Athletic Bilbao terkenal dengan kebijakan pengembangan talenta mereka yang unik. Selama hampir dua belas dekade sejarah klub tersebut, mereka hanya mengizinkan pemain-pemain dengan garis keturunan Basque untuk memperkuat klub kebanggaan mereka. Namun, kebijakan tersebut sedikit diperlunak dengan dipercayanya seorang pemain muda bernama Iñaki Williams di tim utama Bilbao.
Baca juga: Talenta Lokal Athletic Bilbao
Kemunculan Iñaki Williams sedikit banyak mengingatkan kita pada Jesse Owens. Pelari berkulit hitam asal Amerika Serikat itu dengan gagah berani memutuskan untuk berkompetisi di Olimpiade musim panas 1936. Prestasinya yang memborong empat medali emas merupakan pukulan telak terhadap kebijakan pemimpin fasis Jerman, Adolf Hitler, yang menghalalkan segala cara untuk menegakkan supremasi ras Arya.
Kebijakan Athletic Bilbao memang tak pernah berkaitan dengan warna kulit pemainnya. Williams sendiri bukan pemain kulit berwarna pertama yang memperkuat Athletic Bilbao. Pada tahun 2011, seorang pemain keturunan Angola bernama Jonas Ramalho mencetak sejarah sebagai pemain kulit berwarna pertama yang dipromosikan ke tim utama Los Leones.
Namun, efek yang ditimbulkan Williams begitu dahsyat, karena ia mencatatkan namanya di buku sejarah sebagai pemain kulit berwarna pertama yang mencetak gol bagi Athletic Bilbao untuk pertama kali dalam 117 tahun, ketika ia mencetak gol ke gawang Torino di kompetisi Liga Europa 2014/2015.
Sebelum Iñaki Williams lahir ke dunia, pengalaman hidup yang dilalui kedua orangtuanya cukup mengharukan. Ayahnya berasal dari Ghana dan ibunya dari Angola. Mereka mengungsi dari perang saudara yang berkecamuk di Liberia dua sampai tiga dekade lalu. Setelah menyelesaikan proses administrasi sebagai pengungsi, mereka pun memulai kehidupan baru di wilayah Basque.
Iñaki pun lahir di Basque pada 15 Juni 1994. Masa kecilnya dihabiskan dengan berpindah-pindah sekolah sepak bola di sekitar wilayah Basque dan Navarra, sebelum akhirnya direkrut oleh tim lokal Baskonia. Hanya setahun di klub tersebut, para pemandu bakat Athletic Bilbao tertarik pada bakatnya, sehingga Iñaki muda pun akhirnya pindah ke tim cadangan Bilbao.
Pelatih genius Ernesto Valverde-lah yang pertama kali mempromosikan Iñaki ke tim utama. Cederanya penyerang andalan Los Leones, Aritz Aduriz, membawa berkah tersendiri bagi Iñaki. Ia pun akhirnya mencetak gol pertamanya ke gawang Torino pada pertandingan babak 32 besar Liga Europa yang berakhir dengan skor 2-2.
Kesedihan sempat melanda Inaki pada akhir musim 2014/2015. Tampil di final turnamen bergengsi Copa del Rey, Bilbao tumbang 1-3 di tangan Barcelona. Untungnya, Barcelona pada saat itu juga memenangi Liga Spanyol, sehingga pasukan Valverde berhak tampil di Piala Super Spanyol 2015.
Meski dipandang remeh banyak orang, trofi seremonial inilah yang mencetak sejarah baru bagi Athletic Bilbao. Dalam dua laga pertemuan dengan Barcelona, Los Leones menghantam mereka di kandang dengan skor 4-0 dan imbang 1-1 di kandang lawan. Athletic Bilbao pun sukses meraih trofi pertama mereka dalam 31 tahun, dan nama Inaki Williams masuk dalam sejarah tersebut.
Sejak saat itu, nama pemain yang bisa berfungsi sebagai sayap dan penyerang tunggal ini selalu dikait-kaitkan dengan klub besar Inggris, Liverpool. Namun, Iñaki selalu menyatakan dirinya betah di Bilbao. “Saya terlahir di sini (Basque) dan saya bahagia di sini. Asal-usul saya memang dari Afrika, tapi saya selalu merasa saya orang Basque.”
Sekarang, Iñaki semakin mantap menjadi pilihan utama di lini depan Bilbao. Ia juga sempat dipanggil untuk memperkuat tim nasional Spanyol menghadapi Bosnia Herzegovina, pada tahun 2016. Namun, karena belum pernah memperkuat Spanyol di pertandingan resmi yang diakui FIFA, ia masih memiliki kemungkinan untuk memperkuat tim nasional Ghana.
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.