Seperti berlian, butuh proses penempaan yang tak sebentar untuk menghasilkan sesuatu yang indah dan berkilau. Begitu pula dengan pemain Olympique Lyon, Nabil Fekir. Setelah diterpa cobaan lewat beberapa cedera, pemain keturunan Aljazair ini bersiap untuk melakukan tantangan baru, yakni sebagai pemimpin tim asal kota kelahirannya tersebut mulai musim 2017/2018 mendatang.
Roda kehidupan terkadang membuat manusia berada di atas, dan tak jarang di bawah. Satu yang pasti dan benar-benar diyakini Fekir adalah kejatuhan hanya akan membuat kita bangkit lebih kuat lagi dan itu dimulai sejak usianya sangat dini. Tujuh tahun adalah usianya saat masuk ke akademi AC Villeurbanne. Perjalanan kariernya di masa muda tak mulus dengan berpindah sebanyak tujuh kali ke lima tim junior, sebelum kembali ke Lyon.
Pada 2013, Fekir mendapat kesempatan debut kala Les Gones kalah dari Real Sociedad di ajang play-off Liga Champions Eropa. Sepanjang musim debutnya, dia tampil sebanyak 17 kali dan mencetak sebuah gol. Semusim berselang atau tepatnya 2014/2015, Fekir yang mendapat menit bermain lebih banyak sukses jadi bintang muda potensial di Lyon dan bahkan Ligue 1.
Kerja samanya dengan Alexandre Lacazette di lini depan berbuah total 40 gol dan membuatnya jadi Pemain Muda Terbaik Ligue 1 musim itu. Secara keseluruhan Fekir sukses mengemas 15 gol dan sembilan asis. Pujian langsung menghampiri sang jebolan akademi, salah satunya datang dari legenda klub, Bernard Lacombe, yang menyebut gaya bermainnya mirip Lionel Messi dan Arjen Robben.
Tak pelak, panggilan masuk skuat timnas diterimanya. Di sini sempat ada dilema mengingat tak hanya satu, tapi dua tim nasional yang memintanya hadir, yakni Aljazair dan Prancis. Fekir akhirnya memilih Les Bleus. Sayangnya saat menghadapi Portugal, dia menderita cedera parah yang membuatnya harus absen lama.
Bangkit dan bersinar
Di sini kedewasaan Fekir ditempa. Alih-alih menyerah, dia dengan telaten menunggu sembari mengembalikan kondisi fisiknya yang memakan waktu berbulan-bulan dan praktis membuatnya absen di hampir seluruh musim 2015/2016. Bebas dari cedera, Fekir yang namanya mulai dilupakan publik akhirnya kembali awal musim lalu. Dia langsung tampil nyetel dengan pola permainan pelatih Bruno Genesio dan berhasil mencetak 14 gol di semua kompetisi.
Jelang musim baru bergulir, Lyon diwarnai eksodus pemain mulai dari Mathieu Valbuena, Corentin Tolisso, kapten Maxime Gonalons, hingga duetnya di lini serang, Lacazette. Di sisi lain, Les Gones yang mendapat dana segar memilih untuk melakukan pembelian bijak dengan merekrut para pemain muda berbakat seperti Bertrand Traore, Mariano Diaz dan Kenny Tete. Alhasil, nama Fekir dikedepankan untuk menjadi pemimpin tim.
Bukan tanpa sebab mengingat dirinya sudah lama di Lyon dan diprediksi bakal jadi andalan utama Genesio. Memang masih ada nama Christophe Jallet dan Clement Grenier yang tergolong lebih senior, tapi belakangan keduanya seakan tak mendapat jaminan tampil di starting eleven. Bahkan Grenier kerap tersisih dengan kembalinya Fekir usai bangkit dari cedera parah.
“Kami mendatangkan pemain guna mengganti yang telah pindah. Kini, Nabil Fekir mesti ambil alih dan jadi pemimpin tim,” bilang Genesio merujuk pada pernyataan presiden klub, Jean-Michel Aulas yang tak akan membeli penyerang baru, kepada L’Equipe. “Ini adalah musim yang penting baginya karena bakal ada Piala Dunia 2018. Dia kembali dengan ambisi besar dan akan sangat tajam di lini depan,” lanjutnya.
Joyeux Anniversaire, Nabil Fekir!
Author: Perdana Nugroho
Penulis bisa ditemui di akun Twitter @harnugroho