Sulit untuk menerka apa yang sebenarnya terjadi di Juventus. Setelah kehilangan Leonardo Bonucci, kini mereka bersiap untuk melepas salah satu pemain terbaik mereka ke tempat yang sama, AC Milan. Entah siapa yang harus disalahkan Juventini kala rumor kepindahan Claudio Marchisio mulai menyebar.
Haruskah melampiaskan amarah kepada manajemen yang begitu tidak berdaya menahan Marchisio? Atau haruskah Juventini mempertanyakan di mana kesetiaan pemain bernomor punggung 8 itu?
Tentu ini menjadi sebuah kejutan. Bahkan untuk suporter AC Milan karena jika rumor ini menjadi kenyataan, Claudio Marchisio akan menjadi rekrutan ke-12 AC Milan musim ini. Marchisio akan semakin memperdalam kualitas lini tengah Milan yang sudah diisi nama-nama berkualitas seperti Hakan Calhanoglu, Lucas Biglia, dan Ricardo Montolivo.
Belum lagi, ada para pemain muda potensial pada diri Frank Kessie, Jose Mauri, dan Manuel Locatelli. Kedalaman skuat ini akan membuat Vincenzo Montella semakin nyaman meramu taktik Rossoneri yang akan kembali berpetualang di kompetisi Eropa musim ini. Selain itu, potensi kedatangan Marchisio dapat diartikan sebagai sinyal untuk para pesaing terutama Juventus, bahwa skuat asuhan Montella benar-benar sudah siap menyudahi dominasi Gianluigi Buffon dan kolega musim ini.
Sebenarnya perihal kesetiaan tak perlu lagi dipertanyakan untuk pemain yang berusia 31 tahun ini. Marchisio lahir di kota Turin, lulusan akademi Juventus, dan telah membela tim ini dari tahun 2005. Dirinya adalah definisi terbaik dari Juventini sejati. Satu-satunya tim yang pernah ia bela selain Juventus adalah Empoli, dan itu pun hanya sebatas peminjaman selama satu musim.
Isu kepindahan Marchisio pun bukan kali pertama mendera tim Juventus. Di kala Marchisio berada pada performa puncaknya bersama Antonio Conte beberapa tahun lalu, sejumlah tim besar juga mencoba menggoda Marchisio untuk pindah dari tim Nyonya Tua, tetapi kita semua tahu dirinya masih setia menjadi penjaga Stadium Allianz hingga hari ini.
Maka dari itu, tak salah para suporter Juventus menyematkan julukan Il Principino atau Sang Pangeran kepadanya. Sosoknya hampir sama seperti bagaimana pendukung AS Roma melihat Daniele De Rossi. Claudio Marchisio pun sudah sering disebut sebagai satu-satunya nama yang layak untuk memimpin Juventus setelah perginya Alessandro Del Piero dan pensiunnya Gianluigi Buffon kelak. Segala skenario indah menjadikan Claudio Marchisio menjadi kapten Juventus yang sudah telanjur terbayang sepertinya akan segera sirna tersapu saga transfer ini.
Musim lalu bukanlah musim terbaik bagi pemain yang sudah memiliki 55 caps bersama tim nasional Italia ini. Cedera silih berganti mendera Claudio Marchisio, hal yang membuat dirinya kesulitan untuk menggeser Sami Khedira dan Miralem Pjanic di lini tengah skuat Massimiliano Allegri. Ditambah musim ini Juventus baru saja meresmikan transfer gelandang berkualitas lainnya, Blaise Matuidi.
Beberapa nama pun sudah menjadi korban kebijakan transfer Juventus. Mario Lemina sudah bersepakat untuk dilego ke Southampton setelah sebelumnya Toman Rincon memilih dipinjamkan ke klub tetangga, Torino.
Kesimpulannya, dari sisi kualitas, lini tengah Juventus tetaplah salah satu yang terbaik di Italia bahkan jika Marchisio harus benar-benar pergi musim ini. Memang, perihal kualitas, Marchisio bukan lagi yang terbaik di Juventus. Tetapi, pengaruh Marchisio pada tim ini tentu tak bisa dikesampingkan begitu saja. Sebagai pemain senior ditambah lulusan akademi Juventus, Claudio Marchisio tentu sudah paham betul masalah Lo Spirito Juve yang begitu melegenda.
Claudio Marchisio sudah melewati berbagai macam rintangan bersama tim Juventus sejak usia muda. Dirinya juga adalah satu dari sedikit nama yang merasakan kelamnya Serie B pada musim 2006/2007. Inilah yang membuat banyak Juventini begitu marah ketika mendengar rumor kepindahan ini, karena pengalaman pemain sekelas Marchisio tentu akan sangat dibutuhkan tim Juventus musim ini.
Santer terdengar Claudio Marchiso meminta dijual dikarenakan tak puas dengan bagaimana Massimiliano Allegri memperlakukan dirinya selama ini. Hal ini menjadi sebuah cerita yang kembali terulang, karena salah satu alasan Leonardo Bonucci minggat dari Turin juga karena tak harmonisnya hubungan dengan sang pelatih.
Ada isu lain menyebar, Juventus menjual Claudio Marchisio agar dapat memberi tempat untuk kedatangan pemain tengah anyar yaitu Kevin Strootman. Sebuah alasan yang tak bisa dimengerti oleh seluruh pendukung Juventus.
Sampai hari ini belum ada pernyataan resmi dari kedua belah pihak. Segala kemungkinan masih bisa terjadi, entah itu bertahan di Turin atau menjadi pembelot bersama Leonardo Bonucci di AC Milan.
Baca juga: Leonardo Bonucci dan Jarak 144 Kilometer
Mungkin, di luar sana masih banyak Juventini yang menganggap hal ini sebuah omong kosong media Italia dan hanya menertawakan rumor kepindahan Claudio Marchisio. Tetapi perlu diingat, suporter Juventus pun tertawa saat mendengar Bonucci akan pindah ke AC Milan beberapa bulan lalu.
Bila skenario ini terjadi, Juventus akan kehilangan tak hanya Marchisio, tapi juga harga diri sejatinya sebagai sebuah tim. Juventus memang masih memiliki Buffon dan besar kemungkinan kiper karismatik ini pensiun bersama Nyonya Tua. Namun tanpa Marchisio, Juventus tak akan sama lagi.
Author: Daniel Fernandez (@L1_Segitiga)