Bila Puthut EA terkenal dengan novel populer miliknya, Cinta Tak Pernah Tepat Waktu, hal sebaliknya terjadi bagi salah satu pemain terbaik yang pernah dilahirkan bumi Argentina, Lionel Messi. 30 Juni 2017 lalu, enam hari setelah ulang tahunnya yang ke-30, La Pulga meresmikan jalinan cinta satu dasawarsa bersama sang kekasih dalam mahligai pernikahan. Cinta Messi hadir dan merekah dengan tepat waktu.
Berbeda dengan sang rival abadi, Cristiano Ronaldo, Messi memang seorang introvert. Kamu akan mudah menyadarinya tiap kali melihatnya di sela-sela pertandingan. Tak seperti Ronaldo yang ekspresif dan marah-marah, Messi lebih pendiam. Kala tak memegang bola, kamu akan menemuinya berdiri di sekitaran lapangan, menatap ke arah gawang lawan, mengamati sekitar dan termenung. Banyak orang menyebutnya ciri seorang genius yang tengah mengamati pola permainan lawan, tapi di satu sisi, itu wujud introvert dalam wujud Messi.
Baca juga: Panduan untuk Menonton Lionel Messi Bermain
Dalam laporan panjang yang ditulis Richard Fitzpatrick di Bleacherreport dalam rangka merayakan ultah ke-30 sang pemain, kamu akan menemukan sekelumit cerita menarik tentang bagaimana kisah kecil dan remaja Messi, seorang pemuda belia dengan kelahiran hormon dan introvert, menemukan cinta pertama dan mungkin terakhirnya, pada sang wanita yang kelak menjadi istrinya di kemudian hari.
Dari kesaksian Franco Falleroni, rekan setim Messi di skuat junior Newell’s Old Boys, pemain kidal tersebut sudah mengenal Antonella sejak usia lima tahun. Wajar memang mengingat sahabat dekat Messi, Lucas Scaglia, yang juga kapten tim junior Newell’s bersama Messi, adalah sepupu Antonella. “Messi selalu menyukai Antonella sejak pertama mereka bertemu sedari kecil. Kami ingat di suatu akhir pekan kami berkunjung ke rumah Lucas (Scaglia) dan tiap kali Messi mengedarkan matanya untuk menatap Antonella, ia selalu terpana,” ujar Falleroni.
Dari beberapa kesaksian kawan-kawan masa kecil La Pulga, kamu akan menemukan dua hal yang selalu membuat Messi terobsesi: sepak bola dan Antonella. Bila tak sedang berlarian dan membuat mulut orang ternganga dengan kaki kiri ajaibnya, Messi akan selalu memberikan fokus pada Antonella. Pun sebaliknya, ketika pikirannya melayang dari sang pujaan hati, fokus sepenuhnya hanya pada si kulit bundar. Mungkin, ini asumsi saya, itulah kausalitas yang membuat Lionel Messi menjadi pemain yang seperti sekarang.
Dibanding misalnya dengan Ronaldo, yang rupawan dan atletis, Messi tentu tak seberapa secara tampilan fisik. Ia tak tinggi, rambutnya tak bergaya modern seperti CR7 dan badannya yang pendek, tentu berbanding terbalik dengan kesempurnaan perut kotak-kotak kapten Portugal tersebut. Tapi, itulah sisi humanis Messi, satu hal yang mungkin membuat kita untuk mafhum bahwa kapten timnas Argentina ini memang masih manusia biasa, bukan alien seperti omongan orang.
Ketika memutuskan menerima tawaran Barcelona, Messi meninggalkan Rosario dan terbang jauh ke Iberia, meninggalkan Antonella di kampung. Tepat usai menyelesaikan pendidikan di bangku kuliah, terbanglah Antonella ke Barcelona dan sejak 2007, tujuh tahun setelah meninggalkan Rosario dan empat tahun setelah debutnya bersama tim senior Blaugrana, Messi resmi mendapuk wanita manis berambut cokelat tersebut sebagai kekasihnya.
