Eropa Italia

67 Menit yang Mengubah Segalanya bagi Satria Tama

Tak seperti biasanya, laga Indonesia melawan Vietnam kali ini saya lewati dengan dada yang terasa sesak. Indonesia akan menjamu Vietnam yang disebut banyak pihak sebagai lawan terkuat Indonesia di Grup B, bahkan di SEA Games 2017. Vietnam mencatatkan statistik yang luar biasa. 12 kali mencetak gol dan hanya sekali kemasukan. Mengandaskan Filipina empat gol tanpa balas dengan mengistirahatkan tujuh pilar inti.

Penampilan timnas Indonesia sebenarnya tak buruk-buruk amat. Menahan kandidat juara Thailand di laga awal, serta meraih dua kemenangan. Penampilan anak asuh Luis Milla pun meningkat drastis. Saat mereka gagal di Kualifikasi AFC U-23, penampilan Hansamu Yama Pranata dan kolega tidak begitu bagus. Bahkan di laga pertama, mereka digebuk oleh sang tetangga berisik, Malaysia.

Meskipun sempat bangkit di laga kedua, tetap saja Timnas U-22 gagal lolos ke Piala Asia U-23. Dan salah satu aktor dari kekalahan tersebut adalah Satria Tama. Cacian untuk Satria mengalir deras di linimasa saya. Saya kesal bukan main. Tapi, saya tak tega mencaci Satria yang memang pemain dari Gresik. Dia adalah salah satu pemain Gresik yang saya gandoli karena saya gadang-gadang menjadi panglima terbaik Persegres Gresik suatu saat nanti.

Satria Tama pula yang membuat malam kemarin saya mulas dan dada terasa sesak. Kartika Ajie diparkir saat melawan Vietnam. Kabarnya, kondisinya sedang tidak fit akibat cedera di laga kontra Timor Leste. Satria pun sempat menggantikan posisi Kartika saat mengalahkan saudara muda Indonesia dengan skor tipis 1-0.

Memulai laga dengan tidak bagus, timnas ditekan habis-habisan. Satria sempat salah mengantisipasi bola lambung. Beruntung, bola keluar. Perut saya semakin mulas. Kali ini semakin parah. Keringat dingin bermunculan di tubuh tambun saya. Penyelamatan pertama yang benar-benar bikin hati lumayan tenang saat Satria menepis tendangan jarak jauh pemain Vietnam di pertengahan babak pertama.

Penampilan gemilang Satria berlanjut ke babak kedua. Satria berkali-kali mengandaskan usaha Vietnam membobol gawang Indonesia. Hingga akhirnya pertandingan berakhir lebih cepat. Menit ke-67 menjadi menit yang mengakhiri penampilan gemilang Satria. Cedera membuatnya keluar lapangan lebih awal, memaksa Luis Milla kembali melakukan pergantian kiper dalam dua pertandingan.

Air mata yang keluar menjadi saksi betapa anak muda yang satu ini begitu ingin menebus kesalahan yang ia lakukan di Kualifikasi AFC U-23 lalu. Kesalahan yang membuat posisinya digeser Kartika Ajie sebagai kiper utama di SEA Games 2017. Air mata yang ia keluarkan menjadi bukti bahwa ia bukan kiper sembarangan, seperti yang wargamaya katakan. Dia bukan kiper yang tidak becus. Dia berkualitas.

67 menit yang berharga tidak hanya bagi Satri, tapi juga bagi Ultras Gresik. Bukti bahwa tim juru kunci memiliki pemain yang berkualitas dan bisa menjaga gawang timnas dengan ketenangan dan penampilan gemilang. Kegemilangan Satria Tama adalah kebahagian bagi saya, Ultras Gresik, dan seluruh warga Indonesia.

67 menit yang mengubah hidup Satria Tama. Satria yang awalnya dianggap sebagai pecundang, kini menjadi seorang pahlawan, hanya dalam 67 menit.

Author: Alief Maulana (@aliefmaulana_)
Ultras Gresik yang sedang belajar menulis di serigalagiras.wordpress.com