Nasional Bola

Mengingat Kembali Ketangguhan Mauli Lessy

Stadion Utama Gelora Bung Karno, final Piala Tiger 2004. Pertandingan saat itu memasuki babak kedua dan Indonesia tertinggal 0-2 dari tim tamu, Singapura. Tempo tinggi pun langsung diperagakan oleh anak asuh Peter Withe agar secepatnya dapat mengejar ketertinggalan, namun petaka justru datang menghampiri timnas Garuda.

Baru tiga menit laga berjalan, seorang pemain Singapura melakukan tekel pada seorang penggawa tim Merah-Putih. Wasit meniup peluit tanda pelanggaran, tetapi Mauli Lessy sebagai pemain yang menerima tekel tadi tak terima dengan perlakuan kasar lawannya. Ia melancarkan pukulan pada pelanggarnya itu dan sontak kartu merah keluar dari kantong wasit.

Indonesia, seperti yang sudah kita ketahui, tumbang di kedua leg dan harus merelakan trofi juara terbang ke negara kecil di seberang Kepulauan Riau itu. Mauli Lessy tampil buruk di laga puncak. Sangat disayangkan karena sepanjang turnamen sebelum laga final. ia tampil apik dan diharapkan dapat meredam serbuan legiun asing naturalisasi milik Singapura.

Terpilihnya bek kelahiran Ambon 7 Agustus 1975 di skuat utama Indonesia ini awalnya mengundang rasa penasaran. Ia hanya bermain di klub papan tengah kala itu, Persikota Tangerang, dan akan bersanding dengan nama-nama tenar di lini belakang seperti Charis Yulianto dan Jack Komboy. Akan tetapi Peter Withe tetap yakin pada pilihannya saat itu. Mahir bermain sebagai bek tengah dan gelandang jangkar menjadi kelebihan Lessy selain gaya bermainnya yang penuh semangat.

Meski bermain buruk dan mendapat kartu merah di laga final, sekali lagi saya ulangi bahwa penampilan Lessy secara keseluruhan di tunamen dua tahunan itu layak diacungi jempol. Satu gol ia cetak ke gawang Vietnam di pertandingan yang berakhir untuk kemenangan 3-0 atas tuan rumah. Penyisihan grup dilalui Indonesia tanpa sekalipun kebobolan. Kokoh bakoh!

Berkat kinerjanya di timnas saat itu, ia “naik kasta” setelah diboyong Rahmad Darmawan ke Persipura Jayapura pada Liga Indonesia 2005 dan sukses meraih juara liga di musim pertamanya. Berduet dengan tandemnya semasa di timnas, Jack Komboy, Lessy menjadi bek andalan Mutiara Hitam dan lagi-lagi membawa timnya menjadi kesebelasan yang kebobolan paling sedikit dari semua tim di dua wilayah

Koneksi kuat dengan Rahmad Darmawan

Meski namanya meroket setelah dipercaya Peter Withe tampil di timnas Piala Tiger 2004, Rahmad Darmawan adalah sosok yang lebih dulu mengorbitkan Mauli Lessy di pentas sepak bola nasional.

Dibawanya Lessy ke Piala Tiger 2004 adalah berkat penampilan apiknya di Persikota Tangerang pada musim 2003 di mana saat itu saudara sekota Persita Tangerang ini diasuh oleh pelatih yang akrab disapa coach RD.

Bersama Firmansyah, Lessy menjadi andalan RD menggalang pertahanan dan keduanya juga terpilih untuk memperkuat timnas Garuda. Di Persipura pula, RD dan Lessy kembali bersatu dan mempersembahkan satu gelar juara liga bagi Persipuramania.

Sayang, pada musim 2007/2008, Lessy menderita cedera lutut dan telapak kaki yang parah. Pemain yang sempat bermain di PSS Sleman dan Persebaya Surabaya ini dilepas Persipura karena harus absen lama dan baru bisa comeback setahun setelahnya.

Di saat dirinya menyangka bahwa kariernya akan segera berakhir karena kesulitan mendapat klub baru, RD kembali datang sebagai penyelamat. Pria yang kini melatih T-Team di Liga Malaysia ini mengontrak Lessy di Sriwijaya FC pada musim 2009/2010. Di Laskar Wong Kito, pemain yang mengidolakan Firman Utina ini dikontrak selama setengah musim dengan nilai kontrak 200 juta rupiah.

Usia Lessy saat itu sudah 35 tahun dan manajemen klub juara Liga Indonesia 2007 ini sempat ragu akan kemampuannya. Namun, RD tetap yakin Lessy akan memberikan yang terbaik, lagipula saat itu mereka tengah mencari pengganti bek Renato Elias yang memutuskan pensiun. Setelah melakoni seleksi selama tiga hari, Lessy resmi diperkenalkan sebagai rekrutan baru.

Meski tak menjadi pilihan utama, pemain bernama lengkap Muhammad Mauli Lessy ini tetap memberikan yang terbaik. Ia tampil di empat pertandingan Liga Champions Asia 2008 walau tak ada satupun yang berbuah kemenangan dan selalu menjadi bulan-bulanan lawan.

Namanya memang tak lagi populer di penghujung karier, namun haram hukumnya melupakan Mauli Lessy sebagai salah satu palang pintu terkokoh yang pernah dimiliki Indonesia. Dengan kemampuan bertahan yang mumpuni, Mauli Lessy layak dinobatkan sebagai salah satu bek tangguh yang pernah dilahirkan tanah Maluku.

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.