Eropa Italia

Waktu Terbaik untuk Mengakhiri Dominasi Juventus di Italia

Ada beberapa hal yang pasti terjadi dalam hidup ini, antara lain kelahiran, kematian, dan Juventus meraih Scudetto. Sulit untuk memungkiri bahwa sampai hari ini, Juventus adalah tim terbaik yang dimiliki Italia. Raihan 33 gelar Serie A adalah suatu pencapaian yang masih terlalu sulit untuk dikejar para pesaingnya karena yang paling mendekati rekor tersebut adalah duo Milan dengan koleksi 18 gelar juara. Hal ini semakin dipertegas dengan dominasi Juventus di 6 musim terakhir.

Itulah mengapa makin hari, Serie A makin jarang bisa dinikmati. Tiap musim bukan lagi perkara siapa yang bakal menjadi juara di akhir musim, tetapi hanya tentang siapa yang akan menemani Juventus berpetualang di Liga Champions.

Perihal status kompetitif, Liga Italia ini tak jauh berbeda dengan 1.Bundesliga. Keduanya memiliki satu kesamaan, terlalu mudah untuk menebak tim mana yang akan berpesta di akhir musim. Akan tetapi untuk pemenang Serie A musim 2017/2018, segalanya tak lagi bisa dinubuatkan dengan mudah.

Tanda-tanda runtuhnya dominasi Juventus sudah perlahan terlihat, walau masih terlalu dini untuk ditebak. Juventus melewati pramusim dengan catatan yang kurang impresif. Bermain di International Champions Cup, Juventus mengalami 1 kekalahan dan meraih 2 kemenangan dengan catatan 1 kemenangan diraih melalui drama adu penalti.

Pada pertandingan terakhir pramusim 2017/2018, Juventus kembali menelan kekalahan 2-0 di kala bersua dengan Tottenham Hotspur di London Stadium. Puncaknya, ketika Lazio berhasil mempermalukan Juventus di Laga Super Italia, 14 Agustus lalu. Dengan kekalahan ini Juventus selama dua tahun berturut–turut gagal meraih trofi Super Italia setelah musim lalu dipecundangi AC Milan.

Kualitas permainan Juventus di pramusim kali ini mencerminkan skuatnya kali ini belum begitu siap untuk memulai petualangannya di musim 2017/2018. Kepergian dua pemain penting di jantung pertahanan belum mampu disikapi dengan baik oleh Massimiliano Allegri.

Hilangnya Leonardo Bonucci dan Dani Alves selain mereduksi kualitas tim sekaligus juga berdampak dengan runtuhnya kepercayaan diri pilar pertahanan Bianconeri. Hal ini lah yang seharusnya bisa dimanfaatkan para pesaing Juventus untuk meraih Scudetto musim ini.

Dua tim terdepan yang paling mungkin menganggu hegemoni Juventus musim ini adalah AS Roma dan Napoli. Keduanya adalah tim yang konsisten menjadi pesaing Juventus beberapa tahun ke belakang. AS Roma dan Napoli adalah dua tim yang secara bergantian menjadi runner–up pada dua gelaran Serie A terakhir.

Performa Napoli di bursa transfer musim panas ini memang tak seramai tim-tim pesaing, karena sampai saat ini belum ada pemain kelas atas yang merapat ke Stadion San Paolo. Akan tetapi, mempertahankan pemain-pemain penting Napoli dari godaan tim-tim lain adalah sesuatu yang patut disyukuri.

Keberadaan pilar-pilar penting musim lalu, seperti Lorenzo Insigne, Jorginho, Marek Hamsik, Kalidou Kolibaly, dan Dries Mertens, menjadi modal penting Maurizio Sarri untuk mengarungi berbagai kompetisi musim ini. Hasil pramusim Napoli pun begitu impresif karena dari 8 kali bertanding, Napoli hanya kalah 1 kali dan imbang 1 kali, dan 6 pertandingan sisanya berakhir dengan kemenangan.

Ditambah kemenangan 2-0  atas OGC Nice di play-off Liga Champions, segala hasil ini mengindikasikan musim depan Napoli begitu siap mengakhiri catatan manis Juventus.

Berbanding terbalik dengan Napoli, transfer musim panas kali terasa begitu sibuk untuk AS Roma. Setelah harus berpisah dengan Francesco Totti yang pensiun musim lalu, Serigala Ibu Kota pun harus rela kehilangan pemain-pemain berkualitas macam Antonio Rüdiger, Mohamed Salah hingga Leandro Paredes yang pergi ke klub lain. Kehilangan pemain-pemain penting membuat Ramon Rodríguez Verdejo atau lebih sering dipanggil Monchi, bergerak dengan cepat.

Sebagai seseorang yang dikenal dengan reputasi mentereng perihal rekrutmen para pemain undervalued, kini AS Roma telah mendaratkan Aleksandar Kolarov, Hector Moreno, Federico Fazio dan Rick Karsdrop di lini belakang.

Beralih ke tengah, I Lupi sudah memboyong kapten Olympique Lyon, Maxime Gonalons dan pemain muda, Lorenzo Pellegrini. Untuk mengganti kepergian Salah, Monchi juga bergerak taktis dengan merekrut Cengiz Under dan meminjam penyerang Sassuolo, Gregoire Defrel. Dengan hadirnya Monchi di jajaran manajemen dan skema baru dengan pelatih anyar, Eusebio Di Francesco, tentu harapanya musim ini AS Roma dapat memberi tantangan lebih besar bagi Nyonya Tua dalam kuda pacu menuju tangga juara

Tepat di belakang AS Roma dan Napoli, terdapat duo Milan yang sangat mungkin memberikan kejutan pada gelaran Serie A musim ini. AC Milan yang melakukan kerja yang luar biasa di jendela transfer musim ini, tentu berambisi untuk meraih Scudetto ke-19 musim ini. Meski mendatangkan banyak pemain pada bursa transfer kali ini, masih ada beberapa aspek yang perlu dibenahi Vincenzo Montella demi menyambut musim depan, salah satunya masalah kohesi di antara para pemain anyar.

Baca juga: Apa yang Dicari AC Milan dari Nikola Kalinić?

Sang rival sekota Rossoneri, Internazionale Milano, yang memulai petualangan baru bersama allenatore anyar, Luciano Spalleti, justru melakukan hal yang sedikit berbeda dari Milan. Inter pada bursa transfer kali ini hanya membeli beberapa pemain anyar. Mayoritas wajah anyar di skuat Spalleti musim ini adalah para pemain yang selesai masa peminjamannya dari klub lain. Dari beberapa nama yang direkrut, Borja Valero adalah nama yang paling menyedot perhatian media Italia. Meski sudah berusia 32 tahun, Borja dipercaya akan menjadi bagian integral La Beneamata musim depan.

Meski sempat disinggung di awal bahwa saat ini Juventus tidak dalam bentuk terbaiknya, Juventus tetaplah Juventus. Mental juara dan pengalaman akan benar-benar berpengaruh dalam perjalan panjang musim depan. Walau begitu, jurang pemisah antara Juventus dan para pesaing makin hari semakin menipis. Niatan para pesaing untuk senantiasa meningkatkan kualitas tim menjadi garansi bahwa musim depan tidak akan semudah musim-musim sebelumnya untuk skuat Max Allegri.

Siapa yang mampu mengakhiri dominasi Si Nyonya Tua di akhir musim nanti? Atau justru La Vecchia Signora yang akan kembali duduk manis di singgasana juaranya?

Author: Daniel Fernandez (@L1_Segitiga)