter tuan rumah memadati Shah Alam, mereka tampak santai dan tak terpengaruh.
Evan Dimas, sang kapten malam itu, tampak santai dan tanpa beban. Hanif Sjahbandi dan Septian David Maulana beberapa kali mengumbar senyum tipis saat tengah melakukan pemanasan. Skema serangan sayap yang selama ini dipakai sebagai modal utama serangan Garuda Muda, juga dilatih dengan baik selama pemanasan. Berturut-turut, Yabes Roni dan Febri Hariyadi berlatih mengirim umpan lambung ke kotak penalti untuk dieksekusi sang juru gedor utama malam itu, Ezra Walian.
Mereka melakukan sesi pemanasan dengan mantap, menjejakkan kaki di stadion di bawah puluhan ribu sorot mata lawan tanpa perasaan takut. Indonesia Raya berkumandang dengan gagah sebelum laga. Tak kurang dari 10 ribu suporter Garuda Muda memadati Shah Alam, memerahkan sedikit dari puluhan tribun lain yang kompak berwarna kuning dan hitam, warna kebesaran Harimau Malaya malam itu.
Perlahan, keyakinan untuk membungkus kemenangan menyeruak dalam pikiran saya. Memang tidak ada yang perlu ditakuti dari Malaysia dan itu terbukti secara jelas di babak pertama. Pola permainan mereka diantisipasi dengan mudah oleh lini belakang skuat asuhan Luis Milla bahkan tanpa kehadiran Hansamu Yama Pranata sekalipun. Praktis, di 45 menit pertama, anak asuh Ong Kim Swee tak tampak seperti tim yang menyapu bersih empat kemenangan di fase grup.
Evan Dimas, pengontrol dan penguasa lini tengah
Tidak perlu sangsi bila Evan Dimas Darmono adalah salah satu gelandang terbaik Indonesia saat ini. Ia punya pressing-resistance sangat baik untuk ukuran pemain Asia Tenggara. Seleksi umpannya selalu bagus dan ia punya visi bermain yang luar biasa. Babak pertama di semifinal kemarin, Evan menunjukkan itu semua.
Gelandang-gelandang Malaysia seperti mengejar hantu di lini tengah Garuda Muda. Hanif memberi proteksi yang baik bagi Evan, dan sesekali melakukan operan-operan pendek yang sederhana dan membantu bocah kelahiran Surabaya itu merusak skema pressing Malaysia di lini tengah. Babak pertama yang menyenangkan untuk ditonton dan menebalkan keyakinan bahwa malam ini akan menjadi malam bagi kami, suporter Merah-Putih.
Evan kembali tak tersentuh bahkan di babak kedua. Walau Malaysia menaikkan intensitas tekanan sejak dari lini depan mereka, pemain milik Bhayangkara FC ini tetap bersinar terang. Beberapa kali ia maju melesat ke depan lini pertahanan Harimau Malaya, mengirim bola-bola manis untuk Ezra dan kedua sisi sayap dengan akurasi yang menawan.
Evan bersinar terang malam itu. Ban kapten yang melingkar di lengannya dan penampilan sempurnanya malam itu tampak menjustifikasi apa yang ia katakan selepas laga melawan Kamboja, “Melawan Malaysia bukan soal main bola, tapi harga diri bangsa.”
Ya, Evan menunjukkan itu dan membuktikan omongannya. Lewat kemampuan sensasionalnya, ia menunjukkan kepada Malaysia bahwa di sepak bola, Indonesia tak pernah kalah secara level permainan dengan sang tetangga berisik yang menyebalkan. Tapi, bermain bagus sepanjang laga, tak selamanya memberi hasil positif, dan tiga menit jelang peluit akhir, Malaysia menunjukkan hal itu……..