Emas kedua (SEA Games 1991, Manila, Filipina)
Indonesia berhasil mengulang prestasi emas di cabang sepak bola SEA Games empat tahun setelah meraih emas pertamanya. Di bawah asuhan pelatih asal Rusia, Anatoli Polosin, tim yang berisikan Aji Santoso dan Widodo Cahyono Putro ini berhasil menjadi tim yang tidak hanya tangguh secara stamina, namun mempunyai kemampuan teknik yang baik
Ini tak lepas dari metode pelatihan yang diterapkan Polosin. Metode yang dinamakan shadow football menempa para pemain untuk mempunyai insting tajam mengejar bola ke mana si kulit bundar pergi. Dan uniknya, latihan dilakukan tanpa bola sama sekali! Awalnya, beberapa pemain kebingungan akan cara latihan seperti ini, tetapi ternyata cara ini sangat efektif untuk melatih pemain menguasai bola.
Indonesia sendiri tidak terlalu diunggulkan di SEA Games 1991. Namun, justru ini membuat pemain bisa bermain lebih lepas tanpa beban. Di final, mereka berhadapan dengan unggulan utama, Thailand. Bermain tanpa gol dalam waktu normal dan perpanjangan waktu, terpaksa hasil pertandingan ditentukan lewat adu penalti.
Kiper Edy Harto, salah satu pemain senior saat itu, berhasil menggagalkan tiga tendangan algojo Thailand. Sementara Sudirman menjadi penendang penentu kemenangan Indonesia. Saat bercerita di acara Bincang Taktik beberapa waktu lalu, pria berkepala plontos ini sambil berurai air mata haru bercerita saat dia memberanikan diri menjadi algojo penentu. Hal yang sangat amat beresiko tentunya. “Menjelang mengambil tendangan penalti, saya merasa stadion itu sepi dan sunyi. Namun, setelah tendangan masuk, barulah saya merasa keriuhan yang luar biasa,” ujarnya..