Penciptaan peluang dan eksekusi
Susunan pemain dalam formasi Juventus menghadirkan pola penetrasi yang berbeda di kedua sisi lapangan. Mandzukic di kiri, jelas bukan tipe eksplosif yang lincah bergerak dengan bola. Berbeda dengan sumber daya pemain di sisi kanan, di mana Cuadrado, Alves, Marko Pjaca, atau Dybala berada.
Dengan fakta sisi kanan yang lebih eksplosif, adalah logis bila Allegri berusaha “membebaskan” pemain-pemain di sisi kanan ketika Juventus masuk ke sepertiga awal lawan. Juventus mengandalkan pola serang semacam ini ketika menghadapi FC Porto dan Barcelona di Liga Champions serta beberapa kali dalam pertandingan di Serie A.
Overload di sisi kiri untuk menciptakan “pemain bebas” di sisi kanan.
Pola dasarnya seperti ini:
- Ada dua arah dalam sirkulasi bola di separuh pertahanan lawan. Pertama, Juventus melakukan progresi bola ke sisi kiri. Bila ini yang terjadi, Nyonya Tua akan melakukan overload di sisi kiri untuk memancing pergeseran horizontal blok lawan diikuti perpindahan ke sayap kanan menyasar kepada bek sayap atau penyerang sayap. Dari sini, Juve akan mencoba masuk melalui halfspace sisi bola.
- Yang kedua, Juve langsung melakukan progresi bola ke sayap kanan lalu mencoba masuk melalui halfspace sisi bola.
- Pemain yang ditugaskan untuk masuk ke halfspace adalah penyerang sayap, seperti Cuadrado atau Pjaca (sebelum ia menepi karena cedera). Dengan bergerak ke halfspace, Juventus mencoba memetik dua keuntungan. Pertama, mendekati Dybala atau Pjanic untuk menciptakan kombinasi umpan cepat demi membuka akses ke kotak penalti. Gol Pjaca ke gawang Porto menjadi contohnya.
Gol Pjaca
- Dan bila memang harus melakukan umpan silang melambung, umpan dari halfspace memiliki jarak yang lebih dekat ke area tengah kotak penalti, ketimbang dari sayap, di mana posisi Mandzukic dan Higuain bersiap menyambar umpan. Contohnya, gol Mandzukic ke gawang Monaco di laga semifinal kedua.
Ketika fokus penciptaan peluang melalui area sayap meningkat, sudah barang tentu intensitas keterlibatan bek sayap pun bertambah. Fokus penciptaan peluang melalui sayap yang dimaksudkan di sini adalah pemanfaatan umpan silang melambung dari koridor tepi ke depan gawang.
Dalam taktik ini, lagi-lagi, terlihat peranan kedua GT Juventus. Dalam sirkulasi awal ke separuh pertahanan lawan, bola akan dimainkan ke koridor tepi atau halfspace untk kemudian diarahkan kepada GT terdekat. Dari GT, bola diarahkan ke koridor sayap.
GT sebagai distributor umpan ke sayap
Masih adakah opsi lain? Tentu saja. Apa itu? Melibatkan gelandang tengah sebagai eksekutor dalam fase eksekusi peluang.
Dalam sistem permainan Allegri, mengikutsertakan pemain tengah dalam eksekusi peluang sudah dilakukannya sejak awal menangani Juventus. Di musim ini, prinsip tersebut masih terlihat. Hanya saja, intensitas penggunannya berbeda ketika Juventus berlaga di Liga Champions, utamanya di fase knock-out dengan di pertandingan Serie A.
Perhatikan video berikut:
Sami Khedira!
Ya, benar! Anda tidak salah baca atau salah lihat. Yang menjadi fokus dalam video di atas, tidak lain tidak bukan adalah Sami Khedira. Salah satu pemain Juventus yang paling underrated alias dinilai “rendah”. Bahkan, sedihnya, oleh sebagian besar Juventini sendiri.
Khedira merupakan gelandang tengah yang secara konsisten menjadi eksekutor dalam fase eksekusi. Kelebihan utama Khedira adalah penempatan diri di dalam kotak penalti lawan. Anda pernah mendengar atau membaca istilah taktik coming from behind? Itulah alasan kenapa penempatan posisinya di dalam kotak penalti termasuk bagus. Coming from behind-nya Sami Khedira sangat baik.
Mobilitas dan kedisiplinan taktik Khedira juga menunjang dirinya untuk aktif berprestasi dalam gegenpressing. Video pertama memperlihatkan bagaimana Khedira merebut kembali penguasaan bola dalam gegenpressing Juventus untuk kemudian ia bergerak masuk ke kotak penalti, menerima umpan terobosan Cuadrado, dan melepaskan umpan mendatar ke tengah.