Ketika mentas dari Colney, dirinya disebut sebagai calon gelandang tengah terbaik Inggris. Ia mengingatkan banyak orang akan kualitas Paul Gascoigne. Namun sayang, Jack Wilshere justru tengah menghadapi masa depan yang serba tak menentu.
Wilshere bergabung bersama akademi Arsenal di usia sembilan tahun. Bakatnya begitu besar, hingga staf pelatih Arsenal menaikkan kelas Wilshere dengan cepat. Dan tak butuh waktu lama, pemain kelahiran 1 Januari 1992 tersebut merasakan debutnya di usia 16 tahun dan 256 hari.
Debut Wilshere terjadi ketika Arsenal bertemu Blackburn Rovers di Liga Primer Inggris. Catatan debutnya memecahkan rekor sebagai pemain termuda yang melakoni debut di kompetisi domestik dan di Liga Champions (16 tahun, 329 hari), ketika melawan Dynamo Kiev bulan November 2008.
Satu musim kemudian, Wilshere bermain di hampir semua laga Arsenal muda dan berhasil menggondol Piala FA junior dengan mengalahkan Liverpool. Wilshere mencetak satu gol di laga puncak tersebut.
Salah satu kelebihan Wilshere adalah kemampuannya bermain sebagai gelandang tengah atau gelandang bertahan. meski bertubuh kecil, Wilshere tak gentar untuk beradu fisik, bahkan hingga hampir baku pukul. Disokong stamina yang cukup bagus, Wilshere juga dibekali olah bola kelas elite. Inggris seperti mendapatkan “Xavi Hernandez” mereka sendiri.
Bermain apik di Arsenal, timnas Inggris menghadiahi Wilshere sebuah debut. Ketika itu, ia masih berusia 18 tahun. Tak hanya itu, pada musim 2010/2011, Wilshere memenangi PFA Young Player of The Year dan juga masuk ke dalam daftar PFA Premier League Team of the Year. Namun sungguh sayang, catatan manis di atas kini seperti tak punya arti.
Cedera
Performa Wilshere menjadi kabur lantaran rentetan cedera yang menghantui kariernya. Bahkan, musim 2015/2016, boleh dibilang Wilshere absen di sepanjang tahun karena retakan di fibula. Simak saja tabel di bawah ini seperti yang saya dapatkan dari Transfermarkt:
Dari tabel di atas, jika ditotal, Wilshere absen selama 994 hari dan absen di 154 pertandingan. Sebuah angka yang cukup memperihatinkan.
Arsene Wenger menjadi pihak yang paling disalahkan lantaran pola latihannya yang terlalu berat. Ditambah manajemen cedera yang sangat buruk, alhasil, bakat besar Wilshere seperti menguap ke udara. Dari seorang pemain kelas dunia, jatuh menjadi pemain semenjana dengan rentetan cedera yang menyebalkan.
Setelah sempat sembuh dari cedera, musim lalu, Wilshere dipinjamkan ke Bournemouth. Peminjaman ini cukup sukses, dengan Wilshere tak banyak absen karena cedera. Cara Bournemouth mengatasi masalah si pemain menuai banyak pujian. Bersama Eddie Howe, Wilshere bisa bermain lebih banyak dan bakatnya kembali mengilap.