Bila pemain religius seperti Ricardo Kaka yang merupakan penganut Katolik taat saja bisa mengalami perceraian, jalinan asmara Messi hampir tak tersentuh isu miring. Seperti yang saya jelaskan di awal, hidup Messi hanya berputar pada dua hal, sepak bola dan Antonella.
Dalam sebuah wawancaranya bersama Guillem Balague, Messi bilang, “Ketika libur liga, saya akan pulang ke Rosario, menghabiskan waktu bersama keluarga dan sesegera mungkin kembali ke Barcelona untuk persiapan latihan.” Hidup yang sederhana, ya? Keluarga dan sepak bola, sudah itu saja. Dan saya rasa itu yang membuat Messi layak berada di jajaran terbaik dalam deret pesepak bola populer sepanjang masa.
Dalam sebuah kajian kesehatan dan psikologi yang diterbitkan Telegraph pada 2013 lalu, mereka melansir bahwa otak wanita sudah mampu dewasa pada usia 10 tahun sementara pria baru bisa mulai menuju kedewasaan pada usia 20 tahun. Kamu tahu artinya ini? Ya, teorema wanita selalu benar dan pria selalu salah memang bukan isapan jempol belaka, kawan-kawan.
Dalam konteks Messi, Antonella-lah yang berperan besar membentuk Messi menjadi sosok yang seperti sekarang. Bagi sosok introvert seperti Messi, ia akan sangat jarang membuka banyak ruang pertemanan dengan banyak orang baik di luar maupun di dalam Barcelona atau timnas Argentina. Bahkan, Alexis Sanchez hengkang ke Arsenal dari Barcelona, salah satu rumornya, karena Messi heran bahwa Blaugrana harus merogoh kocek cukup dalam hanya untuk mendatangkan seorang Alexis yang kala itu hanya bersinar di Udinese, klub medioker Italia.
Saya rasa, itu salah satu titik humanis Messi. Ia memang tak sempurna, toh, pengadilan Spanyol sudah membuka semua aib Messi dan sang ayah, Jorge, tentang kasus penggelapan pajak. Tapi berkat Antonella, kita dianugerahi salah satu bakat terbaik sepak bola yang mungkin tidak akan kamu temukan dalam lima atau sepuluh tahun ke depan. Memang, ada nama pemuda-pemuda potensial seperti Ousmane Dembele dan Kylian Mbappe, tapi, menemukan satu pemain yang bermain bola sembari memainkan sulap seperti Messi, adalah perkara menunggu komet Halley melintasi orbit Bumi.
Antonella adalah sosok yang kepadanya, kita patut berterima kasih bahwa ia menerima secara terbuka cinta Messi, setia menemani karier La Pulga selama belasan tahun, memberinya dua putra yang melengkapi hidup sang bintang dan ini yang terpenting: membuat Messi mampu stabil dalam memainkan magisnya dalam sepak bola.
Andai Antonella tak bersikeras pindah ke Barcelona selepas lulus kuliah, mungkin, Lionel Messi tak akan menjadi seperti sekarang. Sama seperti fragmen Cleopatra di Mesir dan Ratu Helen di Kerajaan Troya, terkadang, kunci utama peradaban besar dalam sejarah dunia, berada di kendali wanita. Dan untungnya, cinta Messi kepada Antonella datang dan merekah di waktu yang tepat.
Bila Inggit Garnasih yang kemudian sukses mengantar Soekarno ke gerbang proklamasi setelah 20 tahun lebih menemani sang pria flamboyan, dalam tataran yang kurang lebih sama, sosok Antonella Roccuzzo melakukan peran yang serupa bagi karier Messi, juga bagi kebahagiaan kita, manusia fana pemuja kaki kiri ajaib La Pulga.
Author: Isidorus Rio Turangga (@temannyagreg)
Tukang masak dan bisa sedikit baca tulis