Kejuaraan AFC Futsal Championship U-20 telah usai. Meskipun Indonesia harus kandas di babak perempat-final dari tuan rumah Thailand, namun para penggawa muda timnas Garuda berhasil menorehkan sejarah baru di jagat futsal nasional, yakni lolos dari fase grup.
Dari sekian nama penggawa timnas yang mencuat di turnamen tersebut seperti Samuel Eko dan Syauqi Saud, ada satu nama lagi yang mencuri perhatian. Dia adalah sang kapten yang merupakan putra daerah kebanggaan Klaten, Anton Cahyo Nugroho.
Ketika Anton kembali ke Indonesia, Football Tribe Indonesia mendapat kesempatan untuk berbincang-bincang dengan sang kapten. Wawancara santai kali ini berlangsung via pesan singkat dan Anton terlihat antusias menjawab pertanyaan dari tim kami.
Percakapan dimulai dengan kisah Anton ketika memulai kiprahnya di cabor futsal. Pemain bernomor punggung 10 ini mengatakan bahwa kariernya sebagai pemain futsal dimulai sejak SMA. Ia menambahkan, kariernya sebenarnya berasal dari sepak bola, bukan futsal murni. Namun karena futsal lebih fleksibel dalam hal waktu (bisa dimainkan di pagi, siang, sore, atau malam), Anton kemudian jatuh hati pada olahraga indoor ini.
“Kemudian saya mengikuti turnamen-turnamen kecil di area Jawa Tengah dan Yogyakarta dengan klub asal saya, Bersinar Futsal Klaten,” ujar Anton melanjutkan cerita awal kariernya sebagai pemain futsal.
Anton menambahkan, awalnya ia bergabung dengan Sekolah Sepak Bola (SSB) Depo Putra Wijaya, dari SD Kelas 4 sampai SMA. Ketika menginjak kelas 1 SMA, ia kemudian beralih ke klub Bersinar Futsal Klaten. Sampai saat ini, Anton masih tercatat sebagai pemain di klub yang didirikan pada tahun 2013 itu.
Petualangan Anton berlanjut. Ia bergabung dengan tim Liga Pro, BJL 2000 Shiba. Di tim asal Semarang itu Anton terpilih untuk mengikuti seleksi timnas futsal U-20 yang para pemainnya diambil dari tim-tim Liga Pro. Seleksi saat itu berlangsung di Yogyakarta dan Anton kemudian terpilih dalam jajaran pemain yang akan diberangkatkan ke Thailand. Ini merupakan kali pertama dirinya terpilih di timnas futsal.
Melakukan debut di timas futsal dan langsung terjun di kejuaraan Asia ternyata tak mudah. Meski memiliki bakat yang bagus, proses adaptasi menjadi kendala utama Anton ketika beraksi di lapangan. Hal itulah yang membuat sang kapten kesulitan mencetak gol dan justru mencetak gol bunuh diri kala menghadapi Thailand.
Obrolan lalu berlanjut ke kiprah timnas futsal U-20 saat berlaga di turnamen. Ketika ditanya siapa lawan yang paling sulit, remaja kelahiran 22 Juli 1997 ini menjawab, “Kalau menurut saya pribadi lawan terberat sebenarnya Jepang, Mas. Tapi ketika melawan Thailand kami kurang beruntung, banyak peluang emas gagal jadi gol.”
Meskipun gagal menyingkirkan Thailand, namun pertandingan itu memiliki kesan yang mendalam bagi Anton karena berhasil lolos ke fase perempat-final. Ya, inilah pertama kalinya timnas futsal kita menginjakkan kakinya di babak gugur turnamen level Asia. Suatu pencapaian yang layak mendapat apresiasi.
Setelah tugasnya membela negara usai, Anton kembali ke kampung halamannya di Klaten. Dalam penuturannya ia berkata bahwa belum ada kejuaraan yang akan diikuti dalam waktu dekat. “Ada tawaran tapi belum saya pastikan. Pengen istirahat sejenak dulu, Mas.”
Meskipun langkah Indonesia harus terhenti di babak awal fase gugur, kiprah Anton Cahyo dan kawan-kawan tetap layak mendapat sanjungan. Dengan gigih berani mereka membalikkan segala prediksi yang mengatakan Indonesia tidak dapat berbuat banyak di ajang ini. Kenyataannya, Indonesia sukses menggulung Tajikistan dan Cina Taipei, serta menahan imbang tim kuat Jepang 3-3 melalui gol di tiga detik terakhir.
Anton beserta kolega telah berhasil mengharumkan nama bangsa di pentas Asia. Semoga kelak bibit-bibit muda timnas futsal U-20 kian matang dan membawa Indonesia menjadi kekuatan baru di level Asia bahkan dunia.
Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.