Bagi penggemar sepak bola di tahun 1990-an, nama Patrick Vieira pasti lekat di ingatan. Pria Prancis kelahiran Senegal ini disegani sebagai salah satu gelandang terbaik pada masanya. Bukti ketenarannya adalah menjadi model cover gim FIFA 2005, reputasi yang di masa sekarang dinikmati oleh Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo.
Vieira saat ini sedang menikmati kariernya sebagai pelatih New York City FC (NCFC), salah satu klub Amerika Serikat yang berada di bawah manajemen yang juga mengurus Manchester City FC. Sejak mengakhiri kariernya di klub kaya baru kota Manchester tersebut, pria kelahiran 23 Juni 1976 ini merintis karier di berbagai aspek jaringan City Football Group (CFG).
CFG sendiri merupakan perusahaan olahraga milik para miliuner Uni Emirat Arab yang membawahi Manchester City, NCFC dan Melbourne City FC.
Bersama nama-nama legendaris Prancis lain, seperti Zinedine Zidane, Fabien Barthez dan Lilian Thuram, Vieira merasakan nikmatnya menjadi juara Piala Dunia 1998, Piala Eropa 200 dan Piala Konfederasi 2001. Namun, banyak yang lupa bahwa Vieira sempat divonis sebagai pemain gagal ketika memperkuat AC Milan di masa-masa awal kariernya.
Vieira memang pernah bergabung dengan Rossoneri pada musim panas 1995. Kala itu ia ditransfer dari Cannes, tempatnya melakukan debut sebagai pemain profesional. Setelah menjalani awal karier yang terbilang sukses di Cannes, banyak yang memprediksi ia akan segera menjadi pemain penting di Milan. Ternyata perkiraan itu salah besar. Vieira hanya terlibat dalam dua pertandingan tim utama Milan dalam satu musim.
Beruntung, Arsenal memboyongnya dengan harga sebesar 3,5 juta paun pada musim panas 1996. Vieira sendiri mengakui keputusannya bergabung dengan The Gunners dipengaruhi oleh ditunjuknya kompatriotnya asal Prancis sebagai manajer klub tersebut. Manajer bernama Arsene Wenger itulah yang akhirnya berhasil memaksimalkan potensi Vieira.
Selama sembilan tahun memperkuat Arsenal, Vieira benar-benar menjadi simbol klub tersebut. Ia menjadi salah satu gelandang bertahan paling disegani di dunia yang kadang juga bermain sebagai box-to-box midfielder. Bersama The Gunners, ia memenangi banyak gelar, antara lain tiga juara Liga Inggris dan empat kali juara Piala FA. Semakin spesial lagi, Vieira menjadi bagian penting Arsenal yang tak terkalahkan sepanjang satu musim kompetisi Liga Inggris musim 2003/2004.
Vieira akhirnya kembali ke Italia pada tahun 2005 untuk bergabung dengan Juventus. Ia bergabung dengan nama-nama kelas dunia seperti Pavel Nedved, Gianluigi Buffon dan Zlatan Ibrahimovic, yang pada akhirnya memenangi Serie A Italia. Namun, sepak bola Italia pada saat itu dihantam skandal pengaturan skor yang mengakibatkan dicabutnya gelar juara Juventus. Klub asal kota Turin tersebut juga disanksi turun divisi yang berakibat eksodusnya beberapa pilar klub.
Di luar dugaan, Vieira memilih rival Juventus, Internazionale Milano, sebagai klub tujuan selanjutnya. Sepeninggal Juventus yang terkena sanksi ke Serie B, Inter memang memenangi tiga gelar juara Serie A berturut-turut, yaitu pada tahun 2007 hingga 2009. Namun, cedera parah yang sering dideritanya, membuat pelatih Roberto Mancini lebih sering memberi kesempatan kepada pemain-pemain yang lebih muda, seperti Sulley Muntari dan Thiago Motta. Vieira pun memutuskan untuk ambil bagian pada revolusi Manchester City pada awal dekade 2010-an.
Tidak mudah memang bagi Vieira yang pada saat itu sudah berusia 34 tahun untuk bersaing di tim utama Manchester City. Ia akhirnya hanya menghabiskan satu tahun di klub berkostum biru langit tersebut. Namun, City menjadi pintu rezeki baru bagi Vieira setelah gantung sepatu. Tepat setelah mengumumkan pengunduran dirinya, ia ditawari posisi manajemen di program pengembangan pemain muda Manchester City. Hanya dua tahun di posisi tersebut, suami Cheryl Vieira ini langsung ditawari menjadi pelatih tim cadangan Manchester city.
Pengalaman ini kemudian memuluskan jalannya menjadi pelatih kepala klub Major League Soccer (MLS) Amerika Serikat, New York City FC. Ia menangani nama-nama kelas dunia yaitu David Villa, Frank Lampard dan Andrea Pirlo. Di musim pertamanya, ia sukses membawa NCFC ke semifinal MLS sebelum ditaklukan Toronto FC. Keberhasilannya itu membuatnya dilirik beberapa klub Liga Inggris, tapi Vieira sepertinya masih betah di Amerika Serikat.
Meski telah mengakhiri karier sebagai pesepak bola, Vieira tetap menancapkan pengaruhnya di lapangan hijau sebagai pelatih. Kita tunggu saja apakah legenda Prancis ini akan mencapai status kelas dunia sebagai pelatih, seperti reputasinya ketika masih aktif sebagai pemain.
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.