Lewat perjuangan yang menguras tenaga dan emosi, tim nasional Indonesia berhasil merebut satu tiket ke babak semifinal di ajang South East Asian (SEA) Games 2017. Kemenangan 2-0 atas Kamboja di laga pamungkas babak penyisihan Grup B menjadi penentu kesuksesan tersebut. Mengoleksi 11 poin, Indonesia finis sebagai runner-up Grup B di bawah Thailand.
Pencapaian anak asuh Luis Milla ini tentu saja disambut gembira oleh masyarakat Indonesia. Karena lolosnya tim Garuda Muda ke semifinal juga bermakna terjaganya peluang Ezra Walian dan kawan-kawan membawa pulang medali emas. Sebuah prestasi yang telah menjauh selama 26 tahun dari tangan Indonesia.
Pada babak semifinal nanti, Indonesia akan berjumpa dengan salah satu rival terberat mereka di kawasan Asia Tenggara, Malaysia. Tim yang juga berstatus tuan rumah itu lolos ke fase semifinal usai keluar sebagai kampiun di Grup A.
Bertemu melawan Malaysia tentu menjanjikan sebuah laga yang intens, keras dan juga ketat. Apalagi kedua negara selama ini dikenal punya ‘relasi panas’. Sejumlah pengamat bahkan menyebut jika laga Indonesia melawan Malaysia nanti bisa ditentukan oleh satu atau dua momen sederhana yang esensial.
Namun sebelum Garuda Muda bertarung dengan Harimau Malaya, ada baiknya jika Luis Milla memberi perhatian khusus terhadap kondisi psikologis anak asuhnya, terutama yang berkaitan dengan kadar emosi mereka. Disadari atau tidak, penampilan Indonesia di babak penyisihan memang sangat temperamental. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya jumlah kartu yang mesti diacungkan wasit kepada para penggawa Indonesia.
NO | LAWAN | JUMLAH KARTU YANG DIDAPAT INDONESIA | PEMAIN YANG MENERIMA KARTU |
1 | Thailand | 1 | Muhammad Hargianto |
2 | Filipina | 3 | Evan Dimas Darmono Hansamu Yama Pranata Rezaldi Hehanusa |
3 | Timor Leste | 2 | Marinus Wanewar Evan Dimas Darmono |
4 | Vietnam | 5 | Putu Gede Juni Antara Rezaldi Hehanusa Febri Hariyadi Hanif Syahbandi (dua kartu kuning) |
5 | Kamboja | 5 | Osvaldo Haay Muhammad Hargianto Andy Setyo Nugroho Marinus Wanewar Hansamu Yama Pranata |
Dari tabel di atas, kita bisa melihat jikalau timnas Indonesia punya rataan yang cukup buruk dalam hal memperoleh kartu. Di setiap laga, setidaknya ada dua sampai tiga pemain yang mendapat kartu dari para pengadil lapangan.
Ironisnya, banyak dari kartu kuning itu didapat akibat perbuatan yang tidak perlu. Misalnya saja membalas tekel lawan yang di momen sebelumnya mengerjai para penggawa Garuda Muda atau bersitegang lantaran terprovokasi ulah lawan, bahkan di saat laga hampir usai dan timnas sedang unggul.
Baca juga: Yang Akan Dirindukan dari Absennya Hansamu Yama, Marinus Wanewar, dan Hargianto
Situasi macam ini tentu bisa mengundang bahaya dan merugikan Indonesia jika tidak diantisipasi secara tepat. Apalagi, Malaysia akan didukung lebih dari 70 ribu suporter setianya yang secara konstan bakal mengirim teror agar mental pemain Indonesia terdistraksi di partai semifinal nanti.
Sebaliknya, Malaysia mempunyai rekor yang lebih baik dalam hal mengoleksi kartu. Dari empat partai yang dilalui mereka pada babak penyisihan kemarin, tim besutan Ong Kim Swee cuma mendapat lima buah kartu kuning dari pengadil lapangan. Ini artinya, hanya ada satu penggawa Malaysia yang dihukum wasit per laganya. Berbeda cukup jauh dengan Indonesia.
Selain mempersiapkan strategi yang mumpuni buat membungkam dan mengganyang Malaysia agar bisa melaju ke final, pelajaran psikologis yang saya sebutkan di bagian awal artikel adalah satu hal yang wajib diperhatikan Luis Milla dan staf kepelatihannya.
Atmosfer dan tekanan di laga melawan Malaysia diyakini akan berjalan sangat tinggi. Jika anak asuhnya mudah diganggu lawan, langkah Indonesia bakal semakin sulit. Percaya atau tidak, kondisi mental dan emosi para pemain sepanjang pertandingan nanti sudah pasti memegang peran krusial bagi usaha Ezra Walian dan kolega menggapai prestasi terbaik.
Teruslah berjuang, Indonesia!
#GarudaBisa
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional