Suara Pembaca

Warkop 23 sebagai Identitas Baru Sepak Bola Makassar

Bagi beberapa orang, bisa saja mereka telanjur jenuh dengan isi obrolan di warung kopi yang didominasi oleh obrolan politik dan aktivitas kotak suara. Sehingga dim omen seperti itu, obrolan tentang sepak bola harus hadir mengimbangi dominasi itu.

Kopi dan sepak bola adalah dua entitas yang merekatkan interaksi dan kepentingan antarmanusia. Bukti paling empiris bisa dilihat di jersey klub peserta Go-Jek Traveloka Liga 1, kompetisi resmi Indonesia. Selain Go-Jek, Traveloka dan brand apparel tim, produk kopi ABC menjadi salah satu sponsor utama penyelenggaraan liga sepak bola musim tahun 2017 ini.

Jika kita menonton langsung di stadion, SPG (Sales Promotion Girls) kopi ABC menjadi kompetitor baru pedagang minuman yang sudah bertahun-tahun mengais rezeki di laga-laga kandang klub peserta liga.

Tanggal 17 Januari 2017, melalui akun Instagram pribadinya, Hamka Hamzah mengumumkan secara resmi akan berkostum PSM Makassar untuk kompetisi Liga 1. Selama kurang lebih 16 tahun, angka 23 yang selalu menjadi nomor magis bagi Hamka Hamzah berlabuh jauh dari Selat Makassar dengan bergonta-ganti klub dan warna kostum.

Dan di musim perdana liga dengan format baru selepas masa kelam akibat sanksi FIFA, akhirnya bisa dipastikan nomor punggung 23 akan bersandar di kota Makassar, kota tempat Hamka Hamzah lahir dan tumbuh sebagai salah satu pemilik bakat pesepak bola terbaik yang pernah ada di Indonesia.

Kepulangan Hamka Hamzah ke Makassar kali ini juga mengawali lahirnya Warkop (Warung Kopi) 23 sebagai ruang (baru) di kota Makassar yang mempertemukan aktor-aktor sepak bola Sulawesi Selatan dari wasit, pemain, pelatih, mantan pemain, suporter dan pencinta sepak bola Makassar. Warkop 23 hadir menyempurnakan identitas sebuah kota dengan kultur sepak bola yang (juga) telah lama melekat di titik-titik warung kopi yang tersebar dan lahir jauh lebih dulu di kota Makassar.

Rahmat Latif, seorang pegawai Kementerian Keuangan yang bertugas di wilayah Kendari, Sulawesi Tenggara, hampir setiap tahun menjalankan ritual mudik ke Makassar yang menjadi kota kelahirannya. Kecintaannya terhadap PSM Makassar pula yang semakin menebalkan kerinduannya dengan kota Anging Mammiri.

Bapak dengan satu anak ini menyempatkan nonton langsung bersama anaknya partai kandang yang dijalani PSM Makassar melawan Pusamania Borneo FC di Stadion Andi Mattalatta yang merupakan laga penutup sebelum kompetisi diliburkan karena Idulfitri.

Di sisa libur liga yang tinggal beberapa hari lagi usai, Rahmat Latif membawa anaknya ke Warkop 23 untuk bertemu dan berfoto dengan para pemain PSM yang hampir setiap hari ada saja yang mampir ataupun singgah lama jika tidak ada agenda pertandingan ataupun agenda latihan. Malam itu, Rahmat Latif berhasil mengabadikan pertemuan anaknya dengan Rizky Pellu, gelandang PSM asal Tulehu dan kiper muda, Syaiful, yang merupakan pemain lokal Makassar.

Sayang sekali, Rahmat Latif dan sang putra tidak bisa berjumpa dengan kapten PSM Makassar karena Hamka Hamzah yang juga merupakan pemilik warkop sedang tidak terlihat kala itu di sekitar warung.

Animo pencinta sepak bola untuk bertemu (meskipun sekadar berjabat tangan dan berfoto) langsung dengan para pemain PSM Makassar yang begitu tinggi, membuat Warkop 23 merupakan ruang baru yang bisa mewujudkan hal tersebut. Sebelum Rahmat Latif, malam itu ada dua pemuda yang juga memanfaatkan Warkop 23 untuk bertemu dan berfoto dengan Rizky Pellu.

Menjumpai para pemain PSM di lapangan tempat berlatih ataupun bertanding memang agak sedikit sulit, walaupun sekadar mengajak berfoto bersama, terlebih jika para pemain dalam kondisi lelah setelah berlatih ataupun bertanding. Kesulitan lain juga ditambah dengan protokoler yang diberlakukan manajemen tim untuk menjaga konsentrasi para pemain dalam menjalankan strategi latihan dan instruksi pelatih di lapangan.

Malam itu, waktu telah menunjukkan jam sebelas. Rajab, salah satu peracik kopi, dengan suara pelan memberi tahu kalau stok menu utama, yaitu kopi susu sudah habis, sementara para pengunjung masih ramai dan betah duduk bercengkerama. Beberapa pengunjung di antaranya masih ada yang ingin memesan kopi harus menggantinya dengan air mineral botol yang ada dalam lemari pendingin.

Bergelas-gelas kopi susu, teh dan aneka jajanan yang laris manis dipesan sejak pagi hingga malam merupakan kabar baik bagi kelangsungan sebuah usaha, terlebih bagi lini usaha yang baru saja didirikan di tengah-tengah begitu banyaknya warung-warung kopi yang juga menjajakan menu serupa di Makassar.

Sekali lagi, Hamka Hamzah membuktikan kalau angka 23 menjadi angka yang magis untuk perjalanan hidupnya, tidak hanya di dunia bal-balan belaka, kali ini angka 23 merambah ke urusan kafein, zat yang dianggap ampuh memompa adrenalin manusia.

Sepanjang pengamatan terhadap orang-orang yang lalu lalang di Warkop 23, bisa disimpulkan beberapa kategori pengunjungnya. Pertama, pengunjung tetap yang memiliki kedekatan dengan dunia sepak bola di kota Makassar. Kedua, para pemain sepak bola yang datang menghabiskan waktu dengan santai. Ketiga, pencinta sepak bola yang ingin melihat langsung para pemain PSM dengan modus minum kopi sembari mencari peluang mengabadikan momen dengan pemain melalui swafoto.

Jadi, selain bertandang ke Stadion Andi Mattalatta menonton laga kandang PSM yang kini tengah memuncaki klasemen sementara Liga 1, sempatkan singgah di Warkop 23, yang juga menjadi destinasi wajib jika sedang berada di Makassar.

Author: Ade Saktiawan (@adesaktiawan)