Eropa Inggris

Duo Rom-Pog: Muda dan Berbahaya

Para penggemar Manchester United punya dongeng hebat soal kombinasi antara dua pemain. Cerita soal Andy Cole dan Dwight Yorke begitu melegenda di klub yang bermarkas di Old Trafford ini. Duo ini total mencetak 99 gol di Liga Primer dan membawa United meraih treble pada tahun 1999. Hingga kemudian terpisah karena Andy Cole dilego ke Blackburn Rovers pada tahun 2001.

United kemudian terus melakukan pencarian atas suksesor  duo Cole dan Yorke. Tapi, ternyata sulitnya bukan main. Sama seperti kesulitan mereka mencari pemain yang benar-benar pantas mengenakan nomor punggung tujuh yang keramat setelah Cristiano Ronaldo pergi. Tetapi sepertinya United akan mendapatkan kombinasi antara dua pemain yang bisa jadi lebih dashyat ketimbang Cole dan Yorke.

Seperti yang diketahui, United baru saja mendaratkan Romelu Lukaku. Penyerang asal Belgia ini mendarat di klub berjuluk Setan Merah dengan mahar transfer sebesar 75 juta paun. Sebenarnya kepindahan Rom, sapaan akrab Lukaku sudah tercium sejak lama.

Rom menghabiskan liburan jeda kompetisi bersama Paul Pogba di Amerika Serikat. Keduanya menghabiskan banyak waktu bersama. Dan dalam sebuah unggahan di akun Instagram, Pog, sapaan akrab Pogba, sempat memberikan “kode” bahwa Lukaku akan berseragam United untuk musim kompetisi mendatang.

Powerhouse Couple dan kedekatan di luar lapangan

Duo baru milik United ini jelas akan benar-benar berbeda dengan sebelumnya. Rom dan Pog bermain di posisi yang berbeda. Rom adalah penyerang sementara Pog beroperasi di sektor gelandang. Tentu yang diharapkan adalah kombinasi antara gelandang dan penyerang, di mana Pog akan memberikan operan-operan matang yang nantinya akan dikonversi menjadi gol oleh Rom.

Keduanya merupakan tipe pesepak bola modern. Rom dan Pog tidak saja atletis tetapi juga punya kemampuan teknik yang baik. Mereka juga punya kapabilitas taktik dan pemahaman permainan yang bagus mengingat mereka sepanjang kariernya sejauh ini selalu ditangani oleh pelatih-pelatih berkelas. Duet Rom dan Pog adalah ancaman nyata bagi kesebelasan-kesebelasan Liga Primer yang lain.

Kedekatan keduanya di luar lapangan pun menjadi nilai tambah yang sangat bagus. Karena sering disebutkan, bahwa kunci utama duet Yorke dan Cole adalah mereka tidak hanya sinergis di lapangan, tetapi juga di luar lapangan. Karena sudah mengenal, bahkan jauh sebelum berada dalam satu tim, maka Rom dan Pog bisa jadi akan bersinergi jauh lebih baik.

Keduanya bertemu pertama kali ketika tim cadangan Chelsea berhadapan dengan tim cadangan United di Stamford Bridge sekitar satu windu lalu. Meskipun dalam sebuah wawancara, Rom mengaku sudah mengetahui Pogba jauh sebelum itu. Tepatnya pada Piala Eropa usia muda yang digelar pada tahun 2010. Ayah Rom menceritakan pada putranya bahwa ia melihat gelandang muda Prancis yang bermain luar biasa. Bernomor punggung 10 dan tampil dominan.

Soal bahasa juga semakin mendekatkan keduanya. Rom dan Pog besar di Inggris sehingga mereka berdua fasih dalam berbahasa negeri Ratu Elizabeth tersebut. Keduanya juga bisa berbahasa Prancis, bahasa yang paling sering digunakan keduanya ketika berdialog.

Pog jelas saja merupakan orang Prancis, sementara Rom berasal dari Belgia. Ia cukup baik dalam berbahasa Prancis, meskipun faktanya, eks penyerang Everton ini lahir dan besar di area Flanders, yang banyak berbahasa Belanda. Komunikasi yang baik tentu membuat segalanya menjadi lebih mudah.

Fakta bahwa keduanya berada di usia yang sama juga semakin membuat duo Rom dan Pog punya daya ledak yang luar biasa. Bukan hanya soal keduanya masih menyimpan potensi yang bisa dikembangkan lagi, tetapi juga soal kenyamanan.

Keduanya akan tahu betul apa yang dipikirkan dan dirasakan karena berusia sama. Berbeda ketika Pog berkerja sama dengan Zlatan Ibrahimovic, penyerang legendaris Swedia ini jauh lebih tua ketimbang Pog. Tentu ada sedikit rasa segan dari eks gelandang Juventus ini kepada Zlatan. Meskipun sepertinya., akhir-akhir ini Pogba tampaknya tertular banyak sifat dari Zlatan.

Apakah duo ini bisa menjadi masalah?

Duet Rom dan Pog memang menyimpan daya ledak dan jadi sangat berbahaya. Tim peserta Liga Primer Inggris mesti mengantisipasi aksi dari kombinasi antara dua pemain muda ini. Tetapi, seperti banyaknya alat peledak, duet ini juga akan menghadirkan kausalitas yang bisa jadi justru akan meledak di kubu United sendiri.

Hal itu bernama ego. Hal tersebut bisa jadi masalah besar yang ditimbulkan oleh duet Rom dan Pog. Boleh jadi keduanya sudah meredam ego masing-masing. Karena apabila tidak, tentunya mereka tidak mungkin bersahabat dekat.

Tapi bagaimana sikap mereka kepada rekan-rekan setim yang lain? Apakah mereka akan bersikap ekslusif kepada rekan setim mereka? Seakan dunia milik berdua, mirip dengan pasangan kekasih yang sedang dimabuk asmara? Karena sejauh ini, foto-foto sesi latihan tim United memperlihatkan bahwa Pog melakukan hampir segalanya bersama-sama dengan Rom.

Harga keduanya yang sejauh ini merupakan termahal di tim bisa jadi membuat duet ini besar kepala. Dalam level esktrem, bisa jadi merendahkan pemain-pemain yang lain. United mesti menangani kondisi internal tim dengan cara yang tepat. Apalagi, mereka baru saja ditinggal sosok pemimpin setelah Wayne Rooney mudik ke Everton.

Di sinilah peran Jose Mourinho sebagai pelatih dibutuhkan untuk mengendalikan dan mengontrol suasana tim seandainya hal terburuk terjadi. Karena sepertinya, agen Pog dan Rom lebih tertarik kepada uang ketimbang melihat pemainnya meraih prestasi besar.

Para penggemar United pasti berharap bahwa duet Rom dan Pog tidak akan memunculkan masalah. Karena dua pemain ini harusnya paham betul soal tidak mudahnya meraih posisi mereka saat ini. Karena baik Rom dan Pog, sempat merasakan rasanya “dibuang” klub mereka masing-masing dan dianggap tidak memiliki  potensi seperti yang ekspektasi yang sudah dibebankan.

Ekspektasi besarnya adalah duet Rom dan Pog bisa memberikan banyak gol dan prestasi bagi United. Bukan sekadar video konyol atau gaya selebrasi gol menghebohkan dari keduanya.

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia