Musim 2008/2009 bisa dibilang sebagai satu di antara segelintir momen terbaik Liverpool di Liga Primer Inggris. Meski tak diperkuat banyak pemain kelas dunia, The Reds dengan modal kebersamaan, nyaris jadi yang terbaik. Bahkan hingga saat ini, banyak yang menyebut Fernando Torres dan kawan-kawan sebagai juara tanpa mahkota. Di balik kegemilangan performa Liverpool kala itu, hadir sosok manajer bernama Rafael Benitez.
Pria asal Spanyol itu memang langsung mempersembahkan trofi Liga Champions pada musim perdananya di Anfield, tapi setelahnya, Liverpool sempat mengalami fase penurunan. Hingga beberapa perubahan dilakukan dan membuat The Reds jadi kekuatan menakutkan di liga pada 2008/2009, kendati pada akhirnya harus gagal secara menyesakkan. Hampir satu dekade berselang, Benitez kembali ke Liga Primer, kali ini bersama klub yang dibawanya promosi, Newcastle United.
Beberapa persiapan terus dikebut, bahkan dimulai sejak musim 2016/2017 baru saja usai, atau Mei lalu. Benitez sadar, ekspektasi tinggi suporter membuatnya wajib antar The Magpies tak hanya jadi klub numpang lewat di Liga Primer. Tak hanya itu, Newcastle juga jadi medium mengembalikan reputasinya. Sebelum menerima pinangan dari St. James’ Park, Benitez merupakan pelatih dari klub juara Liga Champions dan Piala Dunia Antarklub, Real Madrid.
Berbekal pengalaman segudang baik di sepak bola Eropa maupun khususnya Liga Primer, Benitez coba membangun Newcastle perlahan jadi kekuatan yang akan diperhitungkan klub-klub rival dan semua dimulai pada bursa transfer musim panas ini. Menilik dari aktivitas yang dilakukan, juru taktik bernama lengkap Rafael Benitez Maudes ini terkesan hendak membangun Liverpool mini di St. James’ Park.
Afeksi dan obsesi tinggi
Pada suatu hari di bulan Maret 2017, sebuah pertanyaan meluncur untuk Benitez. Kalimat tanya tentang seberapa mirip situasi di Liverpool saat ditanganinya dengan kini di Newcastle. “Sangat banyak kemiripan di sini. Saya sempat berada di sana enam tahun dan kami menjuarai Liga Champions pada musim pertama dan tampil di final Piala Liga, jadi kekaguman terus meningkat, bilang Benitez dilansir BBC. “Saya berharap kami bisa melakukan sesuatu dengan baik serta punya masa bakti dan jumlah trofi yang sama,” ujarnya.
Sejatinya, Liverpool bukan jadi klub Liga Primer satu-satunya yang pernah dia latih. Benitez bahkan sempat mempersembahkan trofi Liga Europa untuk Chelsea. Namun, afeksi dan obsesi tinggi membuatnya terus mengingat momen indah bersama The Reds, bahkan coba diduplikasi di Newcastle United saat ini. Hal pertama yang dia sadari adalah masifnya suporter keduanya. Baik Scouser atau Geordie, sebutan untuk masyarakat lokal di Liverpool dan Newcastle, dikenal sebagai pendukung yang militan.
Suporter juga yang jadi alasan Benitez tetap tinggal di St. James’ Park meski tim terdegradasi dari kasta tertinggi. Lewat kampanye nyata, pendukung The Magpies sukses membuat eks allenatore Napoli itu bertahan. Alhasil, Newcastle mencatatkan rekor penonton di Divisi Championship dan kursi-kursi yang nyaris selalu penuh di St. James’ Park.
Dukungan penuh memberikan dorongan pemain Newcastle untuk selalu memberikan yang terbaik. Tak hanya pemain lama yang akhirnya menunjukkan performa luar biasa, rekrutan anyar Benitez awal musim panas lalu terbukti berhasil dan memberikan kontribusi besar atas promosinya The Magpies ke Liga Primer 2017/2018.