Dunia Lainnya

Tragedi Sepak Bola Honduras dan Pembelajaran Penanganan Suporter

Di saat kompetisi di negara-negara Eropa sudah berakhir, negara-negara Amerika Tengah dan Latin tengah melangsungkan kompetisinya. Tetapi, ada kejadian tragis yang membuat sepak bola kembali berduka. Kali ini dari ulah suporter.

Setidaknya ada empat orang dan janin masih dalam kandungan tewas akibat para suporter yang hendak berdesakan masuk stadion pada Minggu (28/5) lalu. Selain itu, kejadian ini juga menyebabkan 25 orang terluka. Sekitar 600 orang polisi berjaga dan menyemprotkan gas air mata untuk mengatasi antrian yang semakin tidak terkendali.

Hal ini terjadi di kompetisi lokal Honduras saat klub Montagua melawan Honduras Progreso. Montagua menang 3-0, namun tetap bagi pihak klub, kemenangan ini tidak selayaknya dirayakan karena masalah pelik yang terjadi di luar stadion.

Masalah antrian suporter yang berdesakan masuk stadion memang bukan pertama kali terjadi. Pencinta sepak bola masih ingat tentunya dengan tragedi Hillsborough tahun 1989. 96 tewas saat para suporter berdesakan memasuki Stadion Hillsborough untuk menyaksikan laga semifinal Piala FA antara Liverpool melawan Nottingham Forest.

Tragedi ini sangat berdampak panjang bagi para penyintas. Sepuluh tahun setelah kejadian, banyak orang yang bunuh diri, terjerat kecanduan alkohol, karena frustrasi mengingat kejadian yang telah merenggut nyawa orang-orang terdekatnya.

Di dalam negeri sendiri, kerap terjadi hal seperti ini. Dalam bentuk bentrok antarsuporter tepatnya. Pencinta sepak bola Indonesia tidak bisa lupa saat ada pengeroyokan usai El Clasico Indonesia antara Persib dan Persija di Stadion Utama GBK Jakarta Mei 2012 lalu. Tiga orang tewas dan lima terluka dalam kejadian ini.

Lalu, tahun 2014 ada lagi kejadian rusuh suporter yang menyebabkan korban tewas. Fans PSCS Cilacap yang tengah berada di dalam bus tiba-tiba diserang sekelompok orang bercadar di Yogyakarta. Kejadian ini menewaskan satu orang dan beberapa terluka akibat lemparan batu dan sabetan pedang. Seram, bukan?

Tahun ini, kerusuhan antar suporter sempat terjadi lagi. Ini terjadi seusai laga PSS Sleman melawan Persijap Jepara di Jepara yang berakhir dengan kemenangan 1-0 untuk PSS Sleman. Bahkan, kerusuhan sudah terjadi dalam stadion setelah pertandingan berakhir.

Sepak bola memang hiburan tersendiri bagi para pencintanya. Orang rela meluangkan waktu di akhir pekan, mengeluarkan uang untuk beli tiket dan biaya perjalanan,  demi rasa cinta kepada klub kebanggaannya. Terharu memang melihat antrian yang mengular saat tim nasional hendak bertanding atau saat musim kompetisi berlangsung.

Tetapi, jangan sampai ada korban saat menikmati sepak bola. Kita semua datang ke stadion untuk menonton sepak bola sebagai eskapisme terbaik dari rutinitas hidup yang penat. Dan setelahnya, mampu pulang ke rumah dengan selamat dan membawa cerita tentang kekalahan dan kemenangan timnya di stadion tanpa harus kehilangan nyawa.

Inggris telah berbenah setelah kejadian Hillsborough. Pengamanan menjadi lebih baik. Namun, kedewasaan suporter juga berpengaruh. Laga seketat Real Madrid melawan Barcelona atau Liverpool kontra Manchester United pun, sejauh ini suporter bisa berperilaku tertib.

Selain tindakan pengamanan yang harus lebih sigap, sudah waktunya suporter juga bisa bersikap dewasa. Jangan sampai ada korban lagi di sepak bola. Jangan sampai ada, walau untuk satu nyawa sekalipun.

Author: Yasmeen Rasidi (@melatee2512)