Anda boleh jadi betul-betul terkesan dengan penampilan tim muda Spanyol yang berlaga di Piala Eropa U-21 edisi tahun 2017 ini yang digelar di Polandia. Saul Niguez dan Marco Asensio menampilkan permainan yang memanjakan mata di lini tengah La Rojita. Keduanya memainkan permainan yang luar biasa bersama bakat-bakat hebat lain seperti Inaki Williams, Denis Suarez, dan Gerard Deulofeu.
Atau Anda juga menyukai bagaimana anak-anak muda Jerman bisa tampil stabil seperti seniornya? Penampilan Serge Gnabry dan kawan-kawan membuktikan bahwa transfer ilmu yang terjadi di sepak bola Jerman berjalan dengan sangat baik.
Baik Spanyol dan Jerman memang berada di pot teratas dalam undian sebelum turnamen dimulai. Kedua negara ini juga difavoritkan untuk memenangkan Piala Eropa usia muda ini. Langkah mereka semakin dekat karena kompetisi kini sudah memasuki babak empat besar.
Namun sepertinya ada negara yang bisa jadi muncul sebagai alternatif juara. Bukan Italia, bukan Portugal, apalagi Swedia atau tuan rumah Polandia yang sudah dipastikan tersingkir. Negara yang bisa mematahkan prediksi banyak pihak, negara yang sebenarnya juga punya peluang besar untuk menjuarai Piala Eropa U-21 dan negara tersebut adalah Inggris.
Tidak, tidak. Ini tidak bercanda. Setidaknya ada beberapa alasan yang membuat tim muda Inggris yang dipimpin James Ward-Prowse punya peluang mengungguli tim-tim peserta yang lain dan terus melaju hingga menyabet gelar juara.
Inggris U-21 memulai turnamen dengan kecanggungan yang luar biasa. Padahal mereka sebenarnya tampil baik sepanjang babak kualifikasi, dengan sama sekali tidak menelan kekalahan sekalipun.
Tapi partai melawan Swedia memang sulit. Apalagi Swedia yang menjadi lawan pertama, berstatus sebagai juara bertahan.Pertandingan tersebut betul-betul menunjukan bahwa para penggawa The Young Lions mengalami demam panggung. Andai Jordan Pickford tidak tampil sigap termasuk mematahkan eksekusi penalti lawan, sudah pasti Inggris akan menelan kekalahan di pertandingan perdana mereka.
Pertandingan kedua pun diawali dengan tidak begitu baik. Mereka mesti tertinggal terlebih dahulu sebelum akhirnya Alfie Mawson dan Nathan Redmond kemudian membawa Inggris berbalik unggul.
Pada pertandingan terakhir fase grup, tim Inggris muda sudah mulai luwes dan menikmati turnamen. Meskipun demikian, lawan yang dihadapi adalah tuan rumah Polandia yang ingin memaksimalkan laga terakhir untuk menghibur publik mereka sendiri. Kemenangan manis tiga gol tanpa balas mengantarkan Inggris ke babak semifinal.
Ada perkembangan yang baik dari laga demi laga yang dijalani oleh anak asuh Aidy Boothroyd ini. Ada grafik yang meningkat dari segi hasil. Awalnya imbang, hampir kalah, lalu menang, kemudian menang lagi dengan skor mencolok. Tim muda Inggris menikmati segala prosesnya sejak pertandingan pertama. Tim ini bangkit dari saat-saat yang sulit.
Karena seperti yang masih segar dalam ingatan para penikmat sepak bola, justru bukan tim yang tampil meledak-ledak sejak pertandingan pertama yang kemudian keluar sebagai juara. Justru biasanya, gelar hadir kepada tim yang melakukan perkembangan pesat sepanjang turnamen. Sejarah terus membuktikan, terutama kejadian-kejadian yang terjadi pada turnamen setelah milenium baru dimulai.
Anda tentu ingat bagaimana payahnya Spanyol di pertandingan-pertandingan awal Piala Dunia 2010, bukan? Namun kemudian mereka berhasil keluar sebagai juara di partai final. Contoh terbaru tentunya Portugal, yang tampil melempem dan sulit menang sepanjang turnamen, justru kemudian berhasil menjadi juara di Piala Eropa 2016 lalu.
Tim Inggris U-21 pun tentu juga terinspirasi oleh kesuksesan para junior mereka yang sebelumnya berhasil meraih trofi juara. Timnas U-19 Inggris berhasil meraih gelar juara di Toulon Tournament pada Mei 2017 lalu. Sementara tim Inggris kelompok umur U-20, berhasil menjadi juara dunia beberapa hari saja setelah kesuksesan tim kelompok umur U-19 tahun.
Dan perjalanan tiga tim Inggris di kelompok umur yang berbeda ini juga hampir serupa. Mereka tidak begitu diunggulkan namun grafik permainan mereka mengalami perkembangan sepanjang turnamen. Andai mereka juga mampu menggondol pulang gelar juara Piala Eropa U-21, tentunya ini adalah sebuah Grand Slam, keberhasilan besar yang sangat luar biasa.
Apabila kesuksesan tersebut diraih, hal itu juga tentunya membungkam banyak pihak yang sering menyebut bahwa bakat-bakat sepak bola Inggris dinilai kelewat tinggi ketimbang kemampuan aslinya. Kesuksesan menjadi juara Piala Eropa ini juga akan memutus puasa gelar di turnamen ini yang sudah terjadi selama kurang lebih 30 tahun.
Satu-satunya yang akan menghambat langka James Ward-Prowse dan kawan-kawan ini hanyalah satu, penyakit lama yang menghinggapi tim senior Inggris. Sudah terkenal dan menjadi sesuatu yang melekat bahwa tim Inggris adalah yang paling piawai dalam hal membunuh ekspektasi. Dijagokan lalu kemudian bermain tidak sesuai harapan.
Mampukah tim muda Inggris menjadi juara Piala Eropa U-21 dibanding skuat U-21 Spanyol yang lebih gemerlap?
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia