Eropa Italia

Panggung Pembuktian Emil Audero Mulyadi

Sebagai negara dunia ketiga yang sering bertingkah inferior, masyarakat Indonesia mudah dibuat senang hatinya. Masyarakat negeri ini akan meributkan satu hal yang menjadi bagian dari mereka, lalu diperbincangkan di tingkat global.

Masyarakat senang bila warganya berkecimpung di produk budaya dunia seperti film atau musik. Lantas hal tersebut dikunyah berhari-hari, padahal kiprah orang yang diperbincangkan tak terlalu signifikan. ‘Lihat, ada goresan anak bangsa di film Marvel ini!’ kira-kira seperti itu.

Nah, begitu pula di dunia sepak bola. Sebagai negara yang prestasi sepak bolanya bertahun-tahun jalan di tempat, kita begitu mendamba kejayaan. Saat ada pemain liga Eropa yang memiliki darah Indonesia, kita merasa ‘terikat’ sebagai saudara sebangsa.

Nama yang paling mencolok tentu saja gelandang AS Roma, Radja Nainggolan. Orang Batak mana yang tidak bangga, melihat salah satu marga suku mereka terpampang di seragam klub besar Serie A. Apalagi, Nainggolan tampak tidak menyembunyikan ke-Indonesiaan-nya, meski ia lebih memilih Belgia sebagai tim nasional yang dibela.

Di Juventus, rival Roma, terdapat nama Indonesia lain: Emil Audero Mulyadi. Pemain yang telah berusia 20 tahun ini memang akhirnya mencuat dan membuat bangga masyarakat Indonesia.

Bagaimana tidak? Juventus adalah kesebelasan nomor wahid di Eropa. Mereka memiliki portiere yang begitu ikonik dalam diri Gianluigi Buffon. Masyarakat Indonesia tidak pernah sekonyong-konyong bermimpi sosok pengganti Buffon adalah pria yang memiliki silsilah Indonesia.

Ya, seperti Nainggolan atau Giovanni van Bronckhorst, Emil memiliki darah  Indonesia karena kedua orang tua yang berbeda kewarganegaraan. Ayah Emil, Edi Mulyadi, berasal dan tinggal di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Emil telah berada di Juventus sejak berusia 11 tahun.

Di giornata terakhir Serie A musim ini, kiper yang resmi direkrut sebagai pemain profesional pada 2015 ini akan menjalani debutnya.

Pertandingan melawan Bologna memang bisa dipastikan tidak memiliki arti apa-apa. Juventus telah menjadi kampiun Italia dan sedang bersiap menghadapi Real Madrid di final Liga Champions.

Tetapi bagi Emil, pertandingan malam ini merupakan sebuah ajang pembuktian. Sebagai kiper ketiga, ia mesti menunggu waktu dua tahun hingga akhirnya kesempatan itu tiba: menjaga gawang si Nyonya Tua.

Emil diberitakan menolak tawaran PSSI untuk membela tim nasional Indonesia, dan dirinya menjadi bulan-bulanan wargamaya di media sosial. Tanpa menyadari bahwa hal itu merupakan hak personal seseorang, mereka mencaci Emil tidak memiliki jiwa nasionalistik (meh..).

Beberapa ada pula yang mengatakan bahwa Emil takkan mampu bersaing dengan Gianluigi Donnarumma, yang berusia lebih muda darinya dan telah menjadi kiper pertama di AC Milan.

Donnarumma memang spektakuler. Bahkan Buffon sendiri yang menobatkan Donnarumma sebagai pewaris tahtanya di Azzuri kelak. Kiper belia tersebut bahkan telah menjadi kiper utama AC Milan sejak ia berusia 16 tahun.

Buffon, sang mentor, bahkan berharap agar Donnarumma bisa menentukan hadirnya suatu era saat Donnarumma berulang tahun ke-18. Kalau bukan restu, apalagi? Ini tentu membuat kiper-kiper lain di Italia waswas.

Jalan Emil di dunia sepak bola profesional tentu saja masih panjang. Kiper biasanya memiliki rentang karier yang lebih lama dibanding pemain-pemain lain. Jika mujur dan berpenampilan ciamik, ia bisa saja menjadi pengganti Buffon di Juventus. Pun demikian bila Donnarumma tiba-tiba mengalami penurunan performa, Emil bisa mengisi posisi kiper di timnas Italia.

Melawan Bologna akhir pekan ini, pemuda yang lahir di pulau yang kini ditinggali oleh legenda bernama Budi Windekind itu, akan menjalani debut profesionalnya. Ia telah memilih, untuk membela tim nasional Italia, negara asal sang ibu. Laga ini merupakan titik pijak pertama bagi Emil untuk merintis karier. Mari kita simak bagaimana kiprahnya nanti malam!

Author: Fajar Martha (@fjrmrt)
Esais dan narablog Arsenal FC di indocannon.wordpress.com