Dunia Lainnya

Ketika Nilai Klub Sepak Bola Semakin Turun di Dunia Olahraga

Untuk kali kedelapan, majalah kenamaan dunia, Forbes, kembali merilis daftar tim-tim olahraga dengan nilai tertinggi di dunia. Dalam The World’s 50 Most Valuable Sports Teams 2017 yang tahun ini berisi 51 tim itu, ironisnya, klub sepak bola harus kembali mengakui kekalahan dari American football lewat National Football League (NFL). Klub olahraga yang diklaim paling populer sejagat itu malah kini dilewati tim bisbol Major League Baseball (MLB).

Pada daftar yang disusun berdasarkan enterprise value atau nilai andai klub tersebut diakuisisi, tim NFL, Dallas Cowboys mempertahankan posisinya sebagai tim olahraga paling berharga di dunia. Disusul kemudian adalah New York Yankees yang tampil di MLB. ‘Wakil’ sepak bola baru terlihat di posisi ketiga yang kini ditempati Manchester United.

Peringkat satu selama tiga tahun beruntun pada periode 2013-2015 sekaligus runner-up edisi sebelumnya, Real Madrid, terperosok ke peringkat kelima, satu tingkat di bawah Barcelona. Padahal jika menilik pada prestasi dalam dua musim terakhir, Madrid malah mengalami peningkatan dengan sukses mempertahankan gelar Liga Champions Eropa dan meraih trofi La Liga 2016/2017. Lewat asumsi tersebut, mestinya nilai jual juga terdongkrak.

Lantas, mengapa demikian? Apa yang membuat Madrid malah jatuh cukup jauh? Padahal jika membandingkan eksistensi, nama klub asal ibu kota Spanyol itu jauh lebih mentereng ketimbang Cowboys yang tak banyak dikenal seantero dunia olahraga. Nama-nama semisal Cristiano Ronaldo hingga Gareth Bale juga dipastikan jauh lebih dikenal masyarakat luas daripada Jeff Heath sampai legenda seperti Tony Romo sekalipun. Jauh.

Manchester United masih menjadi klub sepak bola terkaya dunia, versi Forbes.

Penurunan drastis klub sepak bola

Membedah daftar 50 tim olahraga paling bernilai di dunia versi Forbes ini, tak hanya Madrid dan Barcelona yang terus mengalami penurunan. Ini juga terjadi untuk klub sepak bola lain di benua biru. Selain United (peringkat 3), Barcelona (4), dan Madrid (5), terdapat Bayern München (15), Manchester City (35), Arsenal (43), serta terakhir Chelsea (46).

Terlepas dari kenaikan posisi Red Devils pada rilis terbaru, semua klub yang ada di daftar tahun lalu dipastikan mengalami penurunan. Peringkat ke-23 tahun lalu, Arsenal, malah tercatat sebagai tim yang paling jauh turun, yakni 20 anak tangga. Liverpool lebih ironis lagi karena tak masuk dalam 50 besar. Jumlah klubnya pun berkurang dari tahun lalu sebanyak delapan, kini cuma tujuh. Indikator penurunan juga terlihat ketika kedua kalinya secara beruntun, Madrid gagal merebut kekuasaan dan malah terperosok lebih jauh.

Jika dilihat nilainya, apakah memang mengalami penurunan? Jawabannya tidak semua. Hanya Los Blancos dan Arsenal yang mengalami pengurangan nilai masing-masing dua dan empat persen, selebihnya naik, terbesar United dan Chelsea sebanyak 11 persen. Menanjaknya The Blues tak lepas dari sponsor baru yakni Nike, yang menggantikan apparel lama, adidas.

Kurt Badenhausen dari Forbes menyatakan banyak faktor yang memengaruhi, salah satunya kondisi ekonomi suatu negara. Penurunan drastis Arsenal misalnya, disinyalir akibat fluktuatifnya nilai paun imbas dari proses keputusan Britania Raya keluar dari Uni Eropa atau populer dengan sebutan Brexit. Namun penyebab dari kegagalan klub sepak bola merangsek naik salah satunya adalah semakin mapannya tim-tim NFL dan MLB dalam meraup keuntungan.

Previous
Page 1 / 2