Pada 13 Juni 2017 ini, penyerang PSM Makassar, Reinaldo Elias da Costa, berulang tahun ke-33. Mari kita simak perjuangannya menjawab kritik bertubi-tubi dan menghapus keraguan para pendukung PSM terhadap dirinya.
Selamat ulang tahun Reinaldo Da Costa 🎉, semoga sehat selalu dan panjang umur serta semakin tajam di lini depan PSM Makassar. #EwakoPSM👊 pic.twitter.com/hEYwdcbbHP
— PSM Makassar (@PSM_Makassar) June 12, 2017
Seorang ilmuwan Amerika Serikat bernama Lynne McTaggart membuat suatu eksperimen. Ia merawat dua bunga berbeda yang ditempatkan di pot berbeda. Bunga di pot A disiraminya setiap hari sambil diberi kata-kata sayang dan sesekali dinyanyikan lagu bernada suka hati.
Sedangkan bunga yang satu lagi, disiraminya sambil mengumpat atau mengucapkan kata menjelek-jelekkan. Bisa dibilang bunga di pot B tetap dirawatnya, tapi dengan pancaran energi negatif dari manusia yang merawatnya.
Inti dari eksperimen tersebut adalah untuk membuktikan apakah dengan asupan nutrisi berupa air dan sinar matahari dengan porsi yang sama, hasil pertumbuhan kedua bunga sama atau berbeda. Faktor pembeda di sini adalah perlakuan dari manusia yang merawatnya. Hasil dari eksperimen terebut rupanya terlihat bunga yang dirawat dengan energi negatif tidak mekar dengan segar. Sedangkan bunga yang dirawat dengan penuh dukungan kasih sayang tumbuh menawan dengan warna-warna mempesona.
Eksperimen yang dikembangkan sejak awal abad ke-20 ini sekarang terkenal dengan nama resmi ‘The Intention Experiment’. Kesimpulan yang bisa ditarik tentu sudah bisa terlihat jelas. Jika tumbuh-tumbuhan saja tak bisa berkembang bagus tanpa adanya energi positif, apalagi manusia?
Bukti nyata dari eksperimen di atas bisa terlihat dalam diri Reinaldo Elias da Costa. Pada saat para pendukung PSM percaya penuh terhadap kemampuannya, ia tampil subur dengan perolehan sementara enam gol hingga pekan ke-10 kompetisi tahun ini.
Baca juga: Kesempurnaan Legiun Asing PSM Makassar
Tidak mudah bagi Reinaldo untuk merebut hati para pendukung PSM. Ketika didatangkan pada awal Go-jek Traveloka Liga 1, banyak kalangan yang pesimis. Pertama, usia Reinaldo tahun ini akan menginjak 33 tahun. Memang masih ada beberapa ujung tombak yang tajam pada usia di atas 30 tahun, seperti Cristian Gonzales, Peter Odemwingie atau Beto Goncalves.
Namun, tetap saja orang-orang heran mengapa Robert Rene Alberts memilih mengontrak pemain bertinggi badan 194 sentimeter ini daripada memperpanjang kontrak juru gedor tajam PSM pada turnamen lalu, Luis Ricardo?
Memang performa Luis terlihat menurun sejak menderita cedera di pertengahan Torabika Soccer Championship 2016 lalu. Selain itu, Robert sepertinya ingin memaksimalkan kuota tiga pemain asing di posisi lain dan memilih satu pemegang paspor Asia di depan. Kebetulan, Rei sudah memegang kewarganegaraan Australia sejak tahun 2010.
Namun, lagi-lagi para suporter PSM tak habis pikir mengapa Robert memilih Rei daripada penyerang asal Iran yang sempat mengikuti seleksi, Pouya Housseini. Nama terakhir sempat memesona penonton dengan gol berkelasnya ke gawang Persela pada gelaran Piala Presiden di awal 2017 lalu.
Sadar dirinya tengah disorot tajam, Rei mengumpulkan pundi-pundi gol secara perlahan. Satu gol dicetaknya ke gawang Persela ketika pertandingan belum berjalan semenit. Gol di pertandingan pembuka Liga 1 tersebut seakan menjadi penggebrak di saat penjual kacang di dalam Stadion Mattoanging pun belum mulai menjajakan dagangannya.
Secara bertahap, Rei mencetak satu gol lagi ke gawang Persija, lalu sebiji lagi ke gawang Arema, dan satu lagi ketika PSM meruntuhkan rekor kemenangan Perseru di Stadion Marora, Serui.
Meski demikian, performa Rei tidak kunjung membuat para pendukung PSM yakin seratus persen akan kemampuan pemain berkepala plontos ini. Ia dianggap terlalu menunggu bola dan jarang terlihat fight. Pelatih Robert sampai harus angkat bicara di media demi membela anak buahnya ini. Di sisi lain, tak sedikit pula pendukung PSM yang percaya akan ketajaman Rei. Bisa dibilang, Reinaldo adalah topik terhangat di berbagai forum pendukung PSM sepanjang bulan Mei 2017.
Mau tidak mau, Rei harus membuktikan diri. Akhirnya saat yang ditunggu-tunggu datang ketika PSM menjamu Persipura di derby Indonesia Timur. Dengan tenang, ia menyelesaikan umpan matang Titus Bonai untuk membuka pesta gol Pasukan Ramang atas lawan yang tak pernah mereka kalahkan selama 12 tahun tersebut.
Setelah mencetak gol, terlihat jelas Rei sedikit emosional merayakan gol tersebut. Ia berlari ke arah tribun untuk merayakan gol pentingnya itu bersama penonton.
Selebrasi emosional itu diulanginya setelah menutup lima gol PSM ke gawang Persipura pada malam hari itu. untuk pertama kalinya selama berkostum Juku Eja, ‘Reinalgoal’ mencetak dua gol dalam satu pertandingan sekaligus menyumbat sementara derasnya kritik yang mengalir kepadanya.
‘Sumbat’ itu sewaktu-waktu bisa terbuka jika aliran gol Reinaldo kembali mampat atau sang pemakai nomor punggung 9 ini bermain buruk. Reinaldo sendiri harus menyadari bahwa para pendukung PSM sudah terbiasa dibuai oleh penyerang-penyerang berkualitas.
Sejak Jacksen F. Tiago, duet Oscar Aravena dan Cristian Gonzales, Aldo Baretto hingga Ilija Spasojevic, lini depan PSM selalu diisi para petarung dengan naluri mencetak gol yang tinggi. Bisa dimaklumi jika standar para pendukung Juku Eja akan goal-getter tangguh juga tinggi.
Reinaldo harus selalu menunjukkan bahwa dirinya masih penyerang tangguh yang pernah disegani di Liga Australia ketika memperkuat Brisbane Roar. Jika ia menjalankan tugasnya mendulang gol demi gol dengan baik, rasanya para pencinta PSM pun tak akan meributkan pemilihan coach Robert atas dirinya.
Tak akan ada pula yang mempermasalahkan tahun-tahun karier Reinaldo yang tak terlalu sukses bersama klub raksasa Cina, Beijing Guoan dan klub Singapura, Sime Darby FC. Usia yang sudah melewati 33 tahun juga hanya menjadi deretan angka, asal kinerja Reinaldo seganas Keith Kayamba Gumbs di Sriwijaya beberapa tahun lalu.
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.