Eropa Jerman

Mengapa FC Köln Adalah Anti Social Social Club di Sepak Bola

Saat kali pertama menggagas Anti Social Social Club (ASSC), Neek Lurk, bukan nama asli tentunya, tak menyangka bakal jadi fenomena dunia. Baginya, ASSC bukanlah brand yang dikenal seperti sekarang, melainkan hanya proyek ungkapan emosional akan kehidupannya yang benar-benar payah. Jangankan diajak pesta, pria asal Korea itu bahkan mengaku tidak pernah disukai orang lain.

Lurk yang tak pernah dianggap eksis, praktis hanya berteman dengan yang senasib, yang merasa terbuang dari pergaulan. Saat orang-orang bersiap menyambut pesta tahun baru, dirinya tertidur pulas. Setelahnya, Lurk menciptakan ASSC atau kelompok orang-orang anti sosial, berdasarkan hari-hari terendahnya, seperti dikutip dari wawancaranya dengan Hypebeast.

Kredit foto: HYPEBEAST

Akan tetapi kini, anak gaul mana yang tak tahu ASSC? Produk-produk mulai dari kaus, topi, sampai jaket dengan aksen tulisan yang mengalir dan catchy jadi buruan dan lambang legalitas anak gaul seantero jagat. Warna merah muda yang kerap diusung tak jadi halangan para lelaki kondangan. Produknya bahkan menyentuh selebriti papan paling atas, mulai Rita Ora sampai Kanye West.

Lurk yang dahulunya dianggap pecundang di pergaulan, kini jadi salah satu kiblat gaya kekinian anak muda. Baginya, hal yang paling melegakan seorang yang pernah dianggap tak pernah ada adalah membiarkan itu mengalir dan di dunia sepak bola, kumpulan yang terbuang benar-benar ada. Berada di kota terbesar keempat di Jerman, FC Köln jauh dari kata mewah.

Tenggelam dan (akhirnya) terbang

Seperti di liga sepak bola lainnya, awal musim 1.Bundesliga digunakan untuk menerka siapa saja yang menempati papan atas klasemen akhir. Selain Bayern München yang memang terlalu perkasa dan akhirnya kembali juara, beragam jawaban terkuak untuk peringkat kedua sampai keenam atau tiket terakhir ke Eropa.

Seperti yang sudah diprediksi, nama-nama semisal Borussia Dortmund, Bayer Leverkusen, Schalke 04, Borussia Mönchengladbach, dan Wolfsburg dikedepankan. Selain RasenBallsport Leipzig, nyaris tak ada yang berani menyebut nama FC Köln.

Dalam beberapa tahun terakhir, sorotan terbesar yang mungkin didapat Köln adalah saat salah seorang penyerangnya, Anthony Ujah, menunggangi, ya menunggangi, maskot klub yang berbentuk kambing. Hennes VIII, nama maskot tersebut memang acap menemani perjuangan tim di sisi lapangan. Maret 2015, Ujah yang begitu bersemangat usai gol timnya, tiba-tiba mengangkat kedua tanduk Hennes VIII dan membuat suporter Köln murka. Beberapa hari kemudian, sang pemain menyampaikan permintaan maafnya.

Menyimak rapor dua dekade terakhir klub berjuluk Die Geißböcke atau Si Kambing Billy itu juga hanya akan membuat kita menjadi semakin merasa masuk akal mengingat sudah lima kali terdegradasi. Di Bundesliga saja sejak 10 tahun terakhir, Köln paling lama bertahan selama empat musim, sebelum kembali turun kasta. Musim 2016/2017 jadi kali ketiga beruntun anak asuh Peter Stöger itu bisa tetap eksis di liga utama Jerman tersebut.

Selain riwayatnya yang seperti yo-yo di kasta tertinggi liga sepak bola Jerman, materi pemain musim ini tak ubahnya gudang penampungan karena banyak diisi pesepak bola yang punya rekam karier kurang baik di klub sebelumnya. Jika tidak, mereka adalah kumpulan bocah kemarin sore di Bundesliga atau yang diisukan hijrah ke klub elite Eropa tapi belum kesampaian sampai sekarang, entah apa saja alasannya.

Apa yang terjadi ternyata justru sebaliknya. Köln lewat pemain-pemain yang dipandang sebelah mata, malah tampil mengejutkan dan pelan tapi pasti merangsek ke papan atas klasemen 1.Bundesliga. Die Geißböcke sempat menahan imbang Bayern, Leipzig, dan Dortmund. Hingga di akhir musim, eks tim Lukas Podolski ini sukses duduk di peringkat kelima dan merengkuh tiket ke Liga Europa musim 2017/2018, sebuah pencapaian yang amat luar biasa bagi klub yang baru kembali ke kasta tertinggi dua musim lalu.

Berkah si terbuang

Keberhasilan Köln berada di deretan elite Bundesliga 1 2016/2017 tak lepas dari duet pemain depannya, Anthony Modeste dan Yuya Osako. Modeste bahkan menjadi pencetak gol terbanyak ketiga Bundesliga dengan 25 gol, atau hanya kalah dari duo penyerang terbaik, Pierre-Emerick Aubameyang dan Robert Lewandowski. Penyerang asal Prancis itu menyumbang setengah dari jumlah gol Die Geißböcke musim ini.

Padahal tiga musim lalu, Modeste jadi pesakitan di Hoffenheim setelah terlibat perkelahian dengan pemain Eintracht Frankfurt, Carlos Zambrano yang membuatnya dihukum dua laga penutup musim. Setelahnya, dia bahkan sempat puasa gol selama lima bulan, sebelum dilego ke Köln, Juni 2015.

Sementara Osako yang musim ini mengemas tujuh gol dan enam asis, awalnya sempat mengaku kesulitan beradaptasi di sepak bola Jerman. Belum lagi fakta dirinya hanya menjalani enam bulan karier pada klub pertamanya di luar negeri, TSV 1860 München, hingga akhirnya merapat ke RheinEnergieStadion. Meski tak masuk golongan terbuang, Osako perlahan menemukan ketajamannya di Köln.

Di lini belakang ada nama Frederik Sørensen yang masuk tim terbaik 1.Bundesliga musim ini versi WhoScored. Pemain yang kalah bersaing di Juventus ini mekar bersama Köln lewat kemampuan tampil baik sebagai fullback maupun bek tengah. Sørensen amat menonjol pada duel udara dan jadi momok bagi penyerang lawan sebelum menghadapi kiper yang sering diisukan bakal hengkang, Timo Horn.

Pada barisan pertahanan juga ada nama duo eks incaran Liverpool, Jonas Hector dan Neven Subotic. Musim ini juga jadi pembuktian kemampuan versatile Hector, yang ditampilkan 19 kali sebagai gelandang tengah dan malah produktif lewat sebuah gol serta dua asis. Sementara nama terakhir dipinjamkan Dortmund musim dingin lalu setelah kalah bersaing dengan Marc Bartra dan Sokratis Papastathopoulos.

Masih soal Dortmund, di tengah pun hadir duo eks penghuni singkat Signal-Iduna Park, Miloš Jojić dan Leonardo Bittencourt. Keduanya masing-masing hanya bertahan semusim di tim utama Die Borussen dan akhirnya memilih hijrah setelah minimnya kesempatan bermain yang diberikan. Namun di RheinEnergieStadion, Jojić dan Bittencourt jadi penyumbang asis terbanyak setelah Osako.

Status pemain buangan juga menghinggapi Marcel Risse dan Konstantin Rausch yang tampil amat solid musim ini. Risse berulang kali dipinjamkan Leverkusen sebelum hijrah ke Mainz, itupun harus rela turun ke tim cadangan musim 2012/2013. Setali tiga uang, Rausch juga sempat dipaksa memperkuat VfB Stuttgart II setelah tampil 25 kali dengan tim utama.

Pemain dengan jumlah penampilan terbanyak di lini tengah musim ini, Marco Höger juga sempat mengalami masa-masa kelam di klub lamanya, Schalke 04. Setelah kalah dari Köln, akhir musim 2014/2015, status Höger di Schalke sempat dibekukan. Dia bahkan tak mengikuti sesi latihan selama beberapa hari. Namun, nama-nama kurang beruntung ini dipoles pelatih Stöger mennjadi kekuatan besar Bundesliga 1 musim 2016/2017.

Stöger yang hanya punya pengalaman di negara asalnya, Austria, dipercaya menangani Köln sejak 2013 lalu. Setelah periode naik turun, pria berusia 51 tahun dan tim yang diisi pemain-pemain bernasib buruk, sukses mengakhiri penantian 25 tahun Die Geißböcke sejak kali terakhir tampil di kompetisi Eropa.

Musim depan, Köln akan berlaga di Liga Europa dan semoga seperti apa yang terjadi musim ini, biarkan ekspektasi mengalir begitu saja. Masih pada sesi wawancara yang sama dengan Hypebeast, Neek Lurk ditanya perihal apa yang membuatnya bisa tetap menciptakan produk-produk Anti Social Social Club yang digilai kalangan remaja. Dia lantas menjawab singkat,

“Asal tidak membunuh diri saya sendiri dan tetap membuat saya sadar.”

Author: Perdana Nugroho
Penulis bisa ditemui di akun Twitter @harnugroho