Nasional Bola

Langkah Ponaryo Astaman yang Patut Diikuti oleh Pemain Indonesia Lain

Siapa tak kenal Ponaryo Astaman di kancah sepak bola Indonesia? Sejak usia belia, ia sudah dilabeli sebagai gelandang tengah berbakat. Bahkan ketika berbicara di level tim nasional, Ponaryo langsung menjabat sebagai kapten hanya dalam setahun setelah debut tim seniornya pada tahun 2003. Padahal kala itu masih banyak pemain yang lebih senior seperti Hendro Kartiko dan Mauly Lessy. Ia juga yang memimpin Indonesia di Piala Asia 2007 kala Indonesia menjadi tuan rumah bersama Malaysia,Vietnam, dan Thailand.

Di level klub, Ponaryo sudah merasakan berseragam tim-tim besar di Indonesia. Mulai dari PSM Makassar, Persija Jakarta, Arema hingga Sriwijaya FC. Bersama Sriwijaya, Ponaryo meraih banyak gelar. Termasuk menjadi juara nasional pada tahun 2012. Dan kini, sang gelandang tangguh sedang berada dalam senja kariernya.

Baru-baru ini muncul rilis kandidat-kandidat pelatih yang akan mengikuti kursus kepelatihan Lisensi A AFC yang akan dimulai pada 29 Juli nanti. Dan nama Ponaryo termasuk dalam daftar tersebut. Ia menjadi yang termuda dan satu-satunya yang masih aktif bermain.

Ia akan mengikuti kursus kepelatihan ini bersama nama-nama yang lebih senior seperti Kurniawan Dwi Yulianto, Nova Arianto, Francis Wewengkang, Seto Nurdiantoro dan Yeyen Tumena. Ponaryo juga akan berada satu kelas dengan pelatih-pelatih lain yang sudah memiliki pengalaman seperti Nazal Mustofa, Salahudin, Yusuf Ekodono dan Herrie Setiawan.

Keberadaan Ponaryo yang masih aktif bermain ini adalah sebuah kemajuan bagi dunia kepelatihan di Indonesia. Langkah Ponaryo untuk terus mendapatkan lisensi kepelatihan tertinggi di saat dirinya masih aktif bermain merupakan langkah yang bagus. Sesuatu yang mestinya ditiru oleh kebanyakan pemain yang saat ini masih aktif bermain.

Secara umum, karier di dunia atlet memang pendek. Kemungkinan besar Anda hanya punya 10 tahun untuk masa-masa terbaik Anda. Hanya mereka-mereka yang beruntung saja yang bisa berlaga hingga usia 40 tahun. Masih bisa terus bermain hingga usia 34 tahun pun rasanya sudah cukup bagus. Apalagi di Indonesia, di mana situasi sepak bola begitu rumit dan tidak menentu.

Mengambil lisensi kepelatihan adalah cara untuk bisa terus hidup selepas bermain. Karena karier kepelatihan tentu menawarkan jangka waktu yang lebih panjang bahkan dibanding ketika masih aktif bermain. Yang dilakukan Ponaryo adalah salah satu langkah bagus bagaimana pesepak bola Indonesia mempersiapkan masa depan mereka.

Di masa-masa sebelumnya, kita sering mendengar cerita soal keadaan terkini dari para pesepak bola tersohor. Kemegahan karier mereka hancur lebur dalam sesaat karena tidak mempersiapkan masa setelah bermain dengan lebih baik. Bahkan beberapa di antara mereka sampai hidup dalam keadaan yang amat sulit, padahal dulunya sangat tenar dan bergelimang kesuksesan.

Upaya Ponaryo ini juga memberikan banyak manfaat bagi sepak bola Indonesia secara keseluruhan. Ponaryo masih berusia di bawah 40 tahun, namun kini sudah akan memiliki lisensi kepelatihan A AFC. Ini menandakan bahwa Indonesia akan punya lebih banyak nama pelatih muda yang siap menangani sebuah tim di kompetisi teratas. Tenaga baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang lebih segar tentu akan sangat bagus untuk kemajuan sepak bola negeri ini.

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia