Nasional Bola

Infrastruktur Sepak Bola Indonesia: Masalah yang Belum Selesai

Berbicara tentang sepak bola, tentu tidak lepas dari stadion. Keseruan menonton langsung dari stadion menjadi keasyikan tersendiri bagi para penonton. Apalagi jika stadion tersebut bersih, rapi, fasilitas memadai dan akses transportasi umumnya mudah.

Sayangnya, tidak semua stadion di Indonesia ini memenuhi standar. Dan dampaknya juga ke kompetisi itu sendiri. Pertandingan Persija Jakarta dan Perseru Serui misalnya, harus ditunda hingga 2 Agustus 2017. Seharusnya laga berlangsung di Stadion Marora, Serui, pukul 18.00 waktu setempat pada 28 Mei 2017. Namun, karena kualitas pencahayaan lampu di stadion tersebut buruk, terpaksa laga ditunda.

Kepada Football Tribe Indonesia, CEO PT. Liga Indonesia Baru (LIB) Tigor Shalom Boboy mengatakan bahwa lampu di stadion tersebut tengah dalam perbaikan. “Lampunya sudah ada, tapi kualitasnya buruk,” ujarnya.

Sementara itu, kompetisi Liga 2 diliburkan selama bulan Ramadan. Pertandingan yang berlangsung di malam hari selama bulan puasa membuat tidak semua klub siap karena masih banyak klub yang kondisi penerangan stadionnya belum memadai.

Salah satu syarat klub profesional adalah memiliki infrastruktur memadai. Membandingkan kondisi stadion di Indonesia dengan negara-negara maju jelas masih jauh. Bahkan di negara-negara Asia seperti Jepang, Korea Selatan (terlebih di negara-negara Eropa), di kota kecil pun stadion mempunya fasilitas yang baik.

“Fokus licensing AFC memang saat ini untuk klub-klub Liga 1 dulu. Liga 2 belum kita sentuh. Itu semua bertahap,” ujar Tigor.

Menurut Tigor, ada sekitar lima hingga tujuh stadion di Indonesia yang belum memadai. Justru beberapa ada di pulau Jawa. Beberapa stadion di Indonesia sebenarnya sudah ada yang memenuhi standar seperti Jakabaring di Palembang, Mandala di Jayapura dan beberapa stadion di Kalimantan.

Salah satu stadion yang cukup megah tetapi belum layak menggelar pertandingan adalah Stadion Batakan yang menjadi markas Persiba Balikpapan. Menurut tim verifikasi PT LIB, akses jalan menuju ke stadion ini belum layak. Lalu, soal ketinggian rumput yang maksimal tiga sentimeter serta meja dan kursi yang layak untuk beberapa ruangan juga perlu mendapat perhatian.

“Kendalanya adalah stadion bukan punya sendiri. Jadi agak susah izin dengan pengelola untuk memperbaiki fasilitas dan sebagainya.”

Apa harapan dan rencana ke depan? Sebagaimana dijelaskan Tigor, bahwa semua proses licensing dilakukan bertahap. Harapannya tahun depan ada wakil Indonesia di Liga Champions Asia dan Piala AFC.

Jatah Liga Champions Asia dan Piala AFC ditentukan oleh prestasi peringkat timnas terakhir dan prestasi klub (selain persyaratan menjadi klub profesional tadi). Ke depannya, PSSI dan pemerintah akan bersama-sama membantu membangun infrastruktur sepak bola.

“Kita juga melihat dari kesiapan klub itu sendiri. Bukan berarti klub hanya mengandalkan pada bantuan pemerintah saja. Klub juga harus pro-aktif agar bisa memperbaiki infrastruktur sepak bolanya,” ujar Tigor.

Beberapa waktu lalu pihak PSSI sempat bertemu dengan pemerintah. Dan pemerintah berjanji akan membantu PSSI membangun infrastruktur sepak bola. Semoga saja hal itu segera terwujud. Jika infrastruktur tidak memadai, bagaimana bakat-bakat muda Indonesia bisa mengembangkan kemampuan mereka?

Author: Yasmeen Rasidi (@melatee2512)