Eropa Inggris

Mengapa Arsenal Membutuhkan Alexandre Lacazette?

Alexandre Lacazette

Menjadi pemantul bola seperti Lacazette

Bagaimana cara Lacazette “bermain seperti Giroud”? Memang, tinggi badan Lacazette hanya 175 sentimeter. Namun, ia memanfaatkan low center of gravity dan posturnya yang kokoh dengan baik.

Mudahnya, pemain sepak bola dengan low center of gravity menjadikannya lebih mudah menurunkan kecepatan lari, bergeser untuk mengantisipasi perubahan posisi lawan dan menaikkan kecepatannya dalam sekejap.

Lacazette tak hanya menggunakan kemampuan ini untuk menunjukkan kebolehannya menggiring bola melewati dua atau tiga pemain. Ketika bermain dengan punggung menghadap gawang lawan, Lacazette tetap bisa menjadi pemantul bola yang baik. Kemampuan akselerasi ia gunakan dengan baik di momen ini.

Dengan posisi membelakangi gawang, gambaranya begini: Lyon tengah proses menyerang. Bek lawan menempelkan badannya ke punggung Lacazette dengan ketat. Lacazette mencoba menjaga dan mengukur jarak dengan mengulurkan tangan ke belakang seperti gerakan memeluk. Bola berada di kaki gelandang Lyon, katakanlah, Corentin Tolisso, yang punya kemampuan umpan vertikal baik.

Ketika “memelukkan” tangan ke belakang, Lacazette akan merendahkan tubuhnya, menekuk lututnya, membuat bek lawan kesulitan menggeser posisi berdirinya. Ia seperti “menancapkan” kakinya ke dalam tanah. Tubuhnya yang kokoh, seperti saya sebut di atas, mendukung aksi ini. Pada momen ini, ia melakukan aksi yang kompleks, yaitu: mengukur jarak dengan bek, menguatkan posisi berdirinya mengandalkan kaki, fokus ke bola, sekaligus mengamati situasi sekitar.

Dan satu lagi aksi yang penting, yaitu lentingan dirinya dari posisi diam, dengan gerak yang presisi. Ketika Tolisso melepas umpan vertikal ke arahnya, dengan akselerasi yang cepat, Lacazette akan menjauhkan dirinya dengan bek lawan. Targetnya adalah menciptakan jarak sekitar dua hingga tiga meter.

Dengan “jarak” tersebut, ia bisa mengalirkan bola dengan satu sentuhan. Ingat, selain menahan bek lawan, ia juga mengamati situasi sekitar. Ia memindai posisi kawan dan lawan. Atau, ia tak mengalirkan bola, tetapi mengontrolnya. Ketika mengontrol (menghentikan bola), ia bisa membalikkan badan dan menghadap gawang lawan. “Jarak” yang ia ciptakan memungkinkan momen ini terjadi.

Apa yang dilakukan bek lawan ketika ia gagal me-marking pemain depan lawan dan berdiri di depannya memegang bola? Biasanya, bek semenjana akan menerjang. “Jarak” yang diciptakan Lacazette memang tak luas, dengan kata lain bisa digapai kaki bek. Namun sudah cukup untuk mengundang reaksi tumpul bek lawan yang menerjang.

Salah satu ilmu dasar bek (tengah) adalah jangan mudah menerjang. Karena, pertama, Anda akan meninggalkan posisi dan kedua, menciptakan ruang di belakang Anda. Kiper Anda pasti akan marah jika kebobolan dengan cara seperti ini.

Bek yang menerjang, bisa dimanfaatkan untuk dua hal. Pertama, melewatinya dan menemukan ruang untuk menembak. Kedua, akan lebih bagus lagi apabila ada bek lawan lain yang memberikan cover dan terpancing karena biasanya ruang di depan kotak penalti akan semakin luas dan bisa dimanfaatkan untuk mengirim umpan terobosan.

Jadi, cara Lacazette menjadi pemantul memang cukup “merepotkan”. Tapi kelebihannya ini sangat berguna untuk instruksi pass and move dengan intensitas dan kecepatan yang diinginkan. Giroud akan lebih stationer sehingga kawan akan lebih banyak bergerak. Lacazette akan lebih agile, dan meringankan beban kawan-kawannya untuk masuk kotak penalti.