Sepak bola Kalimantan Timur sedang menggeliat. Tiga klub provinsi tersebut sedang berkiprah di kasta tertinggi sepak bola Indonesia. Namun, satu klub daerah tersebut sedang terbilang mati suri. Klub tersebut adalah Bontang FC.
Di saat Mitra Kukar, Pusamania Borneo FC dan Persiba Balikpapan bertarung di Go-Jek Traveloka Liga 1, Bontang FC harus berkompetisi di Liga 3. Ini merupakan dampak dari skorsing yang dikenakan kepada mereka akibat dicurigai melakukan pengaturan skor pada lanjutan Indonesian Premier League tahun 2013 lalu.
Dulu, Bontang FC pernah bernaung di bawah PT. Pupuk Kaltim, yaitu salah satu perusahaan industri pupuk di bawah PT. Pupuk Indonesia. Nama PKT Bontang sempat mereka gunakan selama dua dekade. Di bawah kendali perusahaan amoniak terbesar di Indonesia itulah masa kejayaan mereka dirintis.
Kiprah PKT Bontang mulai dilakoni pada kompetisi semi-pro Liga Sepak Bola Utama (Galatama) musim 1988/1989. Ketika kompetisi Liga Indonesia digulirkan untuk pertama kali pada tahun 1994/1995, klub berjuluk Laskar Bukit Tursina ini sukses menembus semifinal sebelum ditaklukkan Petrokimia Putra.
Prestasi terbaik klub yang melahirkan bakat-bakat tim nasional seperti Fachry Husaini dan Ponaryo Astaman ini adalah menjadi runner-up Liga Indonesia 1999/2000. Di semifinal, Laskar Bukit Tursina menyingkirkan Persikota Tangerang lewat adu penalti. PKT Bontang menantang sesama klub asal Indonesia Timur, PSM Makassar, yang menaklukkan mereka dengan skor 3-2 di final.
Pada tahun 2009, klub tersebut ganti nama menjadi Bontang FC. Sejak berganti nama, klub tersebut murni dikelola swasta. Namun, setelah lepas dari nama Pupuk Kaltim, roda nasib ternyata tidak memihak kepada prestasi klub. Ini diperparah dengan keikutsertaan mereka di Indonesia Premier League pada tahun 2011. Bontang FC terjebak di papan bawah kompetisi tersebut selama dua tahun berturut-turut dan tak mampu kembali ke pagelaran Indonesia Super League.
Bontang FC dijatuhi sanksi degradasi ke Liga Nusantara (kasta terbawah Liga Indonesia) oleh komisi disiplin PSSI setelah terlibat pengaturan skor yang dilakukan ofisial dan pemain mereka pada laga play-off grup K Indonesian Premier League (IPL) 2013. FIFA dan PSSI mencurigai dua laga play-off yang diduga terlibat pengaturan skor, yaitu pertandingan antara Bontang melawan PSLS Lhoksumawe dan Pro Duta melawan PSLS.
Untungnya, Bontang FC dikelilingi para pengurus yang optimis dan serius ingin mengembalikan pamor klub Kalimantan Timur tersebut. Sejak roda kompetisi bergulir lagi pada tahun 2016 lalu, Laskar Bukit Tursina sempat menembus final Liga Nusantara zona Kaltim sebelum ditaklukkan Persikutim.
Untuk Liga Nusantara 2017, Bontang FC akan ditangani mantan pemainnya, Pujo Semedi yang terpilih menjadi pelatih. Pujo juga terbilang cukup sukses ketika menangani PS Pama.
“Untuk memajukan Bontang FC, tidak akan bisa kami lakukan sendiri. Maka dari itu, kami memohon semua pihak dapat mendukung. Baik pemerintah, perusahaan dan masyarakat Bontang”, kata manajer Bontang FC, Nur Khalid.
Mari kita tunggu apakah Bontang FC akan sanggup mengembalikan nama besar mereka.
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.