Turun Minum Serba-Serbi

9 Kisah Solidaritas di Atas Rivalitas Sepak Bola

Kredit: Sky Sport

Lazio dan AS Roma, 2007

November 2007 jadi momen memilukan bagi suporter klub Serie A Italia. Di sela-sela kerusuhan pendukung sepak bola di kota Roma, seorang suporter Lazio yang tengah duduk di mobilnya, Gabriele Sandri, tewas setelah tembakan yang dilepaskan seorang polisi mengenai lehernya. Kabar meninggalnya Sandri didengar ultras seantero Italia, tak terkecuali rival sekota Lazio, AS Roma.

Pendukung I Giallorossi melakukan aksi spesial dengan bersatu bersama suporter Lazio untuk menghadiri pemakaman mendiang Sandri. Solidaritas dilanjutkan jelang laga derby della Capitale dipentaskan. Ketika itu pentolan ultras dari kedua kubu saling berangkulan bersama kapten masing-masing tim, Francesco Totti dan Tommaso Rocchi, di depan tribun suporter Lazio yang mengusung spanduk besar bergambar wajah Sandri.

Al-Ahly dan Zamalek, 2012

Jalanan kota Kairo, Mesir, sekejap berubah jadi arena berkumpulnya suporter sepak bola. Kali ini bukan ajang kumpul sembarangan. Kelompok suporter dari dua klub musuh bebuyutan, Al-Ahly SC dan Zamalek SC, memilih bersatu guna memprotes militer negara tersebut. Protes terjadi setelah peristiwa yang disebut-sebut paling berdarah dalam sejarah olahraga Mesir di mana 74 suporter tewas pada kerusuhan pada laga Al-Masry kontra Al-Ahly di Port Said.

Dua kelompok besar suporter, Ultras White Knights dan Ultras Ahlawy, melupakan sejenak perseteruan dan menggalang solidaritas guna pengusutan kasus kerusuhan berdarah tersebut. Banyak yang menyebut peristiwa itu didalangi pemerintah karena aparat keamanan terkesan membiarkan suporter membawa benda tajam ke dalam tribun hingga terjadi invasi ke lapangan dan mengakibatkan banyak korban jiwa.