Revolusi sepak bola Jerman memasuki tahap baru. Setelah sukses dengan regenerasi pemain yang berujung pada gelar Piala Dunia 2014, kali ini giliran sosok yang bertanggung jawab dalam tim. Ya, pelatih mau tak mau terkena dampak peremajaan sepak bola di negara tersebut. Hebatnya Jerman kembali mulai berhasil menelurkan nama-nama pelatih yang tak hanya belia, tapi juga punya kualitas mumpuni.
Kini liga kasta tertinggi di Jerman, Bundesliga 1, memiliki jumlah pelatih termuda paling banyak. Bayangkan jika manajer AFC Bournemouth dan yang termuda di Liga Primer Inggris, Eddie Howe dengan 37 tahun, bakal hanya menempati urutan ketujuh di Bundesliga.
Dia bakal kalah dalam hal usia dengan nama-nama semisal Manuel Baum dari Augsburg, Alexander Nouri (Werder Bremen), Hannes Wolf (Stuttgart), Sandro Schwarz (Mainz), Domenico Tedesco (Schalke 04), dan paling muda, Julian Nagelsmann (Hoffenheim). Khususnya Nagelsmann, dia sukses menunjukkan bahwa pada usia 30 tahun saat ini, bisa melewati pencapaian pelatih-pelatih yang lebih senior darinya.
Pada kesempatan pertamanya jadi pelatih tim utama semusim penuh, 2016/2017 lalu, Nagelsmann sukses membawa Hoffenheim menempati peringkat keempat Bundesliga dan berujung tiket ke Liga Champions Eropa musim ini. Jelang laga play-off Liga Champions tengah pekan ini, sulit rasanya meremehkan Hoffenheim meski lawan yang akan dihadapi kaliber Liverpool. Bukan cuma kualitas yang hingga kini dipertontonkan, Die Kraichgauer disulap Nagelsmann jadi ladang eksperimen yang sejauh ini sukses.
Inovasi berbanding demokrasi
Apa yang dilakukan Nagelsmann di Hoffenheim memang sungguh revolusioner. Musim 2017/2018 ini saja sudah dimulai dengan menunjukkan inovasi baru di markas latihan klub, Sinsheim Strasse, dengan menempatkan layar raksasa berukuran 6×3 meter yang diberi nama Videowall. Lewat teknologi tersebut, Nagelsmann dan staf pelatih bisa leluasa memberikan pengarahan pada pemain saat itu juga, tak perlu menunggu untuk pindah ke dalam ruangan.
https://www.facebook.com/achtzehn99/videos/1932615970097690/
Lewat sebuah teknologi mutakhir, wajar bagi suporter Hoffenheim untuk punya ekspektasi lebih pada musim ini. Namun jika mendengar pernyataan Nagelsmann beberapa hari terakhir, asa berlebih tampaknya harus buru-buru disimpan. Dengan dalih demokratis, sang pelatih muda memilih untuk tak terlalu banyak terlibat dalam ambisi tim musim ini. Nagelsmann bahkan menyerahkan semuanya ke para pemain!
Mengapa demikian? Apakah karena usia yang masih belia untuk ukuran pelatih dan akhirnya merasa canggung dengan pemain yang umurnya lebih tua? Atau memilih untuk bermain-main dengan ambisi tim dan ekspektasi fans? Jawabannya Nagelsmann memilih untuk memberikan tanggung jawab lebih kepada pemain, sebagai penentu arah mau dibawa kemana Hoffenheim musim ini. Kebijakan ini dimulai dengan penentuan kapten dan wakil tim, serta dewan pemain yang lagi-lagi, dipilih langsung oleh Kerem Demirbay dan kawan-kawan.
Pemain yang usianya setahun lebih tua dari Nagelsmann dan paling senior dalam tim, Eugen Polanski, terpilih sebagai kapten, menggantikan Sebastian Rudy yang musim lalu kerap jadi pemimpin tim dan per awal 2017/2018, pindah ke Bayern München. Sementara wakil kapten, dipilih Kevin Vogt dan Benjamin Hübner. Sementara untuk dewan pemain, didapuk tiga nama lainnya, antara lain Oliver Baumann, Sandro Wagner, dan Ermin Bičakčić.