Di masa lalu, orang mengenal sepak bola sebagai permainan yang berlangsung selama 2×45 menit (plus 2×15 menit perpanjangan waktu dan adu penalti jika diperlukan), lalu permainan tersebut melibatkan dua tim, wasit, asisten wasit, lalu ada pelatih dan penonton yang selalu membuat heboh. Tidak pernah terpikir bahwa setelah sekian tahun, akan ada teknologi yang ”mengganggu” jalannya pertandingan.
Tetapi, itulah hidup. Teknologi mengubah cara hidup kita sehari-hari. Begitu juga dalam olahraga. Lepas dari pro dan kontra, sepak bola juga tidak steril dari perkembangan teknologi. Tujuannya tentu agar membantu tugas wasit dalam mengambil keputusan. Berlarian terus menerus sambil meniup peluit tentunya menguras tenaga, bukan?
Nah, beberapa artikel sebelumnya di Football Tribe Indonesia telah cukup sering membahas perihal penggunaan video replay atau video assistant referee (VAR) yang sudah dicoba di Piala Dunia U-20 di Korea Selatan dan terakhir Piala Konfederasi tahun ini di Rusia.
Di negara-negara yang sepak bolanya sudah maju, teknologi VAR memang akan digunakan secara resmi musim 2017/2018 mendatang setelah penggunaan dalam uji coba (seperti di Italia dan Jerman), walaupun ada juga yang masih dalam taraf uji coba seperti Inggris, yang rencananya akan menggunakan VAR musim 2018/2019 nanti. Lalu, bagaimana dengan sepak bola Asia Tenggara?
Dalam hal teknologi, sepak bola Asia Tenggara memang masih sedikit tertinggal. Tetapi bukan berarti tidak ada upaya ke arah kemajuan. Turnamen junior AFF U-15 yang diadakan di Thailand mulai menggunakan VAR, headset untuk membantu komunikasi wasit dan spray untuk memberi batas saat mengambil tendangan bebas.
Ini tentunya kemajuan yang layak diapresiasi. Karena di turnamen AFF untuk tim senior tahun lalu saja, teknologi tersebut belum digunakan.
Saat laga Indonesia U-15 berhadapan dengan Myanmar U-15 di Chonburi, Minggu (9/7) lalu, terlihat wasit menggunakan headset dan spray untuk menandai posisi pemain saat mengambil tendangan bebas.
Nah, sebenarnya seberapa siap wasit-wasit yang memimpin AFF U-15 dengan teknologi?
Pelatihan seharian penuh
Seperti kita ketahui, VAR awalnya digunakan saat Piala Dunia Antarklub tahun lalu di Jepang. Lalu, di tahun ini ada sejumlah turnamen yang menggunakan VAR dan rencananya, saat Piala Dunia 2018 di Rusia tahun depan, teknologi ini akan diterapkan secara penuh.
Mungkin ada yang berpendapat, ”Wasit kan cuma lihat video saja, kok butuh pelatihan?”. Ternyata faktanya tidak sesederhana itu.
Tiga wasit Indonesia yang tengah bertugas di AFF U-15, seperti yang kami kutip dari Goal, bercerita mengenai pengalaman mereka memimpin pertandingan sekaligus mendapat pelatihan. Oki Dwi Putra Sanjaya, salah satu wasit yang bertugas di AFF U-15, menceritakan bahwa hampir tidak ada waktu kosong bagi mereka. Karena sudah ada pelatihan di lapangan, usai sarapan, mereka lalu berlatih lagi memimpin atau menyaksikan pertandingan kemudian menganalisanya.
Tetapi, para wasit juga senang karena mendapat wawasan mengenai aturan (Laws of The Game) terkini FIFA. Setidaknya ada ilmu baru mengenai perkembangan sepak bola terkini yang (bisa saja) diterapkan di Indonesia. Salah satunya, tentu saja tentang pelatihan penggunaan teknologi VAR yang kontroversial ini.
Lalu, bagaimana dengan Liga Indonesia? Sejauh ini memang belum ada kepastian kapan liga di Indonesia akan menggunakan teknologi. Tentunya harus ada niat dari PSSI dan PT. Liga Indonesia Baru (LIB) untuk bisa mulai menggunakan teknologi agar tugas wasit lebih mudah. Suka atau tidak, tentu harus perubahan ke arah lebih baik, bukan?
Baca juga: Seperti Cinta, Teknologi VAR Juga Butuh Waktu
Author: Yasmeen Rasidi (@melatee2512)