Seandainya masih hidup, Miklos Feher pada tanggal 20 Juli 2017 ini sudah berusia 38 tahun. Mungkin, ia juga akan menikmati penampilan pertama Hungaria dalam 40 tahun terakhir di ajang internasional pada Piala Eropa 2016 lalu.
Mendiang pemain berambut pirang dan berwajah tampan ini mengembuskan napas terakhirnya 13 tahun lalu. Dan dalam rangka hari kelahirannya, mari kita simak kisah hidup Miklos Feher.
Meski lahir di Tatabanya, Hungaria, karier Miklos Feher seolah sudah ditakdirkan menuju Portugal. Ia diboyong FC Porto pada usia 19 tahun dari klub Hungaria, Gyori ETO. Kepindahannya juga disambut baik warga Hungaria. Maklum, ekspektasi tinggi disematkan kepada pemain muda terbaik Hungaria 1997 tersebut, mengingat Hungaria telah lama menantikan figur baru untuk mengangkat derajat sepak bola mereka setelah era emas Ferenc Puskas dan Magical Magyars.
Sayang, kariernya di FC Porto tidak berjalan sesuai rencana. Selama tiga tahun, ia lebih banyak bermain di tim cadangan Porto dan menghabiskan waktu sebagai pemain pinjaman. Salgueiros dan Braga adalah dua klub yang menjadi tujuannya sebagai pemain pinjaman.
Di klub terakhir tersebut akhirnya nama Feher mulai diperhitungkan sebagai penyerang yang berkualitas. Ia mencetak 14 gol dalam 26 pertandingan untuk Braga pada musim 2000/2001. Meskipun harus kembali menjadi cadangan di Porto semusim kemudian, penampilannya justru menarik penampilan rival abadi Porto, yaitu Benfica.
Perselisihan antara Porto dan agen Feher, Jose Veiga, akhirnya memicu kepindahannya ke klub Lisbon tersebut. Di Benfica, Feher tetap harus bersaing dengan pemain-pemain handal tim nasional Portugal seperti Simao Sabrosa dan Nuno Gomes.
Feher sebenarnya tak pernah benar-benar mencatatkan rekor gol impresif bersama Benfica. Dalam dua musim, ia hanya tampil tiga puluh kali dan mencetak delapan gol. Ironisnya, putra Hungaria ini baru benar-benar melegenda setelah tampil spartan di laga melawan Vitoria Guimaraes yang akhirnya merenggut nyawanya.
Hasil otopsi menyimpulkan bahwa Feher meninggal akibat serangan jantung yang dipicu kondisi hypertrophic cardiomyopathy. Pemain ini mendadak pingsan di lapangan pada menit ke-91 setelah memberikan umpan matang kepada Fernando Aguiar yang kemudian menyontekkan bola ke gawang Vitoria. Melihat insiden tersebut, pemain-pemain Benfica yang tadinya merayakan gol berubah histeris karena panik.
Pertandingan sempat terhenti 15 menit ketika tim dokter mencoba menyadarkan Feher yag terkapar di lapangan. Feher lalu dilarikan ke rumah sakit, tempatnya mengembuskan napas terakhir sejam kemudian. Baik warga kota Lisbon maupun warga Hungaria berkabung selama beberapa hari atas kepergian talenta muda mereka.
Pada akhir musim 2004/2005, terjadilah sebuah adegan mengharukan yang berangkat dari inisiatif klub Benfica. Rombongan Benfica yang terdiri atas Presiden klub, Luís Filipe Vieira, pelatih Giovanni Trapattoni dan seluruh anggota tim Benfica, terbang ke kampung halaman Feher di Hungaria. Mereka bertemu dengan kedua orang tua sang pemain untuk mempersembahkan medali gelar juara Liga Portugal, gelar yang tak sempat dinikmati putra mereka.
Untuk mengenang sang pemain, Benfica juga mengabadikan nomor 29 yang dikenakan Feher semasa kariernya di sana. Selain itu, sampai sekarang, patung Miklos Feher masih berdiri di Estadio da Luz, kandang Benfica.
Istirahat yang tenang dan selamat ulang tahun, Miklos Feher.
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.