Nama Cristian Zaccardo saya ketahui pertama kali pada saat dirinya bermain untuk kesebelasan Bologna di awal tahun 2000-an lalu. Di klub yang sama pula, Zaccardo menempa dirinya untuk menjadi pesepak bola profesional. Tapi, nama Zaccardo baru benar-benar menjulang justru saat dirinya bermain untuk klub asal Pulau Sisilia, Palermo.
Performa bagusnya bareng I Rosanero pula yang membukakan pintu tim nasional Italia di tahun 2004 saat ditukangi oleh Marcello Lippi. Zaccardo mencicipi debut berseragam Gli Azzurri pada laga kualifikasi Piala Dunia 2006 melawan Slovenia. Sayang, pada pertandingan tersebut Italia takluk dari tim tuan rumah.
Dikenal sebagai pemain yang cepat, cerdas dan serbabisa, membuat Zaccardo jadi salah satu pemain favorit Lippi. Atribut semacam itu membuat Zaccardo bisa dimainkan di beberapa posisi, yakni bek kanan (posisi utamanya), bek tengah hingga gelandang bertahan.
Bersama timnas Italia juga Zaccardo merasakan kenikmatan tiada tara sebagai pesepak bola usai menjadi juara Piala Dunia 2006. Dirinya turun di tujuh pertandingan dan bermain di beberapa posisi yang berbeda-beda.
Mantan pelatihnya di Palermo, Francesco Guidolin, bahkan memuji Zaccardo sebagai “Centromediano Metodista” karena kemampuan apiknya memudahkan Zaccardo untuk melakoni peran ganda saat dipasang di sektor tengah yakni sebagai gelandang perebut bola sekaligus deep-lying playmaker.
Setelah berkarier di Palermo, petualangan Zaccardo berlanjut di klub Jerman, Wolfsburg, selama dua musim sebelum akhirnya mudik ke Italia untuk bergabung dengan Parma. Dirinya juga sempat mengenakan jersey AC Milan meski kariernya di kota Milano terbilang singkat.
Usai cabut dari San Siro, Zaccardo bergabung dengan klub kecil, Carpi. Sayangnya, kariernya tak langgeng-langgeng amat bareng klub tersebut. Dirinya bahkan sempat dipinjamkan ke Vicenza.
Usia Zaccardo yang sudah 35 tahun pada akhirnya membuat Carpi, sebagai pemilik sahnya, memutuskan untuk tak menyodorinya perpanjangan kontrak setelah musim 2016/2017 berakhir. Keadaan ini membuat nasib Zaccardo terkatung-katung lantaran tak memiliki klub.
Uniknya, pemain yang punya 17 caps dan 1 gol bareng Gli Azzurri itu langsung memberi respons dengan menggunakan media sosial berorientasi bisnis dan lowongan pekerjaan, LinkedIn, guna mempromosikan diri sekaligus mencari pelabuhan yang baru.
Tak perlu heran jika ada banyak klub yang menawari Zaccardo kontrak meski berdurasi singkat. Bukan hanya klub-klub di Italia, tapi bisa juga kesebelasan yang berasal dari wilayah lain, misalnya saja, Indonesia.
Mengingat kompetisi Go-Jek Traveloka Liga 1 sudah membuka bursa transfer di pertengahan musim, pikiran nakal saya pun membayangkan jika saja ada beberapa klub Liga 1 yang berminat untuk mengontrak Zaccardo dengan status marquee player, maka kemampuannya tentu bisa dimanfaatkan serta dimaksimalkan.
Dan klub Liga 1 mana saja yang kira-kira cocok buat Zaccardo?
Berikut daftarnya:
Persiba Balikpapan
Terjerembab di dasar klasemen hingga pekan ke-15 tentu membuat tim Beruang Madu galau. Apalagi Marlon Da Silva dan kolega sejauh ini baru mengumpulkan 5 poin. Suka tidak suka, pihak klub maupun suporter harus sadar jika itu merupakan sebuah torehan yang sangat jeblok.
Hal ini diperparah dengan buruknya penampilan sektor belakang anak asuh Milomir Seslija sehingga mudah sekali ditembus. Secara total, mereka sudah kebobolan 25 gol. Bagaimanapun juga, masalah ini tak bisa dibiarkan begitu saja.
Siapa tahu, dengan merekrut Zaccardo sebagai marquee player barunya, lini belakang Persiba bisa tampil lebih baik dan ikut membantu Persiba bangkit dari keterpurukan sehingga tidak terelegasi ke Liga 2 di musim mendatang. Tentunya dengan upaya melepas Anmar Almubaraki yang tampil buruk di paruh pertama Liga 1, ya.