Suara Pembaca

Persib Bandung: Kala Sepak Bola Menjadi Simbol Budaya

Pendukung Persib atau familiar disebut Bobotoh, memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan  pendukung klub lain di Indonesia. Persib dianggap mewakili identitas masyarakat Sunda meskipun di Sunda sendiri sebenarnya banyak juga klub-klub lain.

Di Liga 1 memang hanya Persib yang ‘asli’ Jawa Barat, sedangkan di Liga 2, ada Persika Karang, PSGC Ciamis dan Persikad Depok hingga Persikabo Bogor yang notabene masuk Jawa Barat. Namun dari sekian banyak klub tersebut, Persib-lah yang dianggap mewakili masyarakat Sunda di sepak bola Indonesia. Uniknya, selain mendukung klub-klub daerah mereka sendiri, kebanyakan supporter di Sunda juga mendukung Persib Bandung.

Saya pernah bertanya kepada seorang Bobotoh asal Ciamis yang lebih suka mendukung Persib daripada tim daerahnya sendiri, PSGC Ciamis, dan ia menjawab, “Persib teh geus jadi jati diri urang Sunda”, yang kira-kira berarti “Persib sudah menjadi jati diri orang Sunda.” Dengan hal ini, maka tak heran melihat masyarakat Ciamis, Bogor atau Karawang yang lebih menggilai Persib daripada klub asal daerah mereka.

Persib sebagai identitas masyarakat Sunda sudah mengakar sangat kuat dan hal ini berbeda dibandingkan dengan klub-klub lain di Indonesia. Klub lain biasanya memiliki penggemar berdasarkan kesamaan regional wilayah, bukan atas dasar kesamaan suku atau budaya. Di Surabaya, masyarakatnya tentu lebih banyak yang mendukung Persebaya daripada Arema atau Persegres hingga Persela, misalnya. Atau di Solo, yang masyarakatnya tentu lebih memilih mendukung Persis daripada PSIS yang berada di ibu kota provinsi.

Sedangkan Persib mampu menjadi simbol budaya masyarakat Sunda, tak terbatas oleh kata ‘Bandung’ yang mengiringi kata ‘Persib’. Fanbase yang mampu menyatukan suku dan budaya terbesar di Indonesia, setelah suku Jawa, membuat tim ini memiliki banyak sekali penggemar. Tak heran Global Digital Football Benchmarking Analysis pada bulan Juli lalu menempatkan Persib sebagai klub paling populer di sosial media Indonesia. Persib bahkan mampu meraih peringkat 20 besar dunia.

Sisi positifnya, Persib sangat mudah menggalang dukungan ketika bermain di sekitar Jawa Barat, seperti ketika Persib sempat harus bermain di Stadion Wibawa Mukti, Pakansari atau Patriot di Bekasi. Selain itu, kepopuleran Persib juga membuatnya menjadi daya tarik sponsor besar, memiliki rating TV tertinggi di Indonesia dan juga mampu menjadi daya tarik bagi pemain asing ternama untuk ikut memperkuat tim yang berdiri tahun 1933 tersebut. Sayangnya satu, tim ini sekarang tengah berkutat di papan bawah.

Keunikan Persib sebagai simbol budaya diamini juga oleh Kang H.D. Gumilang, salah satu sejarawan sekaligus anggota Bobotoh yang mengatakan, “Memahami mengapa orang Jawa Barat menyukai Persib itu tidak bisa dijelaskan secara empiris. Setiap orang memiliki pengalamannya masing-masing. Buat orang Jawa Barat, Persib itu sudah jadi budaya atau sudah menjadi perilaku sosial.”

“Aspek historis di masa lalu juga berpengaruh. Jawa Barat berbeda sekali dengan Jawa Timur, Jawa Tengah dan Yogyakarta, yang sedari dulu memiliki aneka macam kerajaan yang silih berganti bersaing berkuasa. Mataram, Demak, Majapahit, Singosari, Madura, Kadiri (Kediri), Gresik, Ampel, silih berganti tampil ke puncak kekuasaan.”

“Hal tersebut yang akhirnya memengaruhi kultur sepak bola Jawa. Kita saksikan sendiri bagaimana PSIM, PSIS, Persebaya, Persis Solo, Persik, Arema, Petrokimia Gresik, silih berganti mengambil gilirannya menjadi yang terdepan.”

“Tetapi Jawa Barat beda. Sejak dulu yang paling dikenal ialah kerajaan Padjadjaran dengan Prabu Siliwangi-nya. Meskipun bukan sebagai kerajaan pertama di tanah Pasundan, ada kerajaan-kerajaan kecil seperti Galuh, Cirebon, Sumedang, tapi mereka tunduk dan selalu menaruh hormat kepada Padjajaran. Karakter ini kemudian menurun, biarpun banyak klub lokal, mereka tetap menaruh hormat kepada Persib yang dianggap sesuai untuk mewakili identitas Jawa Barat”.

Di luar negeri, Persib bisa disejajarkankan dengan Athletic Bilbao yang menjadikan kesamaan kultur dan budaya sebagai identitas klub. Bahkan saking bangganya dengan kultur dan budaya mereka, Athletic Bilbao hanya mau menampung pemain dari etnis Basque, etnis yang menjadi identitas klub Athletic Bilbao.

Identitas suku Basque yang menjadi kekuatan tim ini sehingga sampai saat ini klub ini belum pernah sekalipun terdegradasi dari kasta utama Liga Spanyol. Padahal, secara keuangan maupun materi pemain, mereka jelas kalah dibandingkan Barcelona maupun Real Madrid.

Kini sepak bola sudah semakin berkembang, sepak bola Indonesia pun sudah semakin mendunia, sebagaimana media sosial Persib yang tak hanya diikuti oleh orang Jawa Barat, tapi juga diikuti oleh ratusan bahkan ribuan penggemarnya di seluruh dunia.

Ditambah rasio tayang di televisi nasional yang tinggi serta keberadaan pemain kelas dunia, membuat Persib kini mampu menarik masyarakat non-Sunda untuk menjadi penggemarnya. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya komunitas pendukung Persib di daerah-daerah Jawa lain seperti Viking Wonogiri, Viking Ponorogo, Viking Palangkaraya hingga Madiun.

Tak harus jadi orang Sunda untuk mencintai Persib, sebagaimana tak perlu harus jadi orang Italia untuk mencintai AC Milan. Terima kasih Persib Bandung yang memperkenalkan sepak bola Indonesia di mata dunia.

 

Author: Muhammad Kaka (@kkthegreen)