Tribe Tank

Taktik Juventus di Liga Champions 2016/2017: Bukan Sekadar Parkir Bus

Build-up dan progresi serangan

Build-up Juventus.

Situasi di atas merupakan build-up dari belakang. Permainan posisional (atau Juego de Posicion/JdP dalam istilah kepelatihan Spanyol) Allegri tidak ekstrem seperti JdP-nya Barcelona di era Pep Guardiola yang dipenuhi umpan pendek. Memang, Juventus sering mencatatkan persentase penguasaan bola tinggi, tetapi dalam situasi menghadapi pressing blok tinggi yang compact, Juventus memiliki alternatif lain melalui permainan bola-bola panjang ke lini terakhir.

Ketika Si Nyonya Tua memainkan build-up yang lebih gradual dari lini ke lini, duet gelandang tengah bertugas untuk membantu progresi serangan. Dalam prinsip build-up Juventus, Pjanic merupakan “nomor 6 utama”. Ketika memainkan 4-2-3-1 dan menghadapi pressing dua penyerang, misalnya, terkadang Pjanic turun sejajar dengan dua bek tengah untuk menciptakan situasi menang jumlah (3 lawan 2).

Sebagai respons taktik, bek sayap sisi bola mendorong dirinya lebih ke atas. Di lini gelandang, Dybala dan salah satu gelandang tengah (GT) mengokupansi pos nomor 8.

Pjanic turun ke lini belakang. Alves, bek sayap sisi bola maju ke depan.

Di Liga Champions, duo GT Juventus lebih banyak berfungsi sebagai pembuka jalur umpan bagi lini belakang untuk dapat langsung mengakses pemain yang mengisi area nomor 10. Dalam prinsip ini, Dybala merupakan pemain yang paling sering digunakan sebagai target umpan.

Nomor 10 sebagai akses progresi.

“Opsi Dybala” sendiri sering menjadi prinsip dalam model build-up Allegri. Sub-prinsipnya adalah penyerang lain yang memainkan peran serupa, baik di area tengah, halfspace, maupun area sayap.

Salah satu mekanisme menarik dalam progresi melalui bek adalah pergerakan tanpa bola oleh GT yang menciptakan “area tak terpantau atau blind-side” bagi lawan. Pergerakan ini memancing gelandang lawan bergerak ke satu area atau sisi tertentu yang pada gilirannya, membuka ruang tak terpantau di belakang tubuh. Area tak terpantau inilah yang dimanfaatkan oleh bek tengah untuk mengakses lini serang.

Giorgio Chiellini mengakses Higuain.

Selain berperan dalam membuka jalur umpan bagi kedua bek untuk mengakses lini serang Juventus, GT Juventus pun terkadang ikut serta sebagai distributor bola dalam progresi serangan.

GT Juventus dalam progresi

Pada dua video pertama di atas, memperlihatkan bagaimana Juventus memanfaatkan GT untuk menciptakan superioritas jumlah sekaligus superioritas posisional menghadapi pressing dua penyerang lawan. Pada video ketiga di bawah ini, Anda bisa melihat bagaimana peranan Pjanic dalam overload Juventus di sepertiga akhir.

Sebagai tambahan, ketika menghadapi lawan yang memainkan pressing blok tinggi, hingga ke kotak penalti Juventus, beberapa kali tim asal Turin ini memainkan taktik yang jamak di sepak bola modern. Yaitu, memainkan konsep up-back-through, yang kalau diartikan dalam bahasa Indonesia, kira-kira berarti atas-bawah-terobos (ke depan). Ini contoh yang saya maksud.

Up-back-through dengan urutan: bek-penyerang-gelandang-penyerang.

Bila opsi-opsi tersebut di atas tidak memungkinkan, karena salah satunya, pressing blok tinggi lawan menutup akses-akses “bersih” di sekitar area build-up, Juventus pun masih memiliki satu opsi lain. Yaitu, memainkan bola panjang melambung ke depan. Dan bisa ditebak, Mandzukic merupakan target umpan dalam opsi ini.

Mandzukic sebagai target bola panjang.