Dunia Asia

Sepak Bola Asia Tenggara: Sejauh Mana Perkembangannya?

Berbicara tentang sepak bola dunia, tentu orang akan mengacu pada Amerika Latin dan Eropa. Wajar saja, karena kita sudah tahu pemain-pemain kelas dunia berasal dari negara-negara Latin dan Benua Biru. Jika Argentina dan Brasil selama ini selalu menjadi kekuatan sepak bola dunia dari Amerika Selatan, saat ini kebangkitan Uruguay, Cile, Meksiko, dan Kolombia juga tidak bisa diremehkan.

Di Eropa sendiri, tentu kita sudah tahu popularitas Liga Primer Inggris, Bundesliga, Serie A, La Liga hingga yang terkecil, Ligue 1 Prancis. Di level timnas, kita sudah mengetahui reputasi tim nasional Spanyol, Italia, Perancis hingga Jerman. Kebangkitan Belgia dengan kehadiran pemain-pemain sekelas Romelu Lukaku, Marouane Fellaini, Radja Nainggolan, Jan Vertonghen, Kevin De Bruyne dan kolega juga menambah semarak perkembangan sepak bola dunia.

Perkembangan sepak bola Afrika juga cukup menggembirakan. Beberapa negara seperti Pantai Gading dan Kamerun termasuk menjadi langganan tampil Piala Dunia. Pemain-pemain seperti Didier Drogba, Emmanuel Adebayor, Samuel Eto’o, Toure bersaudara dan Mohamad Salah, menjadi bintang sepak bola yang dikagumi dunia.

Tetapi, beberapa negara Asia juga mulai bangkit sepak bolanya. Jepang dan Korea Selatan, misalnya. Mereka juga mengalami kemajuan yang cukup signifikan. Korea Selatan sudah mampu berbicara dengan meraih medali perunggu di cabang sepak bola pada Olimpiade 2012 di London. Di Piala Dunia, Jepang dan Korea Selatan mampu melaju ke babak kedua di luar negaranya saat Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan.

Nah, pertanyaannya: bagaimana perkembangan sepak bola Asia Tenggara? Apakah wilayah ini hanya dikenal sebagai pasar potensial saja karena animo penontonnya yang besar saja? Lalu, kenapa prestasi negara-negara ASEAN di level dunia terkesan jalan di tempat?

Faktor-faktor penyebab sepak bola ASEAN masih tertinggal

Titik terendah sepak bola Asia Tenggara adalah saat Piala Asia 2011. Di tahun tersebut, tidak ada satu wakil pun dari ASEAN yang berkompetisi di ajang bergengsi seluruh Asia itu. Lalu, apa saja ya yang membuat sepak bola ASEAN belum seperti negara-negara Asia lain?

  • Pengembangan pemain usia muda

Jelas ini menjadi faktor penting yang tidak bisa dianggap remeh. Di negara-negara yang sepak bolanya sudah maju, tiap klub mempunyai akademi usia muda tempat para pemain memulai karier dan belajar banyak hal. Bila di Thailand hal ini mulai diterapkan, lain halnya dengan Indonesia, misalnya.

  • Kompetisi yang berkualitas dan berjenjang

Masih ada hubungannya dengan pengembangan sepak bola usia dini. Kompetisi untuk segala jenjang usia jelas penting untuk perkembangan karier si pemain muda. Jika kompetisi usia muda terhambat, lalu bagaimana nasib masa depan si pemain nantinya?

  • Infrastruktur

Tidak semua negara ASEAN memiliki infrastruktur sepak bola yang baik. Di Indonesia saja, misalnya. Tidak semua lapangan bola itu memenuhi standar. Bahkan, kondisi rumputnya banyak juga yang sudah buruk. Kurangnya lahan kosong yang bisa dikembangkan menjadi fasilitas olahraga (karena efek pembangunan) menghambat para bakat muda untuk terus bermain dan mengeksplorasi bakat mereka.

  • Kurangnya uji coba melawan tim-tim tangguh

Ini juga diakui oleh Pelatih BEC Tero Sasana, Peter Butler. Tim-tim Asia Tenggara perlu melakukan uji coba melawan lawan-lawan yang lebih tangguh dari Asia Timur, Asia Barat, Afrika, atau Amerika Latin dan Eropa. Tidak hanya sekedar uji coba menjelang turnamen akbar saja.

Previous
Page 1 / 3