Uncategorized

Perseru: Homecoming, Tak Ada Tempat Seindah Rumah Sendiri

Perseru Serui akhirnya memetik hasil yang termasuk langka mereka dapatkan musim ini. Lukas Mandowen dan kawan-kawan sukses mencatatkan kemenangan kedua mereka di Go-Jek Traveloka Liga 1.

Berkat gol tunggal pemain asal Paraguay, Silvio Escobar, tim berjuluk Cenderawasih Jingga ini mengatasi tamu mereka, Persegres Gresik United. Ini adalah kemenangan pertama mereka dalam tiga bulan terakhir dan kemenangan kedua dalam Liga 1 musim 2017 ini.

Kemenangan tersebut memang belum mengeluarkan anak-anak asuh Agus Yuwono dari jurang degradasi. Perseru masih terjebak di posisi enam belas klasemen sementara Liga 1 hingga pekan ke-13. Namun, setidaknya hasil positif tersebut bisa menjadi momen kebangkitan setelah hancur-hancuran di beberapa pekan terakhir.

“Kami syukuri hasil hari ini. Perseru masih diberi hasil maksimal meski hanya mencetak satu gol. Itu sudah cukup,” ucap sang pelatih Agus Yuwono, seperti dikutip dari Jawa Pos.

Tiga poin atas Persegres sekaligus menjadi kado manis Cenderawasih Jingga kepada pendukung mereka. Apalagi, ini adalah pertandingan pertama selepas bulan Ramadan yang bisa mereka selenggarakan di kandang mereka, Stadion Marora.

Seperti kita ketahui, Perseru dilarang menggunakan Stadion Marora selama bulan Ramadan. Penyebabnya karena selama bulan puasa, semua pertandingan digelar di malam hari, sedangkan pencahayaan di Marora tidak memadai untuk menggelar pertandingan malam.

Alhasil, tiga pertandingan kandang mereka di bulan Juni harus dilaksanakan di luar kandang, antara lain di stadion I Wayan Dipta ketika seharusnya menjamu Bali United, Stadion Patriot Bekasi ketika menantang Persija dan Stadion Pakansari Bogor untuk menghadapi PS TNI. Semua pertandingan tersebut berujung kekalahan bagi Perseru.

Padahal, seandainya semua pertandingan tersebut berlangsung di Marora, besar kemungkinan Perseru bisa memetik poin. Di Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 lalu, mereka mencatatkan hasil fantastis, yaitu tak pernah kalah sekali pun di kandang. 13 kemenangan mereka bukukan dari total 17 pertandingan kandang dan sisanya berakhir imbang.

Selain masalah lampu stadion yang kurang memadai, Stadion Marora juga terkendala jika ingin menyiarkan pertandingan secara langsung di televisi. Pasalnya, cukup sulit untuk bisa menjangkau stadion yang terletak di Kepulauan Yapen tersebut. Kota Serui hanya bisa dijangkau dengan pesawat kecil. Ini tak memungkinkan untuk membawa muatan untuk alat produksi televisi yang beratnya berton-ton.

Namun bagaimanapun juga, tentunya tak ada tempat lain yang seindah rumah sendiri. Di luar segala kekurangan Stadion Marora, para anggota skuat Perseru tentunya menginginkan mereka bisa berlaga di kandang sendiri.

Baca juga: Perseru Serui: Raja Kandang dari Yapen

Ini diakui salah seorang pilar mereka, Petrus Towolom, ketika Perseru masih berada di ‘pengasingan’ selama bulan Ramadan lalu. Menurutnya, ketiadaan kandang membuat dia dan semua rekan setimnya terbebani secara fisik maupun mental. Sebagai manusia biasa, tentunya mereka dilanda rasa rindu terhadap keluarga dan teman-teman mereka di Kepulauan Yapen.

“Sudah lama kami tidak bermain di kandang,” kata Petrus, ketika diwawancarai sebelum Perseru menjamu PS TNI bulan lalu. “Saya anggap itu sudah manusiawi karena kami rindu juga dengan keluarga.”

Setelah Ramadan berakhir, mereka akhirnya bisa kembali berlaga di Stadion Marora. Mari kita tunggu apakah performa Perseru di kandang akan kembali menjadi momok menakutkan bagi lawan-lawan mereka di Liga 1.

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.