Nasional Bola

Suatu Sore yang Tak Biasa di Surajaya

Kedua tim tampak asyik saling jual-beli serangan. Pemandangan ini di satu sisi sebenarnya sudah tak asing lagi terjadi di Indonesia karena pola permainan yang seringkali cepat. Akan tetapi, di sisi lain, fenomena ini menjadi tak biasa karena terjadi di sore hari. Biasanya, tim yang bermain sebelum matahari terbenam cenderung bermain lambat agar stamina tidak banyak terkuras akibat sinar terik matahari.

Namun, kedua tim tampaknya sama sekali tidak memperharhatikan hal itu. Satu hal lagi yang membuat pertandingan Persela Lamongan kontra Barito Putera di pekan ke-17 Go-Jek Traveloka Liga 1 ini menjadi tak biasa adalah kualitas gol yang dilesakkan para penggawa kedua tim.

Pertandingan bagus tak harus diwarnai dengan hujan gol atau dimainkan oleh segudang pemain bintang. Pertandingan sepak bola yang bagus bisa terjadi kapan saja, di mana saja dan melibatkan siapa saja tanpa pandang bulu, tapi dengan satu syarat: Kualitas pertandingan kelas satu.

***

Jose Coelho sedang berada di sisi kiri pertahanan Barito Putera ketika Persela sedang mengurung pertahanan tim tamu. Sebagai seorang marquee player, ia tahu betul kalau dirinya harus membuat keputusan yang tepat, tidak boleh gegabah. Ia melenggak-lenggok membawa bola menuju sisi kiri kotak penalti Laskar Antasari.

Ada dua opsi yang dimiliki eks pemain Benfica ini. Memberikan bola ke Saddil Ramdani di dekatnya, atau melakukan umpan silang. Di depan Coelho sendiri ada dua pemain Barito yang bersiap menghadangnya, sedangkan Fahmi Al-Ayyubi berdiri di tiang jauh menanti apa yang akan dilakukan Coelho.

Sekian detik kemudian, apa yang terjadi di depan Fahmi mungkin tak akan terpikirkan olehnya, atau siapapun di stadion maupun pemirsa di rumah. Jose Coelho mengirimkan umpan silang ke tiang dekat, yang langsung masuk ke gawang Adhitya Harlan. Papan skor berubah. Persela satu, Barito nol. Coelho merayakan golnya bersama para rekannya di pojok lapangan.

Berselang enam menit kemudian, Coelho kembali menjadi malapetaka bagi tim asuhan Jacksen F. Tiago, namun lampu sorot kali ini berpindah ke sang penyerang asal Bojonegoro, Samsul Arif. Dengan dingin, ia merobek jala gawang sang lawan dengan tendangan salto.

Kejadian ini bermula dari umpan silang Fahmi yang diterima Coelho tepat di depan gawang Barito. Tanpa kontrol, ia melepaskan tendangan ke gawang, berharap dapat mencetak gol keduanya, namun kiper berkepala plontos dari tim lawan berhasil menggagalkannya. Bola muntah disambar Samsul dan seluruh isi stadion bersorak, komentator berteriak dan mata Anda mungkin terbelalak jika menyaksikannya langsung.

Salto yang dilakukan Samsul adalah salto berkelas, mirip dengan salto Wayne Rooney ke gawang Manchester City, hanya kurang tinggi sedikit. Samsul sendiri saat itu berada dalam posisi bebas, ia bisa saja bermain aman dengan memosisikan badan sejenak untuk melakukan tendangan voli yang membelakangi gawang. Namun Samsul tampaknya telah ditakdirkan untuk kembali berpesta bersama Persela di Surajaya sore itu.

Tuan rumah unggul dua gol atas tamunya.

Akan tetapi, kembali saya ulangi bahwa Jumat sore di Stadion Surajaya adalah sore yang tak biasa. Pertandingan belum sampai setengah jam, Persela harus melakukan pergantian pemain. Sang kapten yang juga merupakan legenda hidup, Choirul Huda, harus ditarik keluar karena cedera. Posisinya digantikan oleh kiper cadangan, Ferdiansyah.

Namanya kiper cadangan, kualitasnya terkadang sedikit di bawah kiper utama dan inilah yang dimanfaatkan Gavin Kwan Adsit. Hanya satu menit setelah gol Samsul, umpan silang Rizky Pora sukses dikonversi menjadi gol berkat kesalahan timing Ferdi untuk keluar dari sarangnya. Kali ini tim tamu yang bersorak.

Kesempatan menyamakan kedudukan kembali terbuka lebar setelah beberapa kali Ferdi terlihat kurang tenang mengantisipasi laju bola. Apalagi, baru empat menit babak kedua berjalan, Persela kembali harus kehilangan pemain akibat cedera. Sang jenderal lapangan tengah, Eka Ramdani, harus ditandu keluar lapangan dan digantikan oleh Juan Revi, pemain yang memiliki usaha sampingan kuliner burger pesan-antar.

Hebatnya, meski kehilangan dua pemain pilarnya dan telah memimpin satu gol, Herry Kiswanto tidak menginstuksikan anak asuhnya untuk menurunkan intensitas serangan. Keputusan yang harus dibayar mahal. Umpan silang David Laly diselesaikan dengan sangat tajam oleh Rizky Pora tanpa penjagaan ketat dari lini belakang Persela. Ferdi kemasukan untuk kedua kalinya.

Tim tamu kembali bersorak, tuan rumah kembali tertunduk lesu. Waktu sisa yang tak genap sepuluh menit jelas sangat berat untuk dimanfaatkan menjadi gol kemenangan bagi Laskar Joko Tingkir.

Akan tetapi, Surajaya selalu menjadi tempat ternyaman bagi Persela untuk berpesta. Berawal dari perebutan bola di kotak penalti Barito, bola terlepas dari kaki Samsul Arif dan bergulir ke arah Fahmi, sang pemuda berambut ala bangsa Saiya. Ia berkelit melewati hadangan satu pemain, menempatkan bola di kaki kanannya dan mengirimkannya ke sebuah tempat yang dijaga Adhitya Harlan sekuat tenaga selama 90 menit.

Gol! Masuk! Persela menang dramatis 3-2! Tanpa kapten utama, tanpa kiper utama, tanpa top skor tim dan tanpa jenderal lapangan tengah mereka.

Pertandingan ini menurut saya adalah salah satu yang terbaik di Go-Jek Traveloka Liga 1 sejauh ini. Meskipun golnya tidak sebanyak ketika PSM Makassar membantai Persipura Jayapura atau ketika Semen Padang ditenggelamkan Madura United, kualitas pertandingan di Surajaya sore itu (28/7) adalah nomor satu.

Inilah bagaimana sepak bola harusnya dilakukan. Menghibur penonton, menyenangkan bagi yang menang, menyedihkan bagi yang kalah, tapi tidak sampai merenggut korban jiwa. Ingat! Sepak bola adalah pemersatu bangsa juga hiburan rakyat. Tak peduli apapun embel-embel yang tersemat di belakangnya saat ini seperti industrialisasi sampai modernisasi.

Jagalah persaudaraan, junjung tinggi sportivitas, karena siapa tahu, pesta akan berpindah tempat ke klub pujaan kalian atau negara kita tercinta. Entah esok hari, atau suatu saat nanti, tapi itu pasti akan terjadi dan jangan sampai ada kawan kita yang tak dapat ikut berpesta akibat meregang nyawa di tangan sesama manusia. Manusia sesama pencinta sepak bola.

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